Jakarta (ANTARA) - Petenis Amerika Serikat Frances Tiafoe mengalahkan Andrey Rublev untuk mengamankan tempat di semifinal US Open usai pertandingan perempat final Rabu waktu setempat.
Tiafoe, yang ingin menjadi pria Afrika-Amerika pertama yang memenangi US Open sejak Arthue Ashe pada 1968, tampil gemilang untuk mengalahkan unggulan kesembilan asal Rusia Rublev 7-6(7/3) 7-6(7/0) 6-4 dalam dua jam 36 menit.
Laga tersebut menunjukkan penampilan luar biasa Tiafoe yang berusia 24 tahun, yang menyingkirkan petenis legendaris Spanyol Rafael Nadal pada babak keempat.
Tiafoe, unggulan ke-22, akan menghadapi unggulan ketiga asal Spanyol Carlos Alcaraz atau Jannik Sinner dalam penampilan semifinal Grand Slam pertamanya. "Ini gila," kata Tiafoe usai kemenangannya di Stadion Arthur Ashe, seperti disiarkan AFP.
"Merasakan kemenangan terbesar dalam hidup saya, kemudian bertanding lagi dan mendapatkan kemenangan besar lainnya. Andrey adalah petenis yang hebat, jadi untuk dapat mengalahkannya adalah kemajuan yang besar. Sulit untuk membuka halaman baru tetapi saya melakukannya dan sekarang saya berada di semifinal."
Tiafoe, putra imigran dari Sierra Leone yang mulai bermain tenis saat berusia empat tahun ketika ayahnya bekerja sebagai penjaga tetap di fasilitas tenis di Maryland, mengatakan bahwa dia mendapat semangat dari penonton tuan rumah yang berapi-api di Arthur Ashe.
"Saya selalu menemukan jalan entah bagaimana di lapangan ini," katanya kepada para penggemar selama wawancara di lapangan. "Mari kita nikmati yang satu ini -- kita punya dua pertandingan lagi, dua lagi."
Kemenangan Tiafoe berbekal servis yang solid dan penguasaan momen-momen penting. Petenis AS itu melepaskan 18 ace dan tidak pernah dipatahkan sekali pun oleh Rublev, yang ingin mencapai semifinal Grand Slam pertamanya setelah lima kali tersingkir di perempat final.
Rublev tidak dapat mengambil satu pun dari empat break point yang dia dapatkan selama kompetisi berkualitas tinggi dengan margin terbaik itu. Petenis Rusia berusia 24 tahun itu mendapatkan break point pada kedudukan 6-5 di set pertama tetapi tidak mampu mengkonversi angka ketika Tiafoe berjuang untuk bertahan.
Baca juga: Petenis Jannick Sinner sakit hati kalah setelah tanding 5 jam
Baca juga: Petenis Ons Jabeur kembali cetak sejarah
Tiafoe kemudian menunjukkan ketenangan yang lebih besar di tie-break, menutupnya dengan ace untuk memimpin satu set. Set kedua dimainkan dengan cara yang hampir sama, dengan tie-break setelah kedua pemain tidak bisa mendapatkan break dari servis.
Namun, Tiafoe sekali lagi bangkit. Ace back-to-back membawanya memimpin 5-0 sebelum pukulan backhand memberinya enam poin untuk memimpin dua set, membuat perbedaan yang semakin sulit untuk dikejar bagi Rublev.
Meski begitu, petenis Rusia itu tetap berusaha dengan menahan servis pada gim ketiga set ketiga, bangkit dari ketertinggalan 15-40. Namun, tidak lama setelah itu Tiafoe mengambil break untuk memimpin 4-3 yang membuat Rublev diliputi emosi, tampak tersedu-sedu dengan handuk menutupi wajahnya. Tiafoe menahan dua break point di gim berikutnya dan memimpin 5-3 dengan ace ke-17 sebelum menutup kemenangan.
Tiafoe, yang ingin menjadi pria Afrika-Amerika pertama yang memenangi US Open sejak Arthue Ashe pada 1968, tampil gemilang untuk mengalahkan unggulan kesembilan asal Rusia Rublev 7-6(7/3) 7-6(7/0) 6-4 dalam dua jam 36 menit.
Laga tersebut menunjukkan penampilan luar biasa Tiafoe yang berusia 24 tahun, yang menyingkirkan petenis legendaris Spanyol Rafael Nadal pada babak keempat.
Tiafoe, unggulan ke-22, akan menghadapi unggulan ketiga asal Spanyol Carlos Alcaraz atau Jannik Sinner dalam penampilan semifinal Grand Slam pertamanya. "Ini gila," kata Tiafoe usai kemenangannya di Stadion Arthur Ashe, seperti disiarkan AFP.
"Merasakan kemenangan terbesar dalam hidup saya, kemudian bertanding lagi dan mendapatkan kemenangan besar lainnya. Andrey adalah petenis yang hebat, jadi untuk dapat mengalahkannya adalah kemajuan yang besar. Sulit untuk membuka halaman baru tetapi saya melakukannya dan sekarang saya berada di semifinal."
Tiafoe, putra imigran dari Sierra Leone yang mulai bermain tenis saat berusia empat tahun ketika ayahnya bekerja sebagai penjaga tetap di fasilitas tenis di Maryland, mengatakan bahwa dia mendapat semangat dari penonton tuan rumah yang berapi-api di Arthur Ashe.
"Saya selalu menemukan jalan entah bagaimana di lapangan ini," katanya kepada para penggemar selama wawancara di lapangan. "Mari kita nikmati yang satu ini -- kita punya dua pertandingan lagi, dua lagi."
Kemenangan Tiafoe berbekal servis yang solid dan penguasaan momen-momen penting. Petenis AS itu melepaskan 18 ace dan tidak pernah dipatahkan sekali pun oleh Rublev, yang ingin mencapai semifinal Grand Slam pertamanya setelah lima kali tersingkir di perempat final.
Rublev tidak dapat mengambil satu pun dari empat break point yang dia dapatkan selama kompetisi berkualitas tinggi dengan margin terbaik itu. Petenis Rusia berusia 24 tahun itu mendapatkan break point pada kedudukan 6-5 di set pertama tetapi tidak mampu mengkonversi angka ketika Tiafoe berjuang untuk bertahan.
Baca juga: Petenis Jannick Sinner sakit hati kalah setelah tanding 5 jam
Baca juga: Petenis Ons Jabeur kembali cetak sejarah
Tiafoe kemudian menunjukkan ketenangan yang lebih besar di tie-break, menutupnya dengan ace untuk memimpin satu set. Set kedua dimainkan dengan cara yang hampir sama, dengan tie-break setelah kedua pemain tidak bisa mendapatkan break dari servis.
Namun, Tiafoe sekali lagi bangkit. Ace back-to-back membawanya memimpin 5-0 sebelum pukulan backhand memberinya enam poin untuk memimpin dua set, membuat perbedaan yang semakin sulit untuk dikejar bagi Rublev.
Meski begitu, petenis Rusia itu tetap berusaha dengan menahan servis pada gim ketiga set ketiga, bangkit dari ketertinggalan 15-40. Namun, tidak lama setelah itu Tiafoe mengambil break untuk memimpin 4-3 yang membuat Rublev diliputi emosi, tampak tersedu-sedu dengan handuk menutupi wajahnya. Tiafoe menahan dua break point di gim berikutnya dan memimpin 5-3 dengan ace ke-17 sebelum menutup kemenangan.