Jakarta (ANTARA) - Wakil Presiden (Wapres) Ma'ruf Amin mengutuk keras peristiwa bom bunuh diri di Kepolisian Sektor (Polsek) Astanaanyar, Kota Bandung, Jawa Barat. "Wapres mengutuk keras peristiwa bom bunuh diri karena ini jelas-jelas mencederai nilai-nilai kemanusiaan dan mencederai agama itu sendiri," kata Juru Bicara Wapres, Masduki Baidlowi di Jakarta, Rabu.
Menurut dia, Wapres Ma'ruf menyebut Islam mengharamkan tindakan-tindakan yang tidak berperikemanusiaan karena perbuatan tersebut bertentangan dengan agama. "Sering kali peristiwa terjadi dengan mengatasnamakan agama tapi pada dasarnya itu jauh dari esensi pemahaman agama itu sendiri dan jelas sangat disesalkan dan perlu dikutuk perbuatan seperti itu, itu yang pertama," ungkap Masduki.
Kedua, Wapres Ma'ruf sangat bersimpati dan berempati terhadap korban bom bunuh diri yang terdiri atas aparat kepolisian dan warga sipil. "Kepada keluarga dan semuanya, Wakil Presiden ikut berbela sungkawa terhadap korban yang wafat dan berempati dan bersimpati terhadap korban-korban," tambah Masduki. Ketiga, Wapres Ma'ruf meminta aparat hukum dan pihak keamanan agar sigap dan waspada.
"Dengan kejadian seperti ini, maka jelas bahwa bibit-bibit, jejaring-jejaring terorisme yang mengatasnamakan agama itu bukan saja masih ada, tetapi terus bergerak, terutama aparat keamanan khususnya polisi yang dijadikan sasaran," ungkap Masduki.
Ia menyebut perlu dilakukan pendekatan hulu dan hilir. Pendekatan hilir adalah pendekatan keamanan dan hukum, sedangkan pendekatan hulu bagaimana dilakukan penyadaran termasuk lewat literasi bahwa apa yang dilakukan menyalahi agama.
"Mereka salah menginterpretasikan agama, itu salah besar dan itu mencederai Islam. Sering ada pihak yang menyatakan bahwa 'oh yang namanya terorisme itu nggak ada, tapi diada-adakan' ya ini buktinya, bahwa ini benar-benar ada, bukan tidak ada. Ini saya kira satu soal yang perlu diselesaikan secara komprehensif dengan berbagai latar belakangnya," jelas Masduki.
Dalam peristiwa tersebut, Kapolda Jawa Barat Irjen Pol Suntana menyatakan ada 11 korban akibat bom bunuh diri yang terjadi di Polsek Astanaanyar, Bandung, Jawa Barat, pukul 08.20 WIB. Dari 11 orang itu, satu anggota polisi tewas akibat bom, sedangkan 10 orang lainnya mengalami luka-luka.
Baca juga: Wapres yakin masyarakat tak terbawa politik identitas 2024
Baca juga: Indonesia terus lakukan langkah konkret atasi krisis iklim
Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo mengatakan pelaku bom bunuh diri di Mapolsek Astanaanyar teridentifikasi bernama Agus Sujarno atau Agus Muslim yang pernah ditangkap karena terlibat peristiwa bom Cicendo pada tahun 2017.
"Yang bersangkutan pernah ditangkap karena peristiwa bom Cicendo dan sempat dihukum empat tahun, pada bulan September atau Oktober 2021 yang bersangkutan bebas. Tentunya kegiatan yang bersangkutan kami ikuti," kata Listyo Sigit dalam konferensi pers di Bandung, Rabu.
Agus Muslim teridentifikasi berafiliasi dengan kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD). Kelompok JAD yang diikuti Agus Muslim berbasis di Bandung, Jawa Barat. Kapolri menambahkan Agus Muslim pernah ditahan di Lembaga Pemasyarakatan Nusakambangan, Jawa Tengah, namun saat bebas yang bersangkutan masih masuk kategori merah.
Menurut dia, Wapres Ma'ruf menyebut Islam mengharamkan tindakan-tindakan yang tidak berperikemanusiaan karena perbuatan tersebut bertentangan dengan agama. "Sering kali peristiwa terjadi dengan mengatasnamakan agama tapi pada dasarnya itu jauh dari esensi pemahaman agama itu sendiri dan jelas sangat disesalkan dan perlu dikutuk perbuatan seperti itu, itu yang pertama," ungkap Masduki.
Kedua, Wapres Ma'ruf sangat bersimpati dan berempati terhadap korban bom bunuh diri yang terdiri atas aparat kepolisian dan warga sipil. "Kepada keluarga dan semuanya, Wakil Presiden ikut berbela sungkawa terhadap korban yang wafat dan berempati dan bersimpati terhadap korban-korban," tambah Masduki. Ketiga, Wapres Ma'ruf meminta aparat hukum dan pihak keamanan agar sigap dan waspada.
"Dengan kejadian seperti ini, maka jelas bahwa bibit-bibit, jejaring-jejaring terorisme yang mengatasnamakan agama itu bukan saja masih ada, tetapi terus bergerak, terutama aparat keamanan khususnya polisi yang dijadikan sasaran," ungkap Masduki.
Ia menyebut perlu dilakukan pendekatan hulu dan hilir. Pendekatan hilir adalah pendekatan keamanan dan hukum, sedangkan pendekatan hulu bagaimana dilakukan penyadaran termasuk lewat literasi bahwa apa yang dilakukan menyalahi agama.
"Mereka salah menginterpretasikan agama, itu salah besar dan itu mencederai Islam. Sering ada pihak yang menyatakan bahwa 'oh yang namanya terorisme itu nggak ada, tapi diada-adakan' ya ini buktinya, bahwa ini benar-benar ada, bukan tidak ada. Ini saya kira satu soal yang perlu diselesaikan secara komprehensif dengan berbagai latar belakangnya," jelas Masduki.
Dalam peristiwa tersebut, Kapolda Jawa Barat Irjen Pol Suntana menyatakan ada 11 korban akibat bom bunuh diri yang terjadi di Polsek Astanaanyar, Bandung, Jawa Barat, pukul 08.20 WIB. Dari 11 orang itu, satu anggota polisi tewas akibat bom, sedangkan 10 orang lainnya mengalami luka-luka.
Baca juga: Wapres yakin masyarakat tak terbawa politik identitas 2024
Baca juga: Indonesia terus lakukan langkah konkret atasi krisis iklim
Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo mengatakan pelaku bom bunuh diri di Mapolsek Astanaanyar teridentifikasi bernama Agus Sujarno atau Agus Muslim yang pernah ditangkap karena terlibat peristiwa bom Cicendo pada tahun 2017.
"Yang bersangkutan pernah ditangkap karena peristiwa bom Cicendo dan sempat dihukum empat tahun, pada bulan September atau Oktober 2021 yang bersangkutan bebas. Tentunya kegiatan yang bersangkutan kami ikuti," kata Listyo Sigit dalam konferensi pers di Bandung, Rabu.
Agus Muslim teridentifikasi berafiliasi dengan kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD). Kelompok JAD yang diikuti Agus Muslim berbasis di Bandung, Jawa Barat. Kapolri menambahkan Agus Muslim pernah ditahan di Lembaga Pemasyarakatan Nusakambangan, Jawa Tengah, namun saat bebas yang bersangkutan masih masuk kategori merah.