Jakarta (ANTARA) - Persatuan Warga Tulang Sehat Indonesia (Perwatusi) menyatakan bahwa Hari Osteoporosis Nasional (HON) yang diperingati setiap 20 Oktober menjadi momentum bagi masyarakat dari semua kalangan usia untuk menjaga kepadatan tulang dengan memperbanyak gerak dan memenuhi asupan nutrisi.
Ketua Umum Perwatusi Anita A. Hutagalung mengatakan, pemahaman tentang pentingnya aktivitas fisik, nutrisi, dan pola makan dengan gizi seimbang masih sangat kurang. Padahal, kata dia, upaya-upaya tersebut penting dilakukan sejak usia muda untuk mencegah atau mengurangi risiko osteoporosis di masa tua.
"Kita harus menjaga kesehatan tulang dari kita muda. Tulang itu harus kita tabung. Mulai usia 30 tahun itu mulai ada penurunan (kepadatan tulang), kalau sudah ada tabungan maka kita tidak akan sampai drop dan osteoporosisnya tidak terlalu cepat datang kepada kita," ujar Anita pada peringatan Hari Osteoporosis Nasional di Gelora Bung Karno Jakarta, Minggu.
Anita mengatakan, Perwatusi memiliki terobosan agar kawula muda hingga lansia bisa terus bergerak, yakni dengan mengadakan senam. Namun sejak pandemi COVID-19, senam diadakan virtual setiap Selasa, Kamis, dan Sabtu. "Perwatusi itu ada tiga (senam), yaitu senam pencegahan osteoporosis, senam osteoporosis, dan osteo dance itu untuk kawula muda," katanya.
Ia menambahkan, Perwatusi juga memiliki program untuk mengadakan edukasi di sekolah-sekolah baik SD, SMP, maupun SMA, mengenai pentingnya bergerak untuk mencegah osteoporosis.
Secara terpisah, Ketua Dewan Pengawas Perwatusi Prof. Dr. dr. Ichramsjah A. Rachman, Sp.OG(K) melalui keterangan tertulisnya mengatakan, kesadaran untuk menjaga kepadatan tulang sejak usia muda sangat penting.
Pasalnya, kata dia, pengeroposan tulang terjadi sangat pelan selama bertahun-tahun dan tidak menimbulkan keluhan maupun kelainan bentuk. Namun, tulang akan tiba-tiba retak atau bahkan patah. "Jika memang selamat dari patah, pada saat usia lanjut, jadi sering merasa ngilu di seluruh tulangnya. Begitu diperiksa, baru diketahui bahwa tulangnya keropos," kata Ichramsjah.
Dia menambahkan, osteoporosis dapat menimbulkan dampak yang serius karena berpotensi memberikan beban signifikan pada kualitas hidup. Penderita akan sulit melakukan aktivitas sehari-hari seperti makan, berpakaian, berbelanja, atau mengemudi.
Ketua Umum Perwatusi Anita A. Hutagalung mengatakan, pemahaman tentang pentingnya aktivitas fisik, nutrisi, dan pola makan dengan gizi seimbang masih sangat kurang. Padahal, kata dia, upaya-upaya tersebut penting dilakukan sejak usia muda untuk mencegah atau mengurangi risiko osteoporosis di masa tua.
"Kita harus menjaga kesehatan tulang dari kita muda. Tulang itu harus kita tabung. Mulai usia 30 tahun itu mulai ada penurunan (kepadatan tulang), kalau sudah ada tabungan maka kita tidak akan sampai drop dan osteoporosisnya tidak terlalu cepat datang kepada kita," ujar Anita pada peringatan Hari Osteoporosis Nasional di Gelora Bung Karno Jakarta, Minggu.
Anita mengatakan, Perwatusi memiliki terobosan agar kawula muda hingga lansia bisa terus bergerak, yakni dengan mengadakan senam. Namun sejak pandemi COVID-19, senam diadakan virtual setiap Selasa, Kamis, dan Sabtu. "Perwatusi itu ada tiga (senam), yaitu senam pencegahan osteoporosis, senam osteoporosis, dan osteo dance itu untuk kawula muda," katanya.
Ia menambahkan, Perwatusi juga memiliki program untuk mengadakan edukasi di sekolah-sekolah baik SD, SMP, maupun SMA, mengenai pentingnya bergerak untuk mencegah osteoporosis.
Secara terpisah, Ketua Dewan Pengawas Perwatusi Prof. Dr. dr. Ichramsjah A. Rachman, Sp.OG(K) melalui keterangan tertulisnya mengatakan, kesadaran untuk menjaga kepadatan tulang sejak usia muda sangat penting.
Pasalnya, kata dia, pengeroposan tulang terjadi sangat pelan selama bertahun-tahun dan tidak menimbulkan keluhan maupun kelainan bentuk. Namun, tulang akan tiba-tiba retak atau bahkan patah. "Jika memang selamat dari patah, pada saat usia lanjut, jadi sering merasa ngilu di seluruh tulangnya. Begitu diperiksa, baru diketahui bahwa tulangnya keropos," kata Ichramsjah.
Dia menambahkan, osteoporosis dapat menimbulkan dampak yang serius karena berpotensi memberikan beban signifikan pada kualitas hidup. Penderita akan sulit melakukan aktivitas sehari-hari seperti makan, berpakaian, berbelanja, atau mengemudi.