Mataram (ANTARA) - Dinas Perhubungan Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, menyarankan kepada "pak ogah" atau orang yang berinisiatif mengatur lalu lintas dengan imbalan uang, agar dapat bekerja pada sektor lain yang lebih aman untuk keselamatan mereka.

"Kita melarang 'pak ogah' beroperasi, itu demi keselamatan pengguna jalan dan dan dan 'pak ogah' itu sendiri. Apalagi, mereka merupakan penyandang disabilitas," kata Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Mataram M Saleh di Mataram, Senin.

Pernyataan itu disampaikan Saleh menyikapi masih adanya aktivitas "pak ogah" di sejumlah persimpangan Kota Mataram, kendati sudah beberapa kali dilakukan penertiban bersama Dinas Sosial karena terkait dengan indikasi "pak ogah" yang penyandang disabilitas tuna rungu dan wicara, sehingga masuk kategori penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS).

Menurutnya, penertiban keberadaan "pak ogah" di sejumlah titik persimpangan di kota itu karena mereka dinilai tidak memiliki kompetensi dan kualifikasi dalam mengatur lalu lintas.

"Kita sudah sering kali menerima laporan mereka menyetop mobil dump truck dan ambulans yang melintas," kata Saleh.

Sementara, dalam aturannya, kata Saleh, seorang petugas pengatur lalu lintas harus sehat fisik dan mental, punya keterampilan dan pengetahuan khusus di bidangnya.

"Jadi kita tidak mungkin tempatkan petugas difabel di jalan karena itu bisa membahayakan diri sendiri, serta pengguna jalan lainnya. Karena itu, kita sarankan sebaiknya 'pak ogah' kerja di sektor lain yang lebih aman dan sesuai keterampilan mereka," katanya.

Di sisi lain, Saleh juga tidak menampik banyak masyarakat terbantu terhadap keberadaan "pak ogah", tapi Dishub tetap kembali ke aturan yaitu tidak bisa menyerahkan pengaturan lalu lintas kepada orang yang tidak memiliki kompetensi dan kualifikasi dalam hal tersebut.

Dikatakan, untuk mengurai titik-titik kepadatan lalu lintas, Dishub sudah memiliki tim sebanyak tiga regu satu regu anggotanya 20 orang yang setiap hari disebar pagi dan sore untuk mengurai kepadatan lalu lintas yang dipantau melalui CCTV, termasuk titik-titik tempat "pak ogah" tersebut.

Di antaranya, di simpang Kampus Universitas Muhammadiyah Pagesangan, simpang Gebang, Kekalik, Pagutan, dan di Dakota Rembiga. "Jadi titik-titik padat selalu kita kawal. Perlu diingat, di Mataram terjadi titik kepadatan lalu lintas yang menjadi ciri kawasan kota berkembang, tapi bukan macet," kata Saleh.


 

Pewarta : Nirkomala
Editor : Riza Fahriza
Copyright © ANTARA 2024