Mataram (ANTARA) - Dinas Perhubungan Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, membina kusir-kusir cidomo, alat transportasi tradisional khas Pulau Lombok, agar mereka ikut menjaga kebersihan jalan raya.
"Keberadaan cidomo ini memang jadi atensi kita, karena sering kali para kusir tidak memperhatikan kebersihan, terutama kotoran kuda yang tercecer di jalan," kata Kepala Dinas Perhubungan Kota Mataram M Saleh di Mataram, Rabu.
Warga mengeluhkan keberadaan cidomo karena kusir cidomo seringkali membiarkan kotoran kuda penarik cidomo berserakan di jalan sehingga mengganggu kenyamanan pengguna jalan lainnya.
Pemerintah kota dalam dua tahun terakhir melakukan pembinaan kepada kusir cidomo serta memberikan bantuan berupa sapu, sekop, dan ember agar mereka tidak lagi membiarkan kotoran kuda penarik cidomo mengotori jalan.
Namun, upaya itu belum sepenuhnya membuahkan hasil. Kesadaran dan disiplin kusir cidomo yang jumlahnya lebih dari 50 orang dan sebagian besar berasal dari luar Kota Mataram untuk menjaga kebersihan jalan raya masih kurang.
Saleh menuturkan, semestinya kusir berhenti dan mengangkat kotoran kuda penarik cidomo yang jatuh ke jalan. "Tetapi, sejauh ini apa yang kita targetkan masih jauh dari harapan," katanya.
Mengenai pemberian sanksi, Saleh mengatakan bahwa sampai sekarang belum ada payung hukum pengenaan sanksi bagi kusir yang kotoran kudanya mengotori jalan.
"Kalau dari sisi administrasi semestinya setiap cidomo harus ada surat-surat yang bisa menjadi pendapatan daerah. Tapi sekarang diberikan gratis," katanya.
Cidomo masih dibutuhkan oleh sebagian warga di Kota Mataram, utamanya di daerah pinggiran kota, karena alat transportasi tradisional itu bisa menjangkau daerah pelosok dan ongkosnya terjangkau.
Setiap cidomo bisa mengangkut enam hingga tujuh orang. Ongkos naik cidomo berkisar Rp2.000 hingga Rp5.000 per orang sesuai jarak.
"Keberadaan cidomo ini memang jadi atensi kita, karena sering kali para kusir tidak memperhatikan kebersihan, terutama kotoran kuda yang tercecer di jalan," kata Kepala Dinas Perhubungan Kota Mataram M Saleh di Mataram, Rabu.
Warga mengeluhkan keberadaan cidomo karena kusir cidomo seringkali membiarkan kotoran kuda penarik cidomo berserakan di jalan sehingga mengganggu kenyamanan pengguna jalan lainnya.
Pemerintah kota dalam dua tahun terakhir melakukan pembinaan kepada kusir cidomo serta memberikan bantuan berupa sapu, sekop, dan ember agar mereka tidak lagi membiarkan kotoran kuda penarik cidomo mengotori jalan.
Namun, upaya itu belum sepenuhnya membuahkan hasil. Kesadaran dan disiplin kusir cidomo yang jumlahnya lebih dari 50 orang dan sebagian besar berasal dari luar Kota Mataram untuk menjaga kebersihan jalan raya masih kurang.
Saleh menuturkan, semestinya kusir berhenti dan mengangkat kotoran kuda penarik cidomo yang jatuh ke jalan. "Tetapi, sejauh ini apa yang kita targetkan masih jauh dari harapan," katanya.
Mengenai pemberian sanksi, Saleh mengatakan bahwa sampai sekarang belum ada payung hukum pengenaan sanksi bagi kusir yang kotoran kudanya mengotori jalan.
"Kalau dari sisi administrasi semestinya setiap cidomo harus ada surat-surat yang bisa menjadi pendapatan daerah. Tapi sekarang diberikan gratis," katanya.
Cidomo masih dibutuhkan oleh sebagian warga di Kota Mataram, utamanya di daerah pinggiran kota, karena alat transportasi tradisional itu bisa menjangkau daerah pelosok dan ongkosnya terjangkau.
Setiap cidomo bisa mengangkut enam hingga tujuh orang. Ongkos naik cidomo berkisar Rp2.000 hingga Rp5.000 per orang sesuai jarak.