Mataram,(Antara Mataram) - Sebanyak 25 perajin gerabah Desa Banyumulek dan Lelede, Kecamatan Labuapi, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat mendapat pelatihan kewirausahaan dari Lembaga Pengembangan Kerja Sama Pembangunan Regional di bawah Kementerian Federal Jerman (GIZ).
Regional Economic Development (RED) Programme Human Resources Professional Dian Vitriani pada acara pelatihan kewisarausahaan di Mataram, Rabu mengatakan, pelatihan tersebut dilaksanakan bekerja sama dengan mitra lokal, termasuk Fakultas Ekonomi Universitas Mataram (Unram).
"Pelatihan tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para pengusaha gerabah, pemasaran, manajemen sumber daya manusia, akses pinjaman, pembukuan dan kemampuan membuat perencanaan usaha," katanya.
Ia mengatakan, sebelum menggelar pelatihan pihaknya telah melakukan analisis rantai nilai dilakukan guna mendapatkan gambaran yang menyeluruh mengenai komoditas gerabah, sejak dari konsep awal, proses produksi, sampai kepada konsumen akhirnya.
Menurut ida, hasil-hasil analisis itu selanjutkan dijadikan acuan bagi pengembangan kerajinan gerabah dengan harapan semua pelaku rantai nilai bisa mendapatkan manfaat dari penguatan komoditas ini, pada akhirnya bisa memberikan kontribusi bagi pengurangan kemiskinan.
"Berdasarkan analisis yang telah dilaksanakan pada sektor kerajinan gerabah ditemukan bahwa sebagian besar perajin yang melakukan proses produksi adalah perempuan," katanya.
Dia mengatakan, mereka umumnya bekerja di industri rumah tangga untuk memenuhi permintaan dari produsen besar dan toko seni, selain menjalankan rumah tangga serta merawat anak-anak.
"Survei awal menunjukkan bahwa pendapatan dari gerabah sangat rendah dan merupakan bagian yang sangat kecil dari harga yang dibayarkan oleh pembeli. Selain itu, mereka merupakan `bagian yang terlemah dari pelaku rantai nilai," katanya.
Untuk menindaklanjuti temuan tersebut, menurut dia, telah dilaksanakan analisis jender pada Oktober 2012.
Karena itu, kata Dian, untuk meningkatkan potensi perempuan di Banyumulek terkait dengan aspek ekonomi, sosial dan kesehatan, pihaknya menggelar pelatihan kewirausahaan sebagai salah satu rekomendasi terkait dengan aspek ekonomi.
Pelatihan kewirausahaan melibatkan instruktur dari konsultan GIZ-RED Jerri Irgo.
Kegiatan dilaksanakan secara bertahap dan berkelanjutan dimulai 7 hingga 8 Mei 2013 diikuti oleh 25 orang pengusaha/perajin gerabah dan mayoritas pengusaha perempuan.
"Pelatihan dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para pengusaha/perajin untuk mengikatkan keterampilan mereka dalam tentang bagaimana usahanya, pemasaran, manajemen sumber daya manusia, akses pinjaman, pembukuan serta perencanaan usaha," katanya.
Menurut dia, kerja sama antara Indonesia melalui GIZ dengan mitra lokal di NTB dalam rangka meningkatkan kondisi kerangka, program sektor maupun perencanaan dan proses implementasi pengembangan ekonomi regional padatingkat nasional maupun daerah melalui program Regional Economic Development (RED).
Kelompok sasaran dari program RED dalah para pemilik dan pekerja dari usah amikro, kecil dan menengah, usaha pemula (business start-up) yang potensial dan para pencari kerja.
NTB merupakan salah satu dari ketiga daerah percontohan program RED yang dipilih melalui keputusan bersama antara Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas), Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah serta Program RED.
Program RED memberikan dukungan terhadap beberapa sektor unggulan di NTB, yaitu kerajinan emas, perak dan mutiara di Kota Mataram serta gerabah di daerah Lombok Barat.
Regional Economic Development (RED) Programme Human Resources Professional Dian Vitriani pada acara pelatihan kewisarausahaan di Mataram, Rabu mengatakan, pelatihan tersebut dilaksanakan bekerja sama dengan mitra lokal, termasuk Fakultas Ekonomi Universitas Mataram (Unram).
"Pelatihan tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para pengusaha gerabah, pemasaran, manajemen sumber daya manusia, akses pinjaman, pembukuan dan kemampuan membuat perencanaan usaha," katanya.
Ia mengatakan, sebelum menggelar pelatihan pihaknya telah melakukan analisis rantai nilai dilakukan guna mendapatkan gambaran yang menyeluruh mengenai komoditas gerabah, sejak dari konsep awal, proses produksi, sampai kepada konsumen akhirnya.
Menurut ida, hasil-hasil analisis itu selanjutkan dijadikan acuan bagi pengembangan kerajinan gerabah dengan harapan semua pelaku rantai nilai bisa mendapatkan manfaat dari penguatan komoditas ini, pada akhirnya bisa memberikan kontribusi bagi pengurangan kemiskinan.
"Berdasarkan analisis yang telah dilaksanakan pada sektor kerajinan gerabah ditemukan bahwa sebagian besar perajin yang melakukan proses produksi adalah perempuan," katanya.
Dia mengatakan, mereka umumnya bekerja di industri rumah tangga untuk memenuhi permintaan dari produsen besar dan toko seni, selain menjalankan rumah tangga serta merawat anak-anak.
"Survei awal menunjukkan bahwa pendapatan dari gerabah sangat rendah dan merupakan bagian yang sangat kecil dari harga yang dibayarkan oleh pembeli. Selain itu, mereka merupakan `bagian yang terlemah dari pelaku rantai nilai," katanya.
Untuk menindaklanjuti temuan tersebut, menurut dia, telah dilaksanakan analisis jender pada Oktober 2012.
Karena itu, kata Dian, untuk meningkatkan potensi perempuan di Banyumulek terkait dengan aspek ekonomi, sosial dan kesehatan, pihaknya menggelar pelatihan kewirausahaan sebagai salah satu rekomendasi terkait dengan aspek ekonomi.
Pelatihan kewirausahaan melibatkan instruktur dari konsultan GIZ-RED Jerri Irgo.
Kegiatan dilaksanakan secara bertahap dan berkelanjutan dimulai 7 hingga 8 Mei 2013 diikuti oleh 25 orang pengusaha/perajin gerabah dan mayoritas pengusaha perempuan.
"Pelatihan dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para pengusaha/perajin untuk mengikatkan keterampilan mereka dalam tentang bagaimana usahanya, pemasaran, manajemen sumber daya manusia, akses pinjaman, pembukuan serta perencanaan usaha," katanya.
Menurut dia, kerja sama antara Indonesia melalui GIZ dengan mitra lokal di NTB dalam rangka meningkatkan kondisi kerangka, program sektor maupun perencanaan dan proses implementasi pengembangan ekonomi regional padatingkat nasional maupun daerah melalui program Regional Economic Development (RED).
Kelompok sasaran dari program RED dalah para pemilik dan pekerja dari usah amikro, kecil dan menengah, usaha pemula (business start-up) yang potensial dan para pencari kerja.
NTB merupakan salah satu dari ketiga daerah percontohan program RED yang dipilih melalui keputusan bersama antara Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas), Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah serta Program RED.
Program RED memberikan dukungan terhadap beberapa sektor unggulan di NTB, yaitu kerajinan emas, perak dan mutiara di Kota Mataram serta gerabah di daerah Lombok Barat.