Jakarta (ANTARA) - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) meminta Pemerintah Kabupaten Gayo Lues, Aceh untuk memprioritaskan keluarga-keluarga muda dalam upaya mempercepat penurunan stunting. “Kabupaten Gayo Lues yang merupakan daerah dengan prevalensi stunting tertinggi di Provinsi Aceh. Berdasarkan Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021, angka prevalensi stunting Gayo Lues 42,9 persen,” kata Kepala BKKBN Hasto Wardoyo dalam keterangannya di Jakarta, Minggu.
 

Hasto menekankan mencegah lahirnya bayi-bayi stunting yang baru merupakan hal penting, dalam membangun kualitas sumber daya manusia yang akan menjadi pemimpin masa depan bangsa. Berdasarkan hasil Pendataan Keluarga (PK) tahun 2021 yang telah dimutakhirkan BKKBN pada 2022, di Kabupaten Gayo Lues terdiri dari 23,980 keluarga. Dari jumlah itu, keluarga berisiko stunting sebanyak 12.292 keluarga.

Oleh karenanya, keluarga muda harus jadi prioritas dalam percepatan penurunan stunting dan pendampingan terhadap keluarga-keluarga muda di Gayo Lues harus jadi prioritas utama, yang bisa dilakukan sejak tiga bulan sebelum pernikahan dan juga pendampingan oleh Tim Pendamping Keluarga kepada pasangan usia subur.

Pendampingan juga dapat memberikan pelayanan KB dan penggunaan alat kontrasepsi bagi Pasangan Usia Subur (PUS), karena memberikan pengaruh signifikan terhadap percepatan penurunan stunting. Pendampingan juga harus mencakup sosialisasi bahaya kawin dini dan kehamilan di usia remaja. Sehingga penting bagi Pemkab Gayo Lues untuk membangun kerja sama dengan sekolah, kantor Kementerian Agama hingga ulama.

BKKBN sendiri sudah menyalurkan Bantuan Operasional Keluarga Berencana (BOKB) sebesar Rp6,4 miliar yang diperuntukkan untuk program fisik Rp1,5 miliar dan Rp4,9 miliar bagi Pemerintah Kabupaten Gayo Lues untuk tahun 2023. “Saya optimistis, Kabupaten Gayo ini mampu menurunkan stunting. Kabupaten Gayo Lues adalah lumbung pangan. Maka dengan mengubah pola pikir dan perilaku dari masyarakat, maka stunting bisa diturunkan dan bisa dicegah lahirnya bayi-bayi stunting baru,” kata Hasto.

Plt. Sekretaris Daerah Gayo Lues Irwansyah mengaku telah melakukan berbagai upaya mempercepat turunkan stunting, seperti melaksanakan rembuk stunting, merealisasikan Program Bapak Asuh Anak Stunting (BAAS) dan audit kasus stunting.

Baca juga: Penguatan sinergi dengan mitra dorong revolusi pola makan anak
Baca juga: Data PK-21 catat keluarga Indonesia bertambah 2,2 juta

Namun, pola pikir masyarakat yang masih kurang dalam memberikan pola asuh dan pemberian asupan makanan yang disertai dengan tingkat pendidikan rendah, menjadi kendala yang menyebabkan stunting di kabupaten itu. Ditambah dengan tingginya angka perkawinan dini dan tingkat kemiskinan yang tinggi. "Mungkin, apa yang telah kami lakukan ini belum tepat untuk menurunkan stunting. Karena itu kami memohon arahan dan bimbingan untuk menurunkan stunting di Kabupaten Gayo Lues," ujarnya.


Pewarta : Hreeloita Dharma Shanti
Editor : I Komang Suparta
Copyright © ANTARA 2024