Jakarta (ANTARA) - Kepala Pusat Kebijakan Sektor Keuangan Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Adi Budiarso menilai sektor keuangan bisa menjadi opsi sebagai sumber pendanaan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas.
"Hal ini karena akselerasi kredit berlanjut seiring pulihnya perekonomian, investasi di pasar modal pun meningkat signifikan," ujar Adi dalam webinar Insurance Outlook 2023 di Jakarta, Selasa.
Sampai saat ini, kata dia, intermediasi perbankan melanjutkan perbaikan dengan penyaluran kredit yang terus tumbuh tinggi 11 persen, ditopang kredit produktif maupun konsumtif. Di sisi lain ia menyebutkan simpanan masyarakat berada dalam tren menurun seiring meningkatnya aktivitas konsumsi. Hal itu tercermin dari pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang hanya 6,8 persen saat ini.
Tak hanya kinerja perbankan, pertumbuhan pasar modal pun cukup kuat di tengah eskalasi risiko global, yang terlihat dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan kapitalisasi pasar yang tumbuh signifikan. Per November 2022 IHSG telah mencapai level 7.063,2 triliun dan kapitalisasi pasar mencapai Rp9.462,2 triliun.
Baca juga: Capaian "Pandemic fund" bukti konkret G20 di tengah ketegangan geopolitik
Baca juga: Kemenkeu optimistis belanja negara terserap maksimal
Adi pun berharap kinerja pasar modal saat ini bisa ditingkatkan lagi dengan tabungan serta asuransi pensiun. Apalagi kinerja pasar saham saat ini baru mencapai 45 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB), sehingga potensinya masih cukup besar. "Bandingkan dengan Malaysia dimana peran pasar modalnya mencapai 120 persen dari PDB," tuturnya.
Selain pasar modal, ia menjelaskan penetrasi tabungan dan asuransi di Indonesia juga baru mencapai 8 persen hingga 9 persen dari PDB, sedangkan Malaysia mencapai 20 persen PDB. Kondisi tersebut juga terlihat dari peran tabungan pensiun di Indonesia yang baru sekitar enam persen dari PDB, sementara Malaysia sudah 60 persen PDB.
"Jadi kita masih punya begitu banyak peluang untuk mendorong peran pasar modal dan intermediasi di sektor keuangan, khususnya perbankan dan lain sebagainya untuk meningkatkan potensi dukungan pembiayaan ekonomi yang lebih efisien, kreatif, inovatif, dan berdaya saing," ucap Adi.
"Hal ini karena akselerasi kredit berlanjut seiring pulihnya perekonomian, investasi di pasar modal pun meningkat signifikan," ujar Adi dalam webinar Insurance Outlook 2023 di Jakarta, Selasa.
Sampai saat ini, kata dia, intermediasi perbankan melanjutkan perbaikan dengan penyaluran kredit yang terus tumbuh tinggi 11 persen, ditopang kredit produktif maupun konsumtif. Di sisi lain ia menyebutkan simpanan masyarakat berada dalam tren menurun seiring meningkatnya aktivitas konsumsi. Hal itu tercermin dari pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang hanya 6,8 persen saat ini.
Tak hanya kinerja perbankan, pertumbuhan pasar modal pun cukup kuat di tengah eskalasi risiko global, yang terlihat dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan kapitalisasi pasar yang tumbuh signifikan. Per November 2022 IHSG telah mencapai level 7.063,2 triliun dan kapitalisasi pasar mencapai Rp9.462,2 triliun.
Baca juga: Capaian "Pandemic fund" bukti konkret G20 di tengah ketegangan geopolitik
Baca juga: Kemenkeu optimistis belanja negara terserap maksimal
Adi pun berharap kinerja pasar modal saat ini bisa ditingkatkan lagi dengan tabungan serta asuransi pensiun. Apalagi kinerja pasar saham saat ini baru mencapai 45 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB), sehingga potensinya masih cukup besar. "Bandingkan dengan Malaysia dimana peran pasar modalnya mencapai 120 persen dari PDB," tuturnya.
Selain pasar modal, ia menjelaskan penetrasi tabungan dan asuransi di Indonesia juga baru mencapai 8 persen hingga 9 persen dari PDB, sedangkan Malaysia mencapai 20 persen PDB. Kondisi tersebut juga terlihat dari peran tabungan pensiun di Indonesia yang baru sekitar enam persen dari PDB, sementara Malaysia sudah 60 persen PDB.
"Jadi kita masih punya begitu banyak peluang untuk mendorong peran pasar modal dan intermediasi di sektor keuangan, khususnya perbankan dan lain sebagainya untuk meningkatkan potensi dukungan pembiayaan ekonomi yang lebih efisien, kreatif, inovatif, dan berdaya saing," ucap Adi.