Makassar (ANTARA) - Para peneliti yang tergabung dalam Pusat Studi Kebencanaan Universitas Hasanuddin memandang perlu penanganan secara hexa helix bencana yang terintegrasi di Kota Makassar dan sekitarnya.
"Beberapa peneliti dan praktisi kebencanaan dan perwakilan institusi yang terkait langsung dengan kebencanaan, dari hasil diskusi komprehensi disepakati bahwa perlu penanganan hexa helix bencana di Makassar dan sekitarnya," kata Kepala Pusat Studi Kebencanaan Unhas Dr. Eng. Ilham Alimuddin, M.G.I.S. di Makassar, Rabu.
Menanggapi kondisi cuaca ekstrem yang terjadi beberapa waktu belakangan ini, kata dia, Pusat Studi Kebencanaan Universitas Hasanuddin mengambil inisiatif dalam upaya memahami kondisi bencana hidrometeorologi dan langkah antisipasi yang dapat dilakukan untuk memitigasinya.
Penanganan dan pengelolaan bencana itu, lanjut Ilham Alimuddin, perlu melakukan pendekatan hexa helix, yaitu kolaborasi akademia, business, aggregator, government, community, dan media untuk bergerak bersama.
Menurut dia, dengan mengundang beberapa peneliti dan praktisi kebencanaan dalam sebuah acara diskusi kebencanaan di Ruang Rapat Gedung LPPM Kampus Unhas, perwakilan peneliti dari P3ESuma, BMKG, dan lembaga terkait lainnya duduk bersama.
Acara diskusi secara daring dan luring ini memaparkan kondisi pemetaan terkini dari daerah yang terdampak banjir dari Citra Satelit Radar (Sentinel 1) yang telah diolah sedemikian rupa sehingga menghasilkan delianiasi daerah genangan yang dapat menjadi acuan untuk melakukan evakuasi dan kunjungan lapangan lebih lanjut.
Dengan citra satelit ini, kata dia, daerah terdampak dapat di-overlay (tumpang susun) dengan citra satelit yang memperlihatkan jaringan sungai dan kanal serta kolam regulasi yang menjadi wadah tampungan dari curah hujan beberapa hari terakhir dan batas administrasi wilayah Kota Makassar berdasarkan kelurahan dan kecamatannya.
Adapun beberapa wilayah yang teridentifikasi adalah daerah Nipa-Nipa, Perumahan Antang Blok 10, Paccerakkang, dan Tamalanrea serta Panakkukang. Selain data satelit terkini yang diperlihatkan dalam diskusi tersebut, kondisi banjir terkini juga dilengkapi dari hasil pemantauan foto drone dari wilayah terdampak, khususnya daerah Nipa Nipa dan Blok 10 Antang yang dilaporkan secara langsung dalam acara tersebut oleh Ketua Departemen Teknik Geologi Dr. Eng. Hendra Pachri. "Kami telah menurunkan tim untuk menganalisis kondisi banjir bersama tokoh masyarakat di daerah tersebut," ujarnya.
Baca juga: Peneliti sebut Napi tak ikut deradikalisasi perlu pengawasan khusus
Baca juga: Peneliti ungkap penemuan anggrek jenis baru di Raja Ampat Papua
Selanjutnya, kata dia, dilakukan back analysis dari kondisi topografi di daerah tersebut. Dia mengindikasikan bahwa tanggul yang jebol menjadi penyebab melubernya air masuk ke daerah perumahan.
Sementara itu, KeTum DMC IKATEK-UNHAS Muh. Syukri Turusi menjelaskan bahwa perlunya pengelolaan hexa helix bencana yang terintegrasi dengan baik dan konsisten, yang menghasilkan program-program yang real dan sesuai dalam mengatasi akar permasalahan yang ada berdasarkan data primer dari hasil penelitian para akademisi dalam melakukan pencegahan dan penanganan banjir maupun longsor.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Peneliti sebut perlu penanganan hexa helix bencana yang terintegrasi
"Beberapa peneliti dan praktisi kebencanaan dan perwakilan institusi yang terkait langsung dengan kebencanaan, dari hasil diskusi komprehensi disepakati bahwa perlu penanganan hexa helix bencana di Makassar dan sekitarnya," kata Kepala Pusat Studi Kebencanaan Unhas Dr. Eng. Ilham Alimuddin, M.G.I.S. di Makassar, Rabu.
Menanggapi kondisi cuaca ekstrem yang terjadi beberapa waktu belakangan ini, kata dia, Pusat Studi Kebencanaan Universitas Hasanuddin mengambil inisiatif dalam upaya memahami kondisi bencana hidrometeorologi dan langkah antisipasi yang dapat dilakukan untuk memitigasinya.
Penanganan dan pengelolaan bencana itu, lanjut Ilham Alimuddin, perlu melakukan pendekatan hexa helix, yaitu kolaborasi akademia, business, aggregator, government, community, dan media untuk bergerak bersama.
Menurut dia, dengan mengundang beberapa peneliti dan praktisi kebencanaan dalam sebuah acara diskusi kebencanaan di Ruang Rapat Gedung LPPM Kampus Unhas, perwakilan peneliti dari P3ESuma, BMKG, dan lembaga terkait lainnya duduk bersama.
Acara diskusi secara daring dan luring ini memaparkan kondisi pemetaan terkini dari daerah yang terdampak banjir dari Citra Satelit Radar (Sentinel 1) yang telah diolah sedemikian rupa sehingga menghasilkan delianiasi daerah genangan yang dapat menjadi acuan untuk melakukan evakuasi dan kunjungan lapangan lebih lanjut.
Dengan citra satelit ini, kata dia, daerah terdampak dapat di-overlay (tumpang susun) dengan citra satelit yang memperlihatkan jaringan sungai dan kanal serta kolam regulasi yang menjadi wadah tampungan dari curah hujan beberapa hari terakhir dan batas administrasi wilayah Kota Makassar berdasarkan kelurahan dan kecamatannya.
Adapun beberapa wilayah yang teridentifikasi adalah daerah Nipa-Nipa, Perumahan Antang Blok 10, Paccerakkang, dan Tamalanrea serta Panakkukang. Selain data satelit terkini yang diperlihatkan dalam diskusi tersebut, kondisi banjir terkini juga dilengkapi dari hasil pemantauan foto drone dari wilayah terdampak, khususnya daerah Nipa Nipa dan Blok 10 Antang yang dilaporkan secara langsung dalam acara tersebut oleh Ketua Departemen Teknik Geologi Dr. Eng. Hendra Pachri. "Kami telah menurunkan tim untuk menganalisis kondisi banjir bersama tokoh masyarakat di daerah tersebut," ujarnya.
Baca juga: Peneliti sebut Napi tak ikut deradikalisasi perlu pengawasan khusus
Baca juga: Peneliti ungkap penemuan anggrek jenis baru di Raja Ampat Papua
Selanjutnya, kata dia, dilakukan back analysis dari kondisi topografi di daerah tersebut. Dia mengindikasikan bahwa tanggul yang jebol menjadi penyebab melubernya air masuk ke daerah perumahan.
Sementara itu, KeTum DMC IKATEK-UNHAS Muh. Syukri Turusi menjelaskan bahwa perlunya pengelolaan hexa helix bencana yang terintegrasi dengan baik dan konsisten, yang menghasilkan program-program yang real dan sesuai dalam mengatasi akar permasalahan yang ada berdasarkan data primer dari hasil penelitian para akademisi dalam melakukan pencegahan dan penanganan banjir maupun longsor.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Peneliti sebut perlu penanganan hexa helix bencana yang terintegrasi