Sumut (ANTARA) - Ketua Harian Nasional DPP Partai Perindo Tuan Guru Bajang (TGB) HM Zainul Majdi mengingatkan pentingnya menjaga keberagaman. Hal tersebut disampaikan TGB saat berdialog dengan tokoh lintas agama seluruh Sumatera Utara (Sumut), di Medan, Kamis (13/10).
Hadir Tokoh Nahdlatul Ulama Sumut KH Ali Marbun, Tuan Guru Batak Syekh H Ahmad Sabban El-Rahmaniy Rajagukguk, Ustaz Amhar Nasution, pengurus Al Washliyah Sumut, Gema Masjid Sumut, bersama tokoh dan organisasi umat muslim lainnya.
Selain itu, Ketua Walubi Sumut Brilian Mokhtar, Ketua Inti Indra Wahidin, dari Keuskupan Agung, dari PGI, dari Konghucu, tokoh umat Hindu dan undangan.
TGB menjelaskan, Indonesia ibaratnya rumah besar yang diisi dengan beberapa ruangan. Setiap ruangan itu menampung orang yang berbeda-beda.
Indonesia satu rumah besar punya kamar tidur masing-masing-masing yang dirawat dan dibersihkan agar kita nyaman.
"Di rumah besar tersebut ada ruang keluarga yang merupakan ruangan paling besar, gunanya untuk mempertemukan penghuni-penghuni kamar, silaturahmi," katanya.
Sebagai umat beragama, Doktor Ahli Tafsir Alquran itu menambahkan, manusia tidak cukup saling bertegur sapa, bersalaman maupun melambaikan tangan saja. Perlu ada rasa menghormati setiap perbedaan.
"Kita harus sering berkumpul, cakap-cakap di ruang keluarga yang memiliki ukuran paling luas di dalam satu rumah tersebut," ujarnya.
Ketika masing-masing hanya fokus pada kamar pribadi, kata TGB, kemudian sibuk dan asyik menata serta mempercantiknya kadang membuatnya lupa untuk keluar. Hal itu akhirnya membuat tak ada saling silaturahmi.
"Sampai lupa kemudian keluar kamar. Mari kita rawat apa yang diwariskan pendahulu, merayakan perbedaan dengan seperti yang dicontohkan pendiri bangsa," ucapnya.
Ia menceritakan, Bung Karno, Bung Hatta, serta pendiri bangsa yang lain memiliki agama, pemikiran berbeda, dan latar belakang pendidikan beragam. Namun, demi untuk Indonesia, semuanya menyatukan diri.
"Ini harus kita lanjutkan perjuangan itu," ajak TGB.
Sementara itu, Tuan Guru Batak, menilai dialog kebangsaan yang menghadirkan Tuan Guru Bajang sangat tepat.
"Doktor Tuan Guru Bajang Haji Muhammad Zainul Majdi, Lc, MA merupakan figur lengkap. Beliau memiliki kekuatan intelektual, kekuatan spiritual dan kekuatan kepemimpinan," ucapnya.
Tuan Guru Batak yang juga akrab disapa TGB pun mendukung langkah yang diambil Tuan Guru Bajang terjun ke dunia politik.
"Sosok seperti Tuan Guru Bajang sangat diperlukan mengawal bangsa ini menjadi bangsa yang maju, rukun dan damai," katanya.
Sementara itu, Ketua DPW Partai Perindo Sumut, Rudi Zulham Hasibuan mengatakan, sudah dua kali Tuan Guru Bajang Muhammad Zainul Majdi berkunjung ke Sumut sejak menjabat sebagai Ketua Harian Nasional DPP Partai Perindo.
"Namun yang istimewa malam ini, cita-cita saya mempertemukan dua TGB tercapai. Tuan Guru Bajang dan Tuan Guru Batak bertemu disini," katanya.
Rudi tak lupa mengucapkan terima kasih kepada seluruh pemuka agama yang hadir malam ini.
‘"Mudah-mudahan dialog kebangsaan ini mempererat persatuan kita untuk bersama-sama membangun Sumut lebih baik lagi dan semakin maju lagi ke depan," kata Rudi.
Hadir Tokoh Nahdlatul Ulama Sumut KH Ali Marbun, Tuan Guru Batak Syekh H Ahmad Sabban El-Rahmaniy Rajagukguk, Ustaz Amhar Nasution, pengurus Al Washliyah Sumut, Gema Masjid Sumut, bersama tokoh dan organisasi umat muslim lainnya.
Selain itu, Ketua Walubi Sumut Brilian Mokhtar, Ketua Inti Indra Wahidin, dari Keuskupan Agung, dari PGI, dari Konghucu, tokoh umat Hindu dan undangan.
TGB menjelaskan, Indonesia ibaratnya rumah besar yang diisi dengan beberapa ruangan. Setiap ruangan itu menampung orang yang berbeda-beda.
Indonesia satu rumah besar punya kamar tidur masing-masing-masing yang dirawat dan dibersihkan agar kita nyaman.
"Di rumah besar tersebut ada ruang keluarga yang merupakan ruangan paling besar, gunanya untuk mempertemukan penghuni-penghuni kamar, silaturahmi," katanya.
Sebagai umat beragama, Doktor Ahli Tafsir Alquran itu menambahkan, manusia tidak cukup saling bertegur sapa, bersalaman maupun melambaikan tangan saja. Perlu ada rasa menghormati setiap perbedaan.
"Kita harus sering berkumpul, cakap-cakap di ruang keluarga yang memiliki ukuran paling luas di dalam satu rumah tersebut," ujarnya.
Ketika masing-masing hanya fokus pada kamar pribadi, kata TGB, kemudian sibuk dan asyik menata serta mempercantiknya kadang membuatnya lupa untuk keluar. Hal itu akhirnya membuat tak ada saling silaturahmi.
"Sampai lupa kemudian keluar kamar. Mari kita rawat apa yang diwariskan pendahulu, merayakan perbedaan dengan seperti yang dicontohkan pendiri bangsa," ucapnya.
Ia menceritakan, Bung Karno, Bung Hatta, serta pendiri bangsa yang lain memiliki agama, pemikiran berbeda, dan latar belakang pendidikan beragam. Namun, demi untuk Indonesia, semuanya menyatukan diri.
"Ini harus kita lanjutkan perjuangan itu," ajak TGB.
Sementara itu, Tuan Guru Batak, menilai dialog kebangsaan yang menghadirkan Tuan Guru Bajang sangat tepat.
"Doktor Tuan Guru Bajang Haji Muhammad Zainul Majdi, Lc, MA merupakan figur lengkap. Beliau memiliki kekuatan intelektual, kekuatan spiritual dan kekuatan kepemimpinan," ucapnya.
Tuan Guru Batak yang juga akrab disapa TGB pun mendukung langkah yang diambil Tuan Guru Bajang terjun ke dunia politik.
"Sosok seperti Tuan Guru Bajang sangat diperlukan mengawal bangsa ini menjadi bangsa yang maju, rukun dan damai," katanya.
Sementara itu, Ketua DPW Partai Perindo Sumut, Rudi Zulham Hasibuan mengatakan, sudah dua kali Tuan Guru Bajang Muhammad Zainul Majdi berkunjung ke Sumut sejak menjabat sebagai Ketua Harian Nasional DPP Partai Perindo.
"Namun yang istimewa malam ini, cita-cita saya mempertemukan dua TGB tercapai. Tuan Guru Bajang dan Tuan Guru Batak bertemu disini," katanya.
Rudi tak lupa mengucapkan terima kasih kepada seluruh pemuka agama yang hadir malam ini.
‘"Mudah-mudahan dialog kebangsaan ini mempererat persatuan kita untuk bersama-sama membangun Sumut lebih baik lagi dan semakin maju lagi ke depan," kata Rudi.