Mataram (ANTARA) - Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Mataram Provinsi Nusa Tenggara Barat telah memesan obat dialisis untuk anak-anak yang menderita gangguan ginjal akut di daerah ini.
Direktur Utama (Dirut) RSUD Kota Mataram dr Hj Eka Nurhayati di Mataram, Senin, mengatakan pemesanan obat dialisis tersebut sebagai langkah antisipasi adanya kasus gangguan ginjal pada anak-anak.
"Sampai hari ini (Senin 24/10), kami belum menangani kasus gagal ginjal anak. Harapan kita tidak pernah ada," katanya.
Kendati demikian, lanjutnya, upaya antisipasi perlu dilakukan dengan menyiapkan berbagai fasilitas dan sarana termasuk obat-obatan karena pasien gagal ginjal harus cuci darah, dan itu dilakukan dalam hitungan jam.
"Jadi kita harus sedia 'payung sebelum hujan'. Obat pasien gagal ginjal anak yang kita dipesan itu untuk lima pasien, tapi semoga obat tersebut tidak akan pernah digunakan," katanya.
Lebih jauh Eka mengatakan, setelah adanya edaran dari Kementerian Kesehatan (Menkes) dan Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi NTB menyikapi kasus gangguan ginjal akut pada anak, pihak RSUD Kota Mataram telah menyetop peresepan obat oral dalam bentuk cair untuk anak-anak dan dialihkan obat ke dalam bentuk obat puyer.
Para dokter terutama dokter anak yang ada di Poliklinik Anak dan merupakan anggota Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) di RSUD Mataram, rata-rata sudah melaksanakan edaran tersebut.
"Hal itu sebagai upaya kita meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi risiko gagal ginjal di kalangan anak-anak," katanya.
Eka menambahkan, pasien anak yang datang berobat ke poliklinik setiap hari masih tetap ramai atau lebih dari 20 pasien per hari dengan keluhan demam, batuk, dan pilek.
"Keluhan penyakit anak itu biasanya dipicu karena faktor cuaca. Alhamdulillah, kita belum ada menangani anak yang mengidap penyakit serius, apalagi gagal ginjal," katanya lagi.
Direktur Utama (Dirut) RSUD Kota Mataram dr Hj Eka Nurhayati di Mataram, Senin, mengatakan pemesanan obat dialisis tersebut sebagai langkah antisipasi adanya kasus gangguan ginjal pada anak-anak.
"Sampai hari ini (Senin 24/10), kami belum menangani kasus gagal ginjal anak. Harapan kita tidak pernah ada," katanya.
Kendati demikian, lanjutnya, upaya antisipasi perlu dilakukan dengan menyiapkan berbagai fasilitas dan sarana termasuk obat-obatan karena pasien gagal ginjal harus cuci darah, dan itu dilakukan dalam hitungan jam.
"Jadi kita harus sedia 'payung sebelum hujan'. Obat pasien gagal ginjal anak yang kita dipesan itu untuk lima pasien, tapi semoga obat tersebut tidak akan pernah digunakan," katanya.
Lebih jauh Eka mengatakan, setelah adanya edaran dari Kementerian Kesehatan (Menkes) dan Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi NTB menyikapi kasus gangguan ginjal akut pada anak, pihak RSUD Kota Mataram telah menyetop peresepan obat oral dalam bentuk cair untuk anak-anak dan dialihkan obat ke dalam bentuk obat puyer.
Para dokter terutama dokter anak yang ada di Poliklinik Anak dan merupakan anggota Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) di RSUD Mataram, rata-rata sudah melaksanakan edaran tersebut.
"Hal itu sebagai upaya kita meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi risiko gagal ginjal di kalangan anak-anak," katanya.
Eka menambahkan, pasien anak yang datang berobat ke poliklinik setiap hari masih tetap ramai atau lebih dari 20 pasien per hari dengan keluhan demam, batuk, dan pilek.
"Keluhan penyakit anak itu biasanya dipicu karena faktor cuaca. Alhamdulillah, kita belum ada menangani anak yang mengidap penyakit serius, apalagi gagal ginjal," katanya lagi.