Mataram, (Antara Mataram) - Wakil Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Pusat Partai Golkar Lalu Mara Satriawangsa mengatakan tembakau virginia yang dihasilkan petani di Pulau Lombok sebagian bisa dimanfaatkan untuk bahan baku biopestisida.
"Pemasaran tembakau tidak selalu ke perusahaan rokok, termasuk tembakau virginia Lombok, tetapi harus diversifikasi. Artinya, tidak semua tembakau dijual kepada perusahaan rokok," katanya ketika dihubungi dari Mataram, Rabu.
Ia mengatakan, sebagian tembakau virginia yang dihasilkan petani di Lombok bisa diarahkan pemasarannya ke perusahaan biopestisida. Selama ini hampir seluruh petani mau menjual tembakaunya ke perusahaan rokok yang daya serapnya relatif terbatas.
Kondisi ini, kata Mara, menyebabkan sebagian petani mengalami kesulitan menjual tembakau terutama petani yang tidak minjadi mitra perusahaan rokok. Cukup banyak petani yang menderita kerugian pada setiap panen raya.
"Karena itu kita mengharapkan pemerintah daerah bisa mengundang investor untuk membangun pabrik biopestisida yang berbahan baku tembakau agar tembakau yang tidak terserap oleh perusahaan rokok bisa diarahkan ke perusahaan produsen pestisida," kata fungsionaris Golkar kelahiran Lombok itu.
Menurut dia, kalau alternatif itu tidak bisa dilakukan, pemerintah tidak bisa didesak menutup keran impor tembakau. Sebab selama ini ada hubungan yang tidak seimbang.
"Selama ini perusahaan rokok selalu untung, penerimaan pemerintah meningkat terus dari cukai rokok hingga Rp56 triliun, tetapi petani tembakau rugi," katanya.
Mara mengatakan, pemerintah harus bisa menciptakan keseimbangan antara kebutuhan pasar dengan produksi tembakau virginia agar petani tidak mengalami kesulitan menjual tembakaunya.
Menurut data Dinas Perkebunan NTB, potensi produksi tembakau virginia di Pulau Lombok mencapai 48.000 ton atau 95 persen dari total kebutuhan tembakau virginia nasional sebanyak 50.000 ton per tahun. Luas areal tanam tembakau virginia mencapai 22 ribu hektare.
Pada musim panen 2012 perusahaan hanya membeli sekitar 21.000 ton dari perkiraan produksi 26.000 ton, sebanyak 80 persen berasal dari petani binaan, sedangkan sisanya 20 persen atau 5.000 ton dibeli dari petani swadaya.
Harga bahan baku tembakau virginia produk NTB berbentuk krosok berkisar antara Rp16 ribu hingga Rp25 ribu/kilogram.(*)
"Pemasaran tembakau tidak selalu ke perusahaan rokok, termasuk tembakau virginia Lombok, tetapi harus diversifikasi. Artinya, tidak semua tembakau dijual kepada perusahaan rokok," katanya ketika dihubungi dari Mataram, Rabu.
Ia mengatakan, sebagian tembakau virginia yang dihasilkan petani di Lombok bisa diarahkan pemasarannya ke perusahaan biopestisida. Selama ini hampir seluruh petani mau menjual tembakaunya ke perusahaan rokok yang daya serapnya relatif terbatas.
Kondisi ini, kata Mara, menyebabkan sebagian petani mengalami kesulitan menjual tembakau terutama petani yang tidak minjadi mitra perusahaan rokok. Cukup banyak petani yang menderita kerugian pada setiap panen raya.
"Karena itu kita mengharapkan pemerintah daerah bisa mengundang investor untuk membangun pabrik biopestisida yang berbahan baku tembakau agar tembakau yang tidak terserap oleh perusahaan rokok bisa diarahkan ke perusahaan produsen pestisida," kata fungsionaris Golkar kelahiran Lombok itu.
Menurut dia, kalau alternatif itu tidak bisa dilakukan, pemerintah tidak bisa didesak menutup keran impor tembakau. Sebab selama ini ada hubungan yang tidak seimbang.
"Selama ini perusahaan rokok selalu untung, penerimaan pemerintah meningkat terus dari cukai rokok hingga Rp56 triliun, tetapi petani tembakau rugi," katanya.
Mara mengatakan, pemerintah harus bisa menciptakan keseimbangan antara kebutuhan pasar dengan produksi tembakau virginia agar petani tidak mengalami kesulitan menjual tembakaunya.
Menurut data Dinas Perkebunan NTB, potensi produksi tembakau virginia di Pulau Lombok mencapai 48.000 ton atau 95 persen dari total kebutuhan tembakau virginia nasional sebanyak 50.000 ton per tahun. Luas areal tanam tembakau virginia mencapai 22 ribu hektare.
Pada musim panen 2012 perusahaan hanya membeli sekitar 21.000 ton dari perkiraan produksi 26.000 ton, sebanyak 80 persen berasal dari petani binaan, sedangkan sisanya 20 persen atau 5.000 ton dibeli dari petani swadaya.
Harga bahan baku tembakau virginia produk NTB berbentuk krosok berkisar antara Rp16 ribu hingga Rp25 ribu/kilogram.(*)