Mataram,(Antara Mataram) - Pemerintah Jerman melalui Lembaga Pengembangan Kerja Sama Pembangunan Regional (GIZ) membantu para perajin gerabah di Desa Banyumulek dan Lelede, Lombok Barat, yang selama ini mengalami kesulitan dalam mengembangkan usahanya.
Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Mataram (Unram) Prayitno Basuki yang terlibat dalam tim Pengembangan Ekonomi Regional atau Regional Economic Development (RED) di Mataram, Kamis, mengatakan, selama ini, para perajin gerabah di dua desa itu lemah dari sisi kemampuan kewirausahaan, permodalan, dan standar kualitas hasil kerajinan sehingga usaha mereka relatif sulit berkembang.
"Oleh karena itu, mereka diberikan pelatihan, termasuk bagaimana mengakses permodalan dari perbankan," katanya.
Ia mengatakan, selama ini, para pengusaha/perajin gerabah hanya mengandalkan modal dari uang muka pesanan (DP) yang relatif kecil sehingga kerajinan gerabah yang mereka hasilkan relatif sedikit dan harganya juga relaif murah. Pihak yang mengambil keuntungan lebih besar adalah pedagang pengumpul hasil kerajinan.
Oleh sebab itu, kata Prayitno, pihaknya mengusahakan agar ada pengusaha besar bisa membantu dengan dana tanggung jawab sosial perusahaan (CSR), bahkan kalau bisa perajian bisa mengakses permodalan dari perbankan dan koperasi yang bisa membantu permodalan sehingga mereka bisa meningkatkan produksi dan harga jualnya lebih tinggi.
Oleh karena itu, lanjut dia, sejak awal perlu melibatkan PT Daerah Maju Bersaing (DMB) dalam membina para perajian gerabah agar CSR perusahaan ini bisa diarahkan untuk membantu permodalan para perajin gerabah.
Untuk mengembangkan usaha para perajin gerabah tersebut, kata dia, sebanyak 25 perajin gerabah Desa Banyumulek dan Lelede, Kecamatan Labuapin Barat mendapat pelatihan kewirausahaan dari Lembaga Pengembangan Kerja Sama Pembangunan Regional di bawah Kementerian Federal Jerman (GIZ).
Regional Economic Development (RED) Programme Human Resources Professional Dian Vitriani pada acara pelatihan kewisarausahaan di Mataram, Rabu mengatakan, pelatihan tersebut dilaksanakan bekerja sama dengan mitra lokal, termasuk Fakultas Ekonomi Universitas Mataram (Unram).
"Pelatihan tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para pengusaha gerabah, pemasaran, manajemen sumber daya manusia, akses pinjaman, pembukuan, dan kemampuan membuat perencanaan usaha," katanya.
Ia mengatakan, sebelum menggelar pelatihan, pihaknya telah melakukan analisis rantai nilai dilakukan guna mendapatkan gambaran yang menyeluruh mengenai komoditas gerabah, sejak dari konsep awal, proses produksi, sampai kepada konsumen akhirnya.
Menurut ida, hasil-hasil analisis itu selanjutkan dijadikan acuan bagi pengembangan kerajinan gerabah dengan harapan semua pelaku rantai nilai bisa mendapatkan manfaat dari penguatan komoditas ini, yang pada akhirnya bisa memberikan kontribusi bagi pengurangan angka kemiskinan.
"Berdasarkan analisis yang telah dilaksanakan pada sektor kerajinan gerabah ditemukan bahwa sebagian besar perajin yang melakukan proses produksi adalah perempuan," katanya.
Dia mengatakan bahwa mereka umumnya bekerja di industri rumah tangga untuk memenuhi permintaan dari produsen besar dan toko seni, selain menjalankan rumah tangga serta merawat anak-anak.
"Survei awal menunjukkan bahwa pendapatan dari gerabah sangat rendah dan merupakan bagian yang sangat kecil dari harga yang dibayarkan oleh pembeli. Selain itu, mereka merupakan bagian yang terlemah dari pelaku rantai nilai," katanya.
Untuk menindaklanjuti temuan tersebut, menurut dia, telah dilaksanakan analisis gender pada bulan Oktober 2012.
Oleh karena itu, kata Dian, untuk meningkatkan potensi perempuan di Banyumulek terkait dengan aspek ekonomi, sosial, dan kesehatan, pihaknya menggelar pelatihan kewirausahaan sebagai salah satu rekomendasi terkait dengan aspek ekonomi.
Pelatihan kewirausahaan melibatkan instruktur dari konsultan GIZ-RED Jerri Irgo.
Kegiatan dilaksanakan secara bertahap dan berkelanjutan mulai 7 Mei hingga 8 Mei 2013 diikuti oleh 25 orang pengusaha/perajin gerabah dan mayoritas pengusaha perempuan.
"Pelatihan dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para pengusaha/perajin untuk meningkatkan keterampilan mereka dalam tentang bagaimana usahanya, pemasaran, manajemen sumber daya manusia, akses pinjaman, pembukuan, serta perencanaan usaha," katanya.
Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Mataram (Unram) Prayitno Basuki yang terlibat dalam tim Pengembangan Ekonomi Regional atau Regional Economic Development (RED) di Mataram, Kamis, mengatakan, selama ini, para perajin gerabah di dua desa itu lemah dari sisi kemampuan kewirausahaan, permodalan, dan standar kualitas hasil kerajinan sehingga usaha mereka relatif sulit berkembang.
"Oleh karena itu, mereka diberikan pelatihan, termasuk bagaimana mengakses permodalan dari perbankan," katanya.
Ia mengatakan, selama ini, para pengusaha/perajin gerabah hanya mengandalkan modal dari uang muka pesanan (DP) yang relatif kecil sehingga kerajinan gerabah yang mereka hasilkan relatif sedikit dan harganya juga relaif murah. Pihak yang mengambil keuntungan lebih besar adalah pedagang pengumpul hasil kerajinan.
Oleh sebab itu, kata Prayitno, pihaknya mengusahakan agar ada pengusaha besar bisa membantu dengan dana tanggung jawab sosial perusahaan (CSR), bahkan kalau bisa perajian bisa mengakses permodalan dari perbankan dan koperasi yang bisa membantu permodalan sehingga mereka bisa meningkatkan produksi dan harga jualnya lebih tinggi.
Oleh karena itu, lanjut dia, sejak awal perlu melibatkan PT Daerah Maju Bersaing (DMB) dalam membina para perajian gerabah agar CSR perusahaan ini bisa diarahkan untuk membantu permodalan para perajin gerabah.
Untuk mengembangkan usaha para perajin gerabah tersebut, kata dia, sebanyak 25 perajin gerabah Desa Banyumulek dan Lelede, Kecamatan Labuapin Barat mendapat pelatihan kewirausahaan dari Lembaga Pengembangan Kerja Sama Pembangunan Regional di bawah Kementerian Federal Jerman (GIZ).
Regional Economic Development (RED) Programme Human Resources Professional Dian Vitriani pada acara pelatihan kewisarausahaan di Mataram, Rabu mengatakan, pelatihan tersebut dilaksanakan bekerja sama dengan mitra lokal, termasuk Fakultas Ekonomi Universitas Mataram (Unram).
"Pelatihan tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para pengusaha gerabah, pemasaran, manajemen sumber daya manusia, akses pinjaman, pembukuan, dan kemampuan membuat perencanaan usaha," katanya.
Ia mengatakan, sebelum menggelar pelatihan, pihaknya telah melakukan analisis rantai nilai dilakukan guna mendapatkan gambaran yang menyeluruh mengenai komoditas gerabah, sejak dari konsep awal, proses produksi, sampai kepada konsumen akhirnya.
Menurut ida, hasil-hasil analisis itu selanjutkan dijadikan acuan bagi pengembangan kerajinan gerabah dengan harapan semua pelaku rantai nilai bisa mendapatkan manfaat dari penguatan komoditas ini, yang pada akhirnya bisa memberikan kontribusi bagi pengurangan angka kemiskinan.
"Berdasarkan analisis yang telah dilaksanakan pada sektor kerajinan gerabah ditemukan bahwa sebagian besar perajin yang melakukan proses produksi adalah perempuan," katanya.
Dia mengatakan bahwa mereka umumnya bekerja di industri rumah tangga untuk memenuhi permintaan dari produsen besar dan toko seni, selain menjalankan rumah tangga serta merawat anak-anak.
"Survei awal menunjukkan bahwa pendapatan dari gerabah sangat rendah dan merupakan bagian yang sangat kecil dari harga yang dibayarkan oleh pembeli. Selain itu, mereka merupakan bagian yang terlemah dari pelaku rantai nilai," katanya.
Untuk menindaklanjuti temuan tersebut, menurut dia, telah dilaksanakan analisis gender pada bulan Oktober 2012.
Oleh karena itu, kata Dian, untuk meningkatkan potensi perempuan di Banyumulek terkait dengan aspek ekonomi, sosial, dan kesehatan, pihaknya menggelar pelatihan kewirausahaan sebagai salah satu rekomendasi terkait dengan aspek ekonomi.
Pelatihan kewirausahaan melibatkan instruktur dari konsultan GIZ-RED Jerri Irgo.
Kegiatan dilaksanakan secara bertahap dan berkelanjutan mulai 7 Mei hingga 8 Mei 2013 diikuti oleh 25 orang pengusaha/perajin gerabah dan mayoritas pengusaha perempuan.
"Pelatihan dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para pengusaha/perajin untuk meningkatkan keterampilan mereka dalam tentang bagaimana usahanya, pemasaran, manajemen sumber daya manusia, akses pinjaman, pembukuan, serta perencanaan usaha," katanya.