Denpasar (ANTARA) - Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati meminta pemerintah kabupaten/kota dan kelompok petani agar lebih agresif memantau kondisi di lapangan untuk mencegah meluasnya penularan penyakit kuku dan mulut (PMK) yang sudah menjangkiti puluhan sapi.
"Kami harapkan semua terlibat. Kalau sampai tersebar, meskipun tidak menular ke manusia, kita sebagai kawasan pariwisata tentu tidak baik juga," kata Wagub yang biasa disapa Cok Ace itu di Denpasar, Senin.
Terkait kasus PMK perdana yang ditemukan di Kabupaten Gianyar, ujar Cok Ace, juga sudah dimusnahkan. "Sudah dipantau, tidak ada lagi yang positif, mudah-mudahan di tempat yang lain bisa dikendalikan semua," ucapnya usai menghadiri sidang paripurna DPRD Bali itu.
Mengenai pemotongan paksa terhadap sejumlah sapi yang terjangkit PMK, kata dia, juga sudah dikoordinasikan agar jangan sampai peternak dirugikan.
"Sudah kami bicarakan dengan Pak Kadis (Kadis Pertanian-red) dan selama ini tidak ada yang dirugikan. Itu sudah dikoordinasikan dan saya kemarin sudah pantau. Ada tingkatan, yang mana bisa dijual dan yang mana tidak bisa dijual," katanya. Pemerintah Provinsi Bali, lanjut Cok Ace, pun terus mencoba agar bisa mendapatkan vaksin PMK dalam jumlah yang cukup.
Baca juga: Angka kesembuhan hewan ternak PMK di NTB mencapai 28.132 ekor
Baca juga: 565 ternak di Lombok Tengah NTB telah divaksin
Sebelumnya Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali menemukan sebanyak 63 kasus ternak sapi terjangkit penyakit mulut dan kuku (PMK) dan 55 sapi telah berhasil dimusnahkan.
"Total 63 kasus, yang sudah stepping out atau pemusnahan 55, sisa 8 ekor," kata Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Bali I Wayan Sunada pada Sabtu (2/7).
Dari 63 kasus itu, kasus pertama ditemukan Desa Medahan, Kabupaten Gianyar ada 38 sapi, kemudian Desa Lokapaksa, Kabupaten Buleleng dengan 21 kasus dan empat kasus di Kabupaten Karangasem. Sapi terjangkit yang berasal dari Kabupaten Gianyar telah dimusnahkan seluruhnya, dan belum ditemukan kembali gejala serupa.
Sebelumnya Sunada juga mengaku kaget, lantaran kasus positif justru ditemukan di tiga daerah tersebut, sedangkan pengawasan ketat terhadap hewan maupun kendaraan pengangkut telah dilaksanakan di kawasan pelabuhan yang menjadi pintu masuk Bali.
"Kami harapkan semua terlibat. Kalau sampai tersebar, meskipun tidak menular ke manusia, kita sebagai kawasan pariwisata tentu tidak baik juga," kata Wagub yang biasa disapa Cok Ace itu di Denpasar, Senin.
Terkait kasus PMK perdana yang ditemukan di Kabupaten Gianyar, ujar Cok Ace, juga sudah dimusnahkan. "Sudah dipantau, tidak ada lagi yang positif, mudah-mudahan di tempat yang lain bisa dikendalikan semua," ucapnya usai menghadiri sidang paripurna DPRD Bali itu.
Mengenai pemotongan paksa terhadap sejumlah sapi yang terjangkit PMK, kata dia, juga sudah dikoordinasikan agar jangan sampai peternak dirugikan.
"Sudah kami bicarakan dengan Pak Kadis (Kadis Pertanian-red) dan selama ini tidak ada yang dirugikan. Itu sudah dikoordinasikan dan saya kemarin sudah pantau. Ada tingkatan, yang mana bisa dijual dan yang mana tidak bisa dijual," katanya. Pemerintah Provinsi Bali, lanjut Cok Ace, pun terus mencoba agar bisa mendapatkan vaksin PMK dalam jumlah yang cukup.
Baca juga: Angka kesembuhan hewan ternak PMK di NTB mencapai 28.132 ekor
Baca juga: 565 ternak di Lombok Tengah NTB telah divaksin
Sebelumnya Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali menemukan sebanyak 63 kasus ternak sapi terjangkit penyakit mulut dan kuku (PMK) dan 55 sapi telah berhasil dimusnahkan.
"Total 63 kasus, yang sudah stepping out atau pemusnahan 55, sisa 8 ekor," kata Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Bali I Wayan Sunada pada Sabtu (2/7).
Dari 63 kasus itu, kasus pertama ditemukan Desa Medahan, Kabupaten Gianyar ada 38 sapi, kemudian Desa Lokapaksa, Kabupaten Buleleng dengan 21 kasus dan empat kasus di Kabupaten Karangasem. Sapi terjangkit yang berasal dari Kabupaten Gianyar telah dimusnahkan seluruhnya, dan belum ditemukan kembali gejala serupa.
Sebelumnya Sunada juga mengaku kaget, lantaran kasus positif justru ditemukan di tiga daerah tersebut, sedangkan pengawasan ketat terhadap hewan maupun kendaraan pengangkut telah dilaksanakan di kawasan pelabuhan yang menjadi pintu masuk Bali.