Badung (ANTARA) - Ketua Bali Medical Tourism Association (BMTA) Dr. I Gede Wiryana Patrajaya dalam forum HIMSS APAC Health Conference & Exhibition menyampaikan bahwa dari 72 rumah sakit di Bali, sebanyak 14 rumah sakit dan tiga klinik telah menyediakan layanan wisata medis.
"Ada enam rumah sakit pemerintah dan delapan swasta. RS pemerintah itu kita pilih yang punya layanan unggulan seperti RSUP Prof Ngoerah layanan jantung, RS Mata Bali Mandara khusus mata, RS Bali Mandara itu kanker," kata Wiryana di Kabupaten Badung, Selasa.
Kemudian, layanan wisata medis juga hadir di RS Bhayangkara untuk hiperbarik, RS PTN Unud penyakit infeksi, dan RS Mangusada Badung untuk kanker jantung. Selain rumah sakit pemerintah, layanan tersebut juga hadir di rumah sakit swasta seperti RS Siloam untuk ortopedi, RS BIMC Nusa Dua untuk kosmetik, RS BIMC Kuta untuk emergency.
Kemudian RS Prima Medika untuk kanker, RS Bali Royal Hospital untuk bayi tabung dan bedah plastik, RS Kasih Ibu Saba dengan hiperbarik, RS Kasih Ibu Denpasar bedah syaraf dan RS Ramata khusus mata.
Untuk tiga klinik yang telah menghadirkan wisata medis di Bali yaitu Dental 911 untuk gigi, Klinik Penta Medika untuk evakuasi dan Klinik 221 Assist untuk evakuasi. Selain itu, Wiryana mengatakan bahwa saat ini sebanyak lima faskes terutama klinik estetik tengah mengajukan diri untuk bergabung sebagai penyedia layanan wisata medis di Bali.
Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin saat membuka forum HIMSS APAC secara daring di Bali juga terus mendorong rumah sakit di Pulau Dewata untuk siap terdepan melayani wisata medis. Sementara itu Kepala Sub Bagian (Kasubag) Humas RSUP Prof Ngoerah Dewa Ketut Kresna memandang program ini sebagai bentuk strategis untuk mengenalkan rumah sakit yang sebelumnya bernama RSUP Sanglah itu.
"Seperti yang dikatakan menteri, rumah sakit di Bali didorong untuk memiliki 'medical tourism' dan di RS Prof Ngoerah sendiri sudah mempersiapkan hal itu khususnya bedah jantung, kesehatan ibu dan anak, kanker dan pelayanan pusat estetik yang diharapkan akan melengkapi pelayanan medical tourism di Bali," kata dia.
Adapun keuntungan dari layanan tersebut bagi rumah sakit, Dewa menyebut rumah sakit akan lebih leluasa dari segi tarif dan dapat mengembangkan pelayanan dan pengembangan sumber daya manusia.
Baca juga: Kemenparekraf menilai potensi wisata medis NTB besar
Baca juga: Potensi pengembangan wisata medis terbuka di Lombok
"Keuntungan bagi rumah sakit selama ini rumah sakit melayani pasien BPJS yang tentu anggarannya terbatas sekali. Tapi, dengan 'medical tourism' ada keleluasaan dari segi tarif, dan dalam pengembangan pelayanan dan tentunya pengembangan SDM juga," ujarnya.
"Ada enam rumah sakit pemerintah dan delapan swasta. RS pemerintah itu kita pilih yang punya layanan unggulan seperti RSUP Prof Ngoerah layanan jantung, RS Mata Bali Mandara khusus mata, RS Bali Mandara itu kanker," kata Wiryana di Kabupaten Badung, Selasa.
Kemudian, layanan wisata medis juga hadir di RS Bhayangkara untuk hiperbarik, RS PTN Unud penyakit infeksi, dan RS Mangusada Badung untuk kanker jantung. Selain rumah sakit pemerintah, layanan tersebut juga hadir di rumah sakit swasta seperti RS Siloam untuk ortopedi, RS BIMC Nusa Dua untuk kosmetik, RS BIMC Kuta untuk emergency.
Kemudian RS Prima Medika untuk kanker, RS Bali Royal Hospital untuk bayi tabung dan bedah plastik, RS Kasih Ibu Saba dengan hiperbarik, RS Kasih Ibu Denpasar bedah syaraf dan RS Ramata khusus mata.
Untuk tiga klinik yang telah menghadirkan wisata medis di Bali yaitu Dental 911 untuk gigi, Klinik Penta Medika untuk evakuasi dan Klinik 221 Assist untuk evakuasi. Selain itu, Wiryana mengatakan bahwa saat ini sebanyak lima faskes terutama klinik estetik tengah mengajukan diri untuk bergabung sebagai penyedia layanan wisata medis di Bali.
Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin saat membuka forum HIMSS APAC secara daring di Bali juga terus mendorong rumah sakit di Pulau Dewata untuk siap terdepan melayani wisata medis. Sementara itu Kepala Sub Bagian (Kasubag) Humas RSUP Prof Ngoerah Dewa Ketut Kresna memandang program ini sebagai bentuk strategis untuk mengenalkan rumah sakit yang sebelumnya bernama RSUP Sanglah itu.
"Seperti yang dikatakan menteri, rumah sakit di Bali didorong untuk memiliki 'medical tourism' dan di RS Prof Ngoerah sendiri sudah mempersiapkan hal itu khususnya bedah jantung, kesehatan ibu dan anak, kanker dan pelayanan pusat estetik yang diharapkan akan melengkapi pelayanan medical tourism di Bali," kata dia.
Adapun keuntungan dari layanan tersebut bagi rumah sakit, Dewa menyebut rumah sakit akan lebih leluasa dari segi tarif dan dapat mengembangkan pelayanan dan pengembangan sumber daya manusia.
Baca juga: Kemenparekraf menilai potensi wisata medis NTB besar
Baca juga: Potensi pengembangan wisata medis terbuka di Lombok
"Keuntungan bagi rumah sakit selama ini rumah sakit melayani pasien BPJS yang tentu anggarannya terbatas sekali. Tapi, dengan 'medical tourism' ada keleluasaan dari segi tarif, dan dalam pengembangan pelayanan dan tentunya pengembangan SDM juga," ujarnya.