Jakarta (ANTARA) - Ekonom Senior Chatib Basri menyebut kampanye pada tahun politik di 2023 akan berdampak positif terhadap perekonomian karena mendorong peredaran uang di tengah masyarakat.
“Sepanjang pengalaman melalui pemilu langsung, jelang tahun pemilu, spending akan naik. Karena misalnya spending untuk peralatan kampanye saja sudah berapa,” kata Chatib dalam Mandiri Sekuritas Market Outlook di Plaza Mandiri, Jakarta, Rabu.
Pada 2023 ia memprediksi politisi akan mulai melakukan perjalanan untuk menggalang dukungan sehingga beberapa sektor seperti transportasi akan diuntungkan. Di samping itu, kampanye yang dilakukan melalui berbagai acara, dari mulai pagelaran musik dan pembagian pakaian yang biasanya disertai pembagian makanan juga akan mendorong masyarakat melakukan konsumsi.
Namun demikian, ia memperkirakan belanja untuk kampanye tersebut tidak lantas dapat meredam dampak resesi global terhadap perekonomian nasional. Menurutnya Indonesia memang tidak akan mengalami resesi sebagaimana Amerika Serikat dan Eropa, tetapi perekonomian Indonesia akan mengalami pelemahan.
Baca juga: Bakesbangpol Mataram menggandeng mahasiswa bangun kesadaran politik
Baca juga: Menkominfo menegaskan DEWG bukan wadah bahas politik Rusia-Ukraina
“Karena total belanja pemerintah kepada PDB (Produk Domestik Bruto) saja relatif kecil, tapi itu akan membantu transmisi uang terhadap belanja masyarakat dalam negeri,” katanya.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat sumbangan konsumsi pemerintah pada Produk Domestik Bruto (PDB) pada kuartal II 2022 hanya mencapai 6,94 persen. Meskipun kampanye politik dapat mendorong peredaran uang, tetapi menurutnya masyarakat juga akan mengalami kekhawatiran terhadap ketidakpastian terhadap kebijakan. “Kekhawatiran orang pada tahun politik biasanya terhadap kebijakan yang menyebabkan ketidakpastian, apakah akan ada reformasi atau tidak,” ucapnya.