Mataram (ANTARA) - Dekranasda Nusa Tenggara Barat (NTB) menggelar Lombok Sumbawa Tenun Festival 2022 guna mempromosikan dan menjaga serta melestarikan warisan budaya setempat. Ketua Dekranasda NTB, Hj Niken Saptarini Widyawati mengatakan kegiatan Lombok Sumbawa Tenun Festival (LSTF) ini digelar pada 3 Desember 2022.
"Ini sebagai upaya kita untuk mempromosikan kain tenun khas NTB ke nasional maupun internasional serta sebagai upaya kita menjaga dan melestarikan budaya leluhur," ujarnya di Mataram, Kamis.
Ia mengatakan kegiatan ini dirangkai dengan sejumlah kegiatan lain, seperti Dekranasda Award 2022, lomba desain fashion tenun khas NTB. Selanjutnya program inkubasi fashion, dan pendidikan kecakapan wirausaha tenun, serta kampanye wastra yang dirangkai dengan pameran wastra NTB.
Niken menjelaskan kegiatan ini juga diarahkan untuk membina, mendampingi, dan meningkatkan kualitas mutu dan produk kriya dan fashion di NTB. "Kenapa tenun, karena secara turun menurun budaya NTB sudah menenun. Tenun ini bukan seperti batik dari Jawa. Sehingga potensi ini perlu dijaga," terangnya.
Menurut istri Gubernur NTB ini, potensi ekonomi dari kain tenun cukup besar. Bahkan dari tenun ini dapat banyak menyerap tenaga kerja utamanya dari kalangan ibu-ibu dan remaja, sehingga menjadi penopang keluarga.
"Dari Lombok, Sumbawa dan Bima ini menenun. Bahkan Lombok pernah menjadi penghasil kapas terbesar karena kualitas yang baik," ucap Niken. Ia menyampaikan dalam LSTF ini menyuguhkan beberapa hal yang berbeda dari tahun 2021. Oleh karena itu, pihaknya akan mengedukasi masyarakat untuk penyelenggaraan kegiatan fashion.
Baca juga: Pameran tenun Sumba upaya lestarikan budaya
Baca juga: Kreativitas dan kualitas membawa produk UMKM tampil di KTT G20
"Harapan kita tenun NTB bisa dilirik menjadi kain busana daerah. Malang, Jakarta, dan Yogyakarta, tertarik untuk itu,' terangnya.
Selain itu, LSTF juga akan menyelenggarakan pameran produk fashion dalam kegiatan tersebut. Bahkan untuk ini sebanyak 30 pelaku UKM terlibat dalam kegiatan ini. Kepala Dinas Perindustrian NTB, Nuryanti mengakui banyak di antara masyarakat di wilayah itu yang bergantung pada tenun. Khususnya di sektor ketenagakerjaan.
"Perajin tenun dalam satu kelompok minimal ada 300 orang menjadi penenun, sehingga betapa besarnya penyerapan tenaga kerja di sektor ini," ujar Nuryanti.
Namun demikian terlepas dari itu, kata dia, secara potensi tenun NTB baik itu tenun khas Sasak, Sumbawa dan Mbojo yang mewakili tiga suku besar di NTB cukup besar jika dipasarkan.
"Harapan kita melalui kegiatan ini tenun NTB bisa lebih dikenal secara nasional maupun internasional," katanya.
"Ini sebagai upaya kita untuk mempromosikan kain tenun khas NTB ke nasional maupun internasional serta sebagai upaya kita menjaga dan melestarikan budaya leluhur," ujarnya di Mataram, Kamis.
Ia mengatakan kegiatan ini dirangkai dengan sejumlah kegiatan lain, seperti Dekranasda Award 2022, lomba desain fashion tenun khas NTB. Selanjutnya program inkubasi fashion, dan pendidikan kecakapan wirausaha tenun, serta kampanye wastra yang dirangkai dengan pameran wastra NTB.
Niken menjelaskan kegiatan ini juga diarahkan untuk membina, mendampingi, dan meningkatkan kualitas mutu dan produk kriya dan fashion di NTB. "Kenapa tenun, karena secara turun menurun budaya NTB sudah menenun. Tenun ini bukan seperti batik dari Jawa. Sehingga potensi ini perlu dijaga," terangnya.
Menurut istri Gubernur NTB ini, potensi ekonomi dari kain tenun cukup besar. Bahkan dari tenun ini dapat banyak menyerap tenaga kerja utamanya dari kalangan ibu-ibu dan remaja, sehingga menjadi penopang keluarga.
"Dari Lombok, Sumbawa dan Bima ini menenun. Bahkan Lombok pernah menjadi penghasil kapas terbesar karena kualitas yang baik," ucap Niken. Ia menyampaikan dalam LSTF ini menyuguhkan beberapa hal yang berbeda dari tahun 2021. Oleh karena itu, pihaknya akan mengedukasi masyarakat untuk penyelenggaraan kegiatan fashion.
Baca juga: Pameran tenun Sumba upaya lestarikan budaya
Baca juga: Kreativitas dan kualitas membawa produk UMKM tampil di KTT G20
"Harapan kita tenun NTB bisa dilirik menjadi kain busana daerah. Malang, Jakarta, dan Yogyakarta, tertarik untuk itu,' terangnya.
Selain itu, LSTF juga akan menyelenggarakan pameran produk fashion dalam kegiatan tersebut. Bahkan untuk ini sebanyak 30 pelaku UKM terlibat dalam kegiatan ini. Kepala Dinas Perindustrian NTB, Nuryanti mengakui banyak di antara masyarakat di wilayah itu yang bergantung pada tenun. Khususnya di sektor ketenagakerjaan.
"Perajin tenun dalam satu kelompok minimal ada 300 orang menjadi penenun, sehingga betapa besarnya penyerapan tenaga kerja di sektor ini," ujar Nuryanti.
Namun demikian terlepas dari itu, kata dia, secara potensi tenun NTB baik itu tenun khas Sasak, Sumbawa dan Mbojo yang mewakili tiga suku besar di NTB cukup besar jika dipasarkan.
"Harapan kita melalui kegiatan ini tenun NTB bisa lebih dikenal secara nasional maupun internasional," katanya.