Mataram (ANTARA) - Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Nusa Tenggara Barat Heru Saptaji mengatakan sebanyak lima jenis komoditas hasil pertanian dan perikanan senilai Rp110,6 miliar diekspor dari NTB ke empat negara pembeli.
"Atas upaya Bank Indonesia dengan dedikasi tim NTB Genjot Ekspor, kita berhasil merespons dan menangkap peluang pasar ekspor, khususnya bagi komoditas-komoditas baru untuk menjadi mesin baru penggerak pertumbuhan ekonomi daerah," kata Heru di Mataram, NTB, Minggu.
Pelepasan secara simbolis ekspor lima komoditas tersebut dilakukan Deputi Gubernur Bank Indonesia Primanto Joewono, Anggota Komisi XI DPR RI Hj Wartiah, Bupati Lombok Utara H Djohan Syamsu, dan Heru Saptaji.
Heru menyebutkan lima komoditas yang dilakukan pelepasan ekspornya, yakni vanili organik sebanyak dua ton dari rencana permintaan sembilan ton ke Amerika Serikat dengan perkiraan nilai Rp17 miliar. Eksportirnya adalah UD Rempah Organik Lombok.
Selain itu, kopi sebanyak tiga kontainer atau 66 ton dari permintaan mencapai 450 ton ke Korea Selatan dengan perkiraan nilai sebesar Rp22 miliar. Kopi tersebut diekspor oleh UD Berkah Alam.
Ia menambahkan sarang burung walet sebanyak 100 kilogram dari rencana permintaan sebanyak 1,2 ton ke Amerika Serikat dengan perkiraan nilai mencapai Rp36 miliar. Pengiriman dilakukan oleh CV Ading Walet.
Selanjutnya, rumput laut sebanyak dua kontainer dari rencana permintaan sebanyak 48 kontainer ke China dengan perkiraan nilai sebesar Rp14 miliar. Ekspor dilakukan oleh PT Razindo Global Nusantara.
"Untuk komoditas perikanan, yakni tuna loin sebanyak satu ton dari total permintaan sebanyak 12 ton ke Singapura dengan perkiraan nilai mencapai Rp21,6 miliar," ujarnya.
Heru mengatakan Bank Indonesia sebagai hamzah washal atau akselerator ingin mengajak semua pihak untuk bersama-sama mendorong kebangkitan ekonomi di NTB, khususnya melalui akselerasi pengembangan ekspor komoditas unggulan nontambang dan pariwisata.
Menurut dia, keberhasilan ekspor bukan suatu perjalanan yang singkat. Diperlukan upaya pendampingan secara end to end baik dari sisi hulu sampai ke hilir.
Berbagai intervensi dilakukan oleh Kantor Perwakilan BI Provinsi NTB, antara lain dari aspek sarana dan prasarana produksi, green house, pemasaran produk hingga luar negeri, fasilitasi pengiriman sampel produk ke luar negeri, serta berbagai aspek penunjang lainnya.
"Dari berbagai upaya tersebut, antusiasme dan permintaan calon pembeli dari luar negeri terhadap komoditas unggulan NTB ternyata sangat tinggi, yang menunjukkan bahwa kualitas produk yang dimiliki pelaku usaha mikro kecil dan menengah di NTB, bisa bersaing di pasar internasional," katanya.
"Atas upaya Bank Indonesia dengan dedikasi tim NTB Genjot Ekspor, kita berhasil merespons dan menangkap peluang pasar ekspor, khususnya bagi komoditas-komoditas baru untuk menjadi mesin baru penggerak pertumbuhan ekonomi daerah," kata Heru di Mataram, NTB, Minggu.
Pelepasan secara simbolis ekspor lima komoditas tersebut dilakukan Deputi Gubernur Bank Indonesia Primanto Joewono, Anggota Komisi XI DPR RI Hj Wartiah, Bupati Lombok Utara H Djohan Syamsu, dan Heru Saptaji.
Heru menyebutkan lima komoditas yang dilakukan pelepasan ekspornya, yakni vanili organik sebanyak dua ton dari rencana permintaan sembilan ton ke Amerika Serikat dengan perkiraan nilai Rp17 miliar. Eksportirnya adalah UD Rempah Organik Lombok.
Selain itu, kopi sebanyak tiga kontainer atau 66 ton dari permintaan mencapai 450 ton ke Korea Selatan dengan perkiraan nilai sebesar Rp22 miliar. Kopi tersebut diekspor oleh UD Berkah Alam.
Ia menambahkan sarang burung walet sebanyak 100 kilogram dari rencana permintaan sebanyak 1,2 ton ke Amerika Serikat dengan perkiraan nilai mencapai Rp36 miliar. Pengiriman dilakukan oleh CV Ading Walet.
Selanjutnya, rumput laut sebanyak dua kontainer dari rencana permintaan sebanyak 48 kontainer ke China dengan perkiraan nilai sebesar Rp14 miliar. Ekspor dilakukan oleh PT Razindo Global Nusantara.
"Untuk komoditas perikanan, yakni tuna loin sebanyak satu ton dari total permintaan sebanyak 12 ton ke Singapura dengan perkiraan nilai mencapai Rp21,6 miliar," ujarnya.
Heru mengatakan Bank Indonesia sebagai hamzah washal atau akselerator ingin mengajak semua pihak untuk bersama-sama mendorong kebangkitan ekonomi di NTB, khususnya melalui akselerasi pengembangan ekspor komoditas unggulan nontambang dan pariwisata.
Menurut dia, keberhasilan ekspor bukan suatu perjalanan yang singkat. Diperlukan upaya pendampingan secara end to end baik dari sisi hulu sampai ke hilir.
Berbagai intervensi dilakukan oleh Kantor Perwakilan BI Provinsi NTB, antara lain dari aspek sarana dan prasarana produksi, green house, pemasaran produk hingga luar negeri, fasilitasi pengiriman sampel produk ke luar negeri, serta berbagai aspek penunjang lainnya.
"Dari berbagai upaya tersebut, antusiasme dan permintaan calon pembeli dari luar negeri terhadap komoditas unggulan NTB ternyata sangat tinggi, yang menunjukkan bahwa kualitas produk yang dimiliki pelaku usaha mikro kecil dan menengah di NTB, bisa bersaing di pasar internasional," katanya.