Kediri (ANTARA) - Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak mengapresiasi pagelaran Dhoho Street Fashion (DSF) ke-7 yang digelar oleh Pemerintah Kota Kediri. Wagub Emil mengemukakan DSF ini gaungnya sudah terdengar di mana-mana. Bahkan kini, DSF yang menampilkan Tenun Ikat Bandar Kidul ini sudah membangun reputasi yang sangat luar biasa.
"Berdasarkan cerita Wali Kota Kediri, dulu sarung goyor ini adalah salah satu yang mendominasi, hanya saja motif dan warnanya masih monoton. Akhirnya sekarang bisa dilihat bahwa Tenun Ikat Bandar Kidul menjadi jauh lebih fashionable," katanya di Kediri, Minggu.
Emil juga mengatakan Pemerintah Provinsi Jawa Timur juga telah bekerjasama dengan Dirjen HAKI, sehingga jika Bandar Kidul, Kota Kediri memiliki sejarah tentang tenun ikat dari zaman kemerdekaan dan sampai sekarang dilestarikan, hal itu mungkin layak untuk mendapatkan indikasi geografis dalam HAKI.
"Jadi hanya tenun ikat yang dibuat oleh orang Bandar Kidul yang boleh memiliki branding. Dengan tenun ikat didaftarkan HAKI, mudah-mudahan akan meningkatkan minat masyarakat dan nilai jual kain Tenun Ikat Bandar Kidul," kata dia.
Sementara itu, Wali Kota Kediri mengatakan pihaknya bahwa telah mendaftarkan Tenun Ikat Kediri ini sebagai Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI). Pendaftaran tersebut dilakukan sebagai penanda tempat dan kampungnya tenun ikat itu ada di Bandar Kidul Kota Kediri. Wali Kota juga berharap kolaborasi tersebut harus terus ada di Kota Kediri. Hal itu sekaligus untuk menjaga bahwa kain tenun ikat ini memang berasal dari Kota Kediri.
Baca juga: Tenun NTB tampil memukau di Fashion Show Pameran IKM Bali
"Harapannya Kota Kediri ini bisa menjadi rumah untuk menuangkan kreativitas. Di sini nanti juga ada karya desainer dari teman-teman disabilitas. Karyanya juga sama bagus dengan kita, bapak dan ibu juga bisa memesan kepada mereka untuk baju atau lainnya," kata dia.
Kota Kediri telah menggelar DSF 7. Kegiatan ini merupakan agenda tahunan untuk mempromosikan Tenun Ikat Kediri dan merayakan keindahan mode berbahan wastra nusantara kebanggaan dari kota ini.
Ketua Dekranasda Kota Kediri mengungkapkan gelaran DSF ke-7 ini menjadi sangat penting, sebab menjadi kebangkitan UMKM setelah pandemi Covid-19, bahkan karena pandemi pula DSF yang ke-7 yang sedianya diselenggarakan pada tahun 2021 akhirnya diundur menjadi tahun ini.
Lebih lanjut, Ferry Silviana Abu Bakar ini juga mengungkapkan upaya promosi tenun ikat ini salah satunya melalui Dhoho Street Fashion dengan mendatangkan desainer ternama yang telah banyak berkiprah di gelaran nasional dan internasional.
Baca juga: Keragaman fesyen wastra Indonesia hadir di Pos Bloc
"Mungkin kalau tidak bekerja sama dengan sepak terjang beliau semua, masih banyak yang tidak tahu bahwa kota kecil di Jawa Timur ini punya tenun ikat. Mungkin Indonesia hanya tahu kalau tenun ikat itu hanya ada di Nusa Tenggara Timur. Kota Kediri punya tenun ikat yang jauh sebelum merdeka sudah ada dan bukti sejarahnya terdapat di Museum Tropen yang ada di Belanda," kata Bunda Fey, sapaan akrabnya.
Pagelaran DSF 7 ini mengusung tema Diversity of Dhaha. Beberapa desainer yang dilibatkan seperti Priyo Oktaviano, Era Soekamto dan beberapa desainer lainnya.
"Berdasarkan cerita Wali Kota Kediri, dulu sarung goyor ini adalah salah satu yang mendominasi, hanya saja motif dan warnanya masih monoton. Akhirnya sekarang bisa dilihat bahwa Tenun Ikat Bandar Kidul menjadi jauh lebih fashionable," katanya di Kediri, Minggu.
Emil juga mengatakan Pemerintah Provinsi Jawa Timur juga telah bekerjasama dengan Dirjen HAKI, sehingga jika Bandar Kidul, Kota Kediri memiliki sejarah tentang tenun ikat dari zaman kemerdekaan dan sampai sekarang dilestarikan, hal itu mungkin layak untuk mendapatkan indikasi geografis dalam HAKI.
"Jadi hanya tenun ikat yang dibuat oleh orang Bandar Kidul yang boleh memiliki branding. Dengan tenun ikat didaftarkan HAKI, mudah-mudahan akan meningkatkan minat masyarakat dan nilai jual kain Tenun Ikat Bandar Kidul," kata dia.
Sementara itu, Wali Kota Kediri mengatakan pihaknya bahwa telah mendaftarkan Tenun Ikat Kediri ini sebagai Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI). Pendaftaran tersebut dilakukan sebagai penanda tempat dan kampungnya tenun ikat itu ada di Bandar Kidul Kota Kediri. Wali Kota juga berharap kolaborasi tersebut harus terus ada di Kota Kediri. Hal itu sekaligus untuk menjaga bahwa kain tenun ikat ini memang berasal dari Kota Kediri.
Baca juga: Tenun NTB tampil memukau di Fashion Show Pameran IKM Bali
"Harapannya Kota Kediri ini bisa menjadi rumah untuk menuangkan kreativitas. Di sini nanti juga ada karya desainer dari teman-teman disabilitas. Karyanya juga sama bagus dengan kita, bapak dan ibu juga bisa memesan kepada mereka untuk baju atau lainnya," kata dia.
Kota Kediri telah menggelar DSF 7. Kegiatan ini merupakan agenda tahunan untuk mempromosikan Tenun Ikat Kediri dan merayakan keindahan mode berbahan wastra nusantara kebanggaan dari kota ini.
Ketua Dekranasda Kota Kediri mengungkapkan gelaran DSF ke-7 ini menjadi sangat penting, sebab menjadi kebangkitan UMKM setelah pandemi Covid-19, bahkan karena pandemi pula DSF yang ke-7 yang sedianya diselenggarakan pada tahun 2021 akhirnya diundur menjadi tahun ini.
Lebih lanjut, Ferry Silviana Abu Bakar ini juga mengungkapkan upaya promosi tenun ikat ini salah satunya melalui Dhoho Street Fashion dengan mendatangkan desainer ternama yang telah banyak berkiprah di gelaran nasional dan internasional.
Baca juga: Keragaman fesyen wastra Indonesia hadir di Pos Bloc
"Mungkin kalau tidak bekerja sama dengan sepak terjang beliau semua, masih banyak yang tidak tahu bahwa kota kecil di Jawa Timur ini punya tenun ikat. Mungkin Indonesia hanya tahu kalau tenun ikat itu hanya ada di Nusa Tenggara Timur. Kota Kediri punya tenun ikat yang jauh sebelum merdeka sudah ada dan bukti sejarahnya terdapat di Museum Tropen yang ada di Belanda," kata Bunda Fey, sapaan akrabnya.
Pagelaran DSF 7 ini mengusung tema Diversity of Dhaha. Beberapa desainer yang dilibatkan seperti Priyo Oktaviano, Era Soekamto dan beberapa desainer lainnya.