Mataram (ANTARA) - Kepolisian Daerah (Polda) Nusa Tenggara Barat menyiagakan personel untuk mengantisipasi dampak bencana kekeringan yang kini melanda sembilan dari 10 kabupaten dan kota di provinsi ini.
Kepala Bidang Humas Polda NTB Komisaris Besar Polisi Artanto di Mataram, Senin, mengatakan bahwa ada dua persoalan yang menjadi perhatian pihaknya di tengah bencana kekeringan.
"Pertama, soal potensi kebakaran lahan," kata Artanto.
Terkait dengan potensi tersebut, dia memastikan bahwa pihaknya mengandalkan garda terdepan Polri yang bertugas di desa maupun kelurahan.
"Antisipasi mulai dari tingkat bhabinkamtibmas dan polsek-polsek. Mereka memonitor titik-titik yang berpotensi menjadi asal kemunculan api kebakaran. Itu bentuk pencegahan secara dini di lapangan," ujarnya.
Dalam mencegah kebakaran, pihaknya mengajak peran masyarakat untuk menjaga wilayah. Khusus di kawasan hutan ataupun lahan yang sangat berpotensi terjadi kebakaran.
"Seperti di kawasan pegunungan. Masyarakat maupun para pendaki diimbau untuk tidak membuat titik api yang bisa mengakibatkan kebakaran lahan secara meluas," ucap dia.
Kedua, lanjut Artanto, potensi dan perhatian kebutuhan air bersih. Dalam hal ini, pihaknya mengedepankan fungsi polres di setiap kabupaten/kota.
"Kita ketahui bahwa air bersih itu sulit diperoleh di tengah bencana kekeringan. Untuk itu, penyaluran air bersih kami laksanakan secara rutin ke wilayah terdampak. Utamanya di kawasan pelosok yang jauh dari suplai kebutuhan pokok," kata Artanto.
Dalam menyalurkan air bersih, jelas dia, polres mengandalkan kendaraan dinas jenis tanki air dan "water cannon".
Bantuan untuk masyarakat terdampak bencana kekeringan, katanya, tidak hanya fokus pada pendistribusian air bersih. Pembagian sembako juga menjadi salah satu kegiatan bakti sosial Polri kepada masyarakat.
"Seperti masyarakat di pulau-pulau kecil, kami berikan bantuan sembako kepada mereka. Bantuan juga diberikan kepada nelayan," ucapnya.
Dengan kondisi kekeringan, Artanto meminta kerja sama masyarakat untuk saling menjaga lingkungan agar terhindar dari ancaman kebakaran.
"Jika menyalakan api atau membakar sesuatu, jangan ditinggalkan, pastikan api yang sudah menyala itu ditinggalkan dalam keadaan sudah padam," ujar dia.
Ia berharap untuk wilayah yang terkena dampak kekeringan agar segera melapor ke pihak terkait. Dengan begitu akan segera dikirim bantuan air bersih dan bantuan lainnya.
"Segera laporkan agar segera didistribusikan bantuan," kata Artanto.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) NTB mencatat ada dua dari sembilan kabupaten dan kota yang kini sudah meningkatkan status siaga menjadi tanggap darurat bencana kekeringan, yakni Kabupaten Lombok Timur dan Sumbawa.
Menurut data terakhir, ada 296 desa dari 74 kecamatan yang terdampak bencana kekeringan. Berdasarkan jumlah penduduk, bencana kekeringan memberikan dampak kepada 500 ribu jiwa dan 100 ribu kepala keluarga.
Kepala Bidang Humas Polda NTB Komisaris Besar Polisi Artanto di Mataram, Senin, mengatakan bahwa ada dua persoalan yang menjadi perhatian pihaknya di tengah bencana kekeringan.
"Pertama, soal potensi kebakaran lahan," kata Artanto.
Terkait dengan potensi tersebut, dia memastikan bahwa pihaknya mengandalkan garda terdepan Polri yang bertugas di desa maupun kelurahan.
"Antisipasi mulai dari tingkat bhabinkamtibmas dan polsek-polsek. Mereka memonitor titik-titik yang berpotensi menjadi asal kemunculan api kebakaran. Itu bentuk pencegahan secara dini di lapangan," ujarnya.
Dalam mencegah kebakaran, pihaknya mengajak peran masyarakat untuk menjaga wilayah. Khusus di kawasan hutan ataupun lahan yang sangat berpotensi terjadi kebakaran.
"Seperti di kawasan pegunungan. Masyarakat maupun para pendaki diimbau untuk tidak membuat titik api yang bisa mengakibatkan kebakaran lahan secara meluas," ucap dia.
Kedua, lanjut Artanto, potensi dan perhatian kebutuhan air bersih. Dalam hal ini, pihaknya mengedepankan fungsi polres di setiap kabupaten/kota.
"Kita ketahui bahwa air bersih itu sulit diperoleh di tengah bencana kekeringan. Untuk itu, penyaluran air bersih kami laksanakan secara rutin ke wilayah terdampak. Utamanya di kawasan pelosok yang jauh dari suplai kebutuhan pokok," kata Artanto.
Dalam menyalurkan air bersih, jelas dia, polres mengandalkan kendaraan dinas jenis tanki air dan "water cannon".
Bantuan untuk masyarakat terdampak bencana kekeringan, katanya, tidak hanya fokus pada pendistribusian air bersih. Pembagian sembako juga menjadi salah satu kegiatan bakti sosial Polri kepada masyarakat.
"Seperti masyarakat di pulau-pulau kecil, kami berikan bantuan sembako kepada mereka. Bantuan juga diberikan kepada nelayan," ucapnya.
Dengan kondisi kekeringan, Artanto meminta kerja sama masyarakat untuk saling menjaga lingkungan agar terhindar dari ancaman kebakaran.
"Jika menyalakan api atau membakar sesuatu, jangan ditinggalkan, pastikan api yang sudah menyala itu ditinggalkan dalam keadaan sudah padam," ujar dia.
Ia berharap untuk wilayah yang terkena dampak kekeringan agar segera melapor ke pihak terkait. Dengan begitu akan segera dikirim bantuan air bersih dan bantuan lainnya.
"Segera laporkan agar segera didistribusikan bantuan," kata Artanto.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) NTB mencatat ada dua dari sembilan kabupaten dan kota yang kini sudah meningkatkan status siaga menjadi tanggap darurat bencana kekeringan, yakni Kabupaten Lombok Timur dan Sumbawa.
Menurut data terakhir, ada 296 desa dari 74 kecamatan yang terdampak bencana kekeringan. Berdasarkan jumlah penduduk, bencana kekeringan memberikan dampak kepada 500 ribu jiwa dan 100 ribu kepala keluarga.