Mataram (ANTARA) - Bangunan Sekolah Dasar (SD) Negeri 48 Ampenan, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), rawan roboh sebab kondisi bangunan sudah kurang layak dan belum diperbaiki sejak bencana gempa bumi pada 2018.
Ahmadi Hidayat, salah seorang guru di SDN 48 Mataram di Mataram, Senin, mengatakan kondisi bangunan sejak gempa menjadi tidak stabil dan sampai sekarang masih belum ada perbaikan.
"Alhamdulillah, tapi tidak sampai roboh meskipun setiap sudut ruangan kelas retak, bahkan lantai kelas ada yang terangkat,” katanya.
Dia mengatakan, kondisi bangunan sekolah yang memprihatinkan bukan karena adanya gempa saja, tapi karena struktur tanah di bawah bangunan sekolah memang tempat pembuangan air dan sampah sehingga bangunan sekolah rentan rusak.
“Tempat dibangunnya sekolah inikan memang tempat di mana pembuangan air dan sampah, kondisi itulah yang memperparah keadaan bangunan sekolah,” katanya.
Ia menambahkan pemerintah memberi pilihan kepada sekolah untuk menitipkan siswa disekolah lain sementara ada perbaikan, sedangkan pihak sekolah menyarankan untuk dibuatkan saja tempat belajar di halaman sekolah.
“Kita sih terima apa adanya, karena kita disini kan hanya pengguna, tapi 90 persen rumah siswa berada di sekitar sini, jadi kalau mau dititip di sekolah lain, kasihan kan mereka kejauhan untuk kesekolah, disini aja yang dekat masih banyak yang terlambat,” katanya.
Menurutnya, opsi yang diberikan sekolah untuk dibuatkan tempat belajar sementara di halaman agar siswa tidak kejauhan kalau dititip di sekolah lain.
"Kita berharap semoga pemerintah segera memberikan solusi terhadap kekhawatiran para guru," katanya.
Ahmadi Hidayat, salah seorang guru di SDN 48 Mataram di Mataram, Senin, mengatakan kondisi bangunan sejak gempa menjadi tidak stabil dan sampai sekarang masih belum ada perbaikan.
"Alhamdulillah, tapi tidak sampai roboh meskipun setiap sudut ruangan kelas retak, bahkan lantai kelas ada yang terangkat,” katanya.
Dia mengatakan, kondisi bangunan sekolah yang memprihatinkan bukan karena adanya gempa saja, tapi karena struktur tanah di bawah bangunan sekolah memang tempat pembuangan air dan sampah sehingga bangunan sekolah rentan rusak.
“Tempat dibangunnya sekolah inikan memang tempat di mana pembuangan air dan sampah, kondisi itulah yang memperparah keadaan bangunan sekolah,” katanya.
Ia menambahkan pemerintah memberi pilihan kepada sekolah untuk menitipkan siswa disekolah lain sementara ada perbaikan, sedangkan pihak sekolah menyarankan untuk dibuatkan saja tempat belajar di halaman sekolah.
“Kita sih terima apa adanya, karena kita disini kan hanya pengguna, tapi 90 persen rumah siswa berada di sekitar sini, jadi kalau mau dititip di sekolah lain, kasihan kan mereka kejauhan untuk kesekolah, disini aja yang dekat masih banyak yang terlambat,” katanya.
Menurutnya, opsi yang diberikan sekolah untuk dibuatkan tempat belajar sementara di halaman agar siswa tidak kejauhan kalau dititip di sekolah lain.
"Kita berharap semoga pemerintah segera memberikan solusi terhadap kekhawatiran para guru," katanya.