Mataram (ANTARA) - Ketua Pusat Studi Demokrasi dan Kebijakan Publik (Pusdek) Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram Prof. Kadri menilai sistem Pemilu proporsional tertutup dapat mengurangi jumlah partisipasi pemilih dalam Pemilu.

"Yang menggerakkan masyarakat untuk partisipatif untuk memilih di Pemilu itu menurut saya sistem proporsional terbuka, bukan sistem proporsional tertutup," kata Kadri usai Uji Publik Rancangan Dapil dan Alokasi Kursi DPRD Provinsi NTB yang diselenggarakan KPU NTB di Kota Mataram, Sabtu.

Ia menilai jika sistem Pemilu proporsional terbuka tetap digunakan maka kompetisi antar-kontestan menjadi lebih terbuka dibandingkan proporsional tertutup. "Jadi orang tidak lagi melihat nomor di posisi mana, bahkan orang cenderung cari nomor cantik bukan nomor teratas kalau tetap proporsional terbuka, berbeda dengan tertutup semua diatur partai," ujarnya.

Ia mencontohkan dalam satu daerah pemilihan atau dapil terdapat 10 orang calon legislatif. Maka sudah pasti 10 orang tersebut bergerak untuk mencari suara.

"Bergerak ini pasti mendorong orang untuk memilih. Kebayang di sistem proporsional tertutup partai saja yang berjalan. Kalau tertutup 10 orang nomor di bawahnya ini pasti acuh tak acuh. Sehingga kalau korelasinya partisipasi dengan semangat berkompetisi maka proporsional terbuka itu jauh lebih partisipatif, sehingga kalau dialihkan tertutup prediksi saya pasti partisipasi-nya sedikit," tutur Kadri.

Guru Besar Ilmu Komunikasi UIN Mataram ini menambahkan kalau partisipasi ini masyarakat mau hadir apalagi pemilih sekarang makin pragmatis saja. "Pragmatis itu bukan hanya kepada materi tapi banyak hal. Kalau tidak di dorong keluarga yang calon legislatif (caleg) dia tidak akan mau, kalau tidak dikasih apa-apa juga tidak akan mau," ucapnya.
Disinggung soal merebaknya politik uang dalam sistem proporsional terbuka. Kadri menegaskan baik sistem proporsional terbuka maupun proporsional tertutup sama saja karena keduanya pasti menggunakan pendanaan.

Baca juga: Pusdek UIN Mataram sarankan proporsional terbuka pada pemilu dipertahankan
Baca juga: Gubernur Ridwan Kamil beberkan alasan bergabung di Golkar

Hanya saja, menurutnya kalau terbuka lebih melibatkan banyak orang dan masif. Sedangkan kalau tertutup lebih sedikit "Tetapi kalau tertutup ini sudah dikondisikan pelakunya," ujar Kadri.

Namun demikian, jika nantinya sistem Pemilu proporsional tertutup yang digunakan. Dirinya menduga hal tersebut akan menjadi pintu masuk dalam Pemilu lainnya, seperti pemilihan kepala daerah (Pilkada) yang kembali dipilih melalui DPRD. "Saya mencurigai ini kalau tertutup menjadi pintu masuk merembes ke sistem-sistem yang lain, misalkan, pilkada kembali ke DPRD," ujarnya.
Diketahui partisipasi pemilih di NTB pada Pemilu 2019 berhasil melampaui partisipasi pemilih pada tahun 2014. Di Pemilu 2019 partisipasi pemilih mencapai 82 persen, sedangkan di pemilu 2014 partisipasi hanya 77 persen. Tidak hanya melampaui partisipasi pemilu 2014, capaian partisipasi pemilih NTB pada Pemilu 2019, bahkan melampaui target nasional yakni 77,5 persen.

 


Pewarta : Nur Imansyah
Editor : I Komang Suparta
Copyright © ANTARA 2024