Kupang (ANTARA) - Gubernur Nusa Tenggara Timur Viktor Bungtilu Laiskodat mengapresiasi angka prevalensi kasus stunting pada anak di Kabupaten Sumba Barat Daya (SBD), Pulau Sumba, menurun hingga 20 persen per Oktober 2022.
"Saya berterima kasih kepada semua pihak yang telah bekerja keras sehingga mampu menurunkan angka stunting di Sumba Barat Daya dengan cukup signifikan yakni dari angka 40 persen kini turun menjadi 20 persen," katanya dalam siaran pers Biro Humas Setda Provinsi NTT yang diterima di Kupang, Senin.
Ia mengatakan hal itu berkaitan dengan perkembangan penanganan masalah stunting di Kabupaten Sumba Barat Daya. Dia mengatakan prevalensi stunting yang menurun 20 persen menunjukkan upaya penanganan kasus itu di daerah setempat dilakukan secara serius. "Ini adalah bukti bahwa kita bekerja dengan hati dan kepedulian yang tulus maka akan membawa hasil yang baik," katanya.
Gubernur Laiskodat juga mendorong pemerintah dan masyarakat di daerah itu terus memperhatikan kondisi kesehatan serta asupan gizi makanan untuk ibu dan anak untuk mencegah stunting. Salah satu langkah yang dilakukan, kata dia, memanfaatkan lahan-lahan untuk mengembangkan tanaman hortikultura, termasuk kelor, untuk dikonsumsi.
Baca juga: Dua jenis pangan hewani wajib atasi stunting
Baca juga: Unicef-Jenewa tingkatkan kapasitas media penulisan isu stunting
Ia mengatakan pengembangan tanaman hortikultura tidak hanya untuk kebutuhan pangan dan gizi makanan, namun juga dapat mendukung pemerintah daerah mengendalikan inflasi akibat kenaikan harga komoditi kebutuhan pokok. Ia menambahkan tentang pentingnya membangun kerja kolaborasi berbagai elemen untuk bersama-sama menangani masalah stunting di 22 kabupaten/kota se-NTT.
"Saya berterima kasih kepada semua pihak yang telah bekerja keras sehingga mampu menurunkan angka stunting di Sumba Barat Daya dengan cukup signifikan yakni dari angka 40 persen kini turun menjadi 20 persen," katanya dalam siaran pers Biro Humas Setda Provinsi NTT yang diterima di Kupang, Senin.
Ia mengatakan hal itu berkaitan dengan perkembangan penanganan masalah stunting di Kabupaten Sumba Barat Daya. Dia mengatakan prevalensi stunting yang menurun 20 persen menunjukkan upaya penanganan kasus itu di daerah setempat dilakukan secara serius. "Ini adalah bukti bahwa kita bekerja dengan hati dan kepedulian yang tulus maka akan membawa hasil yang baik," katanya.
Gubernur Laiskodat juga mendorong pemerintah dan masyarakat di daerah itu terus memperhatikan kondisi kesehatan serta asupan gizi makanan untuk ibu dan anak untuk mencegah stunting. Salah satu langkah yang dilakukan, kata dia, memanfaatkan lahan-lahan untuk mengembangkan tanaman hortikultura, termasuk kelor, untuk dikonsumsi.
Baca juga: Dua jenis pangan hewani wajib atasi stunting
Baca juga: Unicef-Jenewa tingkatkan kapasitas media penulisan isu stunting
Ia mengatakan pengembangan tanaman hortikultura tidak hanya untuk kebutuhan pangan dan gizi makanan, namun juga dapat mendukung pemerintah daerah mengendalikan inflasi akibat kenaikan harga komoditi kebutuhan pokok. Ia menambahkan tentang pentingnya membangun kerja kolaborasi berbagai elemen untuk bersama-sama menangani masalah stunting di 22 kabupaten/kota se-NTT.