Jakarta (ANTARA) - Anggota Komisi I DPR RI Dave Akbarshah Fikarno Laksono memandang perlu reformasi prosedur operasi standar (standard operating procedure/SOP) tentang alat utama sistem pertahanan (alutsista) di tubuh TNI.
"Jadi, perlu ada reformasi di dalam SOP tubuh TNI tentang penggunaan pesawat tempur, pesawat angkatan lautnya, ataupun kapal lautnya, kapal selam, ataupun tank-tanknya juga," kata Dave di Gedung DPR RI, Jakarta, Kamis, ketika menanggapi jatuhnya pesawat udara milik TNI AL pada hari Rabu (7/9).
Dave menyampaikan dukacita atas peristiwa jatuhnya pesawat latih TNI AL tersebut. Ia juga menyayangkan karena peristiwa serupa terulang kembali dalam waktu yang cukup dekat. Sebelumnya, pesawat tempur milik TNI AU jatuh pada tanggal 18 Juli lalu. "Ini yang harus menjadi korektif ke depan," ujarnya.
Ia mendorong Pemerintah untuk serius dalam perbaikan dan peremajaan alutsista sehingga perlu ada political will dan budgeting will dari Pemerintah. "Sejauh ini Pak Andika (Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa) terus mendorong melakukan perbaikan. Akan tetapi, yang jadi kendala bilamana alat tempur tersebut sudah uzur, sudah tidak dalam kondisi prima, ya, semestinya harus ada perbaikan," tuturnya.
Wakil rakyat ini menekankan bahwa peremajaan alutsista penting guna menghadapi ancaman nyata potensi konflik di depan mata, di antaranya potensi konflik di Laut Cina Selatan, potensi krisis pangan dan energi, hingga permasalahan pandemi yang belum juga selesai. "Nah, kalau kondisi TNI tidak dalam kondisi siaga dan peralatan tempur tidak dalam kondisi prima sulit kita untuk menjaga kedaulatan dan kewibawaan kita," ucapnya.
Dave memandang perlu menunggu lebih lanjut laporan resmi terkait dengan alasan sebenarnya pesawat TNI AL tersebut jatuh apakah karena kendala teknis atau karena faktor human error. "Jadi, perlu ada peningkatan baik dari perawatan maupun SDM-nya," kata Dave.
Baca juga: DPR sebut penurunan harga BBM nonsubsidi selaras minyak dunia
Baca juga: DPR dukung Permentan 10 Tahun 2022 terkait HET pupuk subsidi
Ia mengatakan bahwa pihaknya akan mendorong pula upaya perbaikan tersebut melalui Panitia Kerja (Panja) Alutsista yang dibentuk oleh Komisi I DPR RI. "Terus juga Panja Perumahan Prajurit dan juga Panja Kesejahteraan Prajurit, itu semua kami dorong tujuannya untuk apa? Agar ada landasan atau bahan untuk terus memperbaiki kondisi kebutuhan akan TNI," kata Dave.
Pesawat udara milik Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL) hilang kontak, diduga jatuh di Alur Pelayaran Barat Surabaya pada hari Rabu (7/9). Pesawat udara latih jenis G-36 Bonanza T-2503 dengan dua awak, yaitu Pilot Yudistira dan Kopilot Krisna Bakti itu sedang berlatih bersama jajaran Koarmada II Surabaya.
"Jadi, perlu ada reformasi di dalam SOP tubuh TNI tentang penggunaan pesawat tempur, pesawat angkatan lautnya, ataupun kapal lautnya, kapal selam, ataupun tank-tanknya juga," kata Dave di Gedung DPR RI, Jakarta, Kamis, ketika menanggapi jatuhnya pesawat udara milik TNI AL pada hari Rabu (7/9).
Dave menyampaikan dukacita atas peristiwa jatuhnya pesawat latih TNI AL tersebut. Ia juga menyayangkan karena peristiwa serupa terulang kembali dalam waktu yang cukup dekat. Sebelumnya, pesawat tempur milik TNI AU jatuh pada tanggal 18 Juli lalu. "Ini yang harus menjadi korektif ke depan," ujarnya.
Ia mendorong Pemerintah untuk serius dalam perbaikan dan peremajaan alutsista sehingga perlu ada political will dan budgeting will dari Pemerintah. "Sejauh ini Pak Andika (Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa) terus mendorong melakukan perbaikan. Akan tetapi, yang jadi kendala bilamana alat tempur tersebut sudah uzur, sudah tidak dalam kondisi prima, ya, semestinya harus ada perbaikan," tuturnya.
Wakil rakyat ini menekankan bahwa peremajaan alutsista penting guna menghadapi ancaman nyata potensi konflik di depan mata, di antaranya potensi konflik di Laut Cina Selatan, potensi krisis pangan dan energi, hingga permasalahan pandemi yang belum juga selesai. "Nah, kalau kondisi TNI tidak dalam kondisi siaga dan peralatan tempur tidak dalam kondisi prima sulit kita untuk menjaga kedaulatan dan kewibawaan kita," ucapnya.
Dave memandang perlu menunggu lebih lanjut laporan resmi terkait dengan alasan sebenarnya pesawat TNI AL tersebut jatuh apakah karena kendala teknis atau karena faktor human error. "Jadi, perlu ada peningkatan baik dari perawatan maupun SDM-nya," kata Dave.
Baca juga: DPR sebut penurunan harga BBM nonsubsidi selaras minyak dunia
Baca juga: DPR dukung Permentan 10 Tahun 2022 terkait HET pupuk subsidi
Ia mengatakan bahwa pihaknya akan mendorong pula upaya perbaikan tersebut melalui Panitia Kerja (Panja) Alutsista yang dibentuk oleh Komisi I DPR RI. "Terus juga Panja Perumahan Prajurit dan juga Panja Kesejahteraan Prajurit, itu semua kami dorong tujuannya untuk apa? Agar ada landasan atau bahan untuk terus memperbaiki kondisi kebutuhan akan TNI," kata Dave.
Pesawat udara milik Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL) hilang kontak, diduga jatuh di Alur Pelayaran Barat Surabaya pada hari Rabu (7/9). Pesawat udara latih jenis G-36 Bonanza T-2503 dengan dua awak, yaitu Pilot Yudistira dan Kopilot Krisna Bakti itu sedang berlatih bersama jajaran Koarmada II Surabaya.