Kota Bima, NTB (ANTARA) - Tradisi ziarah kubur meramaikan kegiatan masyarakat pada hari pertama Lebaran atau Hari Raya Idul Fitri 1443 Hijriah di setiap pemakaman di Kota Bima, Nusa Tenggara Barat, Senin.
Terlihat masyarakat berbondong-bondong memadati Tempat Pemakaman Umum (TPU) Syuhada di Kelurahan Rabangodu, Kecamatan Raba, setelah menyelesaikan shalat Idul Fitri di Lapangan Pahlawan, Kota Bima.
Mereka yang datang berziarah membawa air dan kembang. Anak-anak dan balita juga terlihat dibawa orang tuanya berziarah di makam kerabat mereka. Di luar dan dalam TPU Syuhada terlihat pedagang sudah ramai jualan. Ada yang jual minuman dan bunga untuk berziarah.
"Kami sudah tiga tahun tidak mudik karena COVID-19, makanya di Hari Raya Idul Fitri tahun ini kami bersama keluarga bisa ziarah lagi ke makam orang tua dan keluarga," kata salah seorang pengunjung pemakaman, Ny Leni.
Perempuan 36 tahun itu bersyukur bisa berkumpul bareng keluarga. Apalagi, dia terakhir mudik tahun 2019.
"Saya terakhir mudik 2019, rencana 2021 mau mudik. Cuma waktu itu karena masih COVID-19 tidak boleh. Jadi, memang tunda mudik dan baru bisa tahun ini," ujarnya.
Menurut ibu dua anak yang tinggal di Kota Mataram ini, dirinya mudik bersama keluarga sejak Rabu (27/4), untuk merayakan Hari Raya Idul Fitri di kampung halaman suaminya yang berasal dari Kota Bima.
"Jadi, baru Tahun 2022 ini bisa berkesempatan merayakan Lebaran di kampung halaman suami bersama keluarga besar setelah tidak bisa mudik," katanya.
Peziarah lain, Irin Syufrani mengatakan masyarakat selalu ramai mengunjungi pemakaman di hari pertama Lebaran, mulai dari setelah melaksanakan Shalat Idul Fitri hingga sore hari.
Bahkan, kata dia, ziarah ke makam pada Lebaran tahun ini terlihat lebih ramai dari tahun sebelumnya karena sudah banyak masyarakat yang bisa mudik ke kampung halaman.
"Dalam kesempatan ini kami dapat memanjatkan doa-doa untuk orang tua dan keluarga yang ada di alam kubur sembari membersihkan makamnya dari sampah atau rumput liar," ujarnya.
Pria kelahiran Kota Bima ini mengatakan, ziarah kubur saat hari raya Idul Fitri adalah tradisi dari keluarganya. Terlebih waktunya bersamaan dengan banyak keluarga yang datang mudik Lebaran.
"Kalau ziarah kubur sudah jadi kewajiban bersama keluarga seusai melaksanakan shalat Idul Fitri, terlebih sekarang ramai lagi karena banyak sanak saudara juga yang datang dari luar kota. Jadi, lebih ramai," katanya.
Terlihat masyarakat berbondong-bondong memadati Tempat Pemakaman Umum (TPU) Syuhada di Kelurahan Rabangodu, Kecamatan Raba, setelah menyelesaikan shalat Idul Fitri di Lapangan Pahlawan, Kota Bima.
Mereka yang datang berziarah membawa air dan kembang. Anak-anak dan balita juga terlihat dibawa orang tuanya berziarah di makam kerabat mereka. Di luar dan dalam TPU Syuhada terlihat pedagang sudah ramai jualan. Ada yang jual minuman dan bunga untuk berziarah.
"Kami sudah tiga tahun tidak mudik karena COVID-19, makanya di Hari Raya Idul Fitri tahun ini kami bersama keluarga bisa ziarah lagi ke makam orang tua dan keluarga," kata salah seorang pengunjung pemakaman, Ny Leni.
Perempuan 36 tahun itu bersyukur bisa berkumpul bareng keluarga. Apalagi, dia terakhir mudik tahun 2019.
"Saya terakhir mudik 2019, rencana 2021 mau mudik. Cuma waktu itu karena masih COVID-19 tidak boleh. Jadi, memang tunda mudik dan baru bisa tahun ini," ujarnya.
Menurut ibu dua anak yang tinggal di Kota Mataram ini, dirinya mudik bersama keluarga sejak Rabu (27/4), untuk merayakan Hari Raya Idul Fitri di kampung halaman suaminya yang berasal dari Kota Bima.
"Jadi, baru Tahun 2022 ini bisa berkesempatan merayakan Lebaran di kampung halaman suami bersama keluarga besar setelah tidak bisa mudik," katanya.
Peziarah lain, Irin Syufrani mengatakan masyarakat selalu ramai mengunjungi pemakaman di hari pertama Lebaran, mulai dari setelah melaksanakan Shalat Idul Fitri hingga sore hari.
Bahkan, kata dia, ziarah ke makam pada Lebaran tahun ini terlihat lebih ramai dari tahun sebelumnya karena sudah banyak masyarakat yang bisa mudik ke kampung halaman.
"Dalam kesempatan ini kami dapat memanjatkan doa-doa untuk orang tua dan keluarga yang ada di alam kubur sembari membersihkan makamnya dari sampah atau rumput liar," ujarnya.
Pria kelahiran Kota Bima ini mengatakan, ziarah kubur saat hari raya Idul Fitri adalah tradisi dari keluarganya. Terlebih waktunya bersamaan dengan banyak keluarga yang datang mudik Lebaran.
"Kalau ziarah kubur sudah jadi kewajiban bersama keluarga seusai melaksanakan shalat Idul Fitri, terlebih sekarang ramai lagi karena banyak sanak saudara juga yang datang dari luar kota. Jadi, lebih ramai," katanya.