Mataram (ANTARA) - Wakil Gubernur Nusa Tenggara Barat Sitti Rohmi Djalilah menekankan pentingnya penerapan manajemen risiko bencana guna mengurangi dampak bencana alam di daerah itu.
"Sebagai salah satu provinsi yang paling rawan bencana di Indonesia, manajemen risiko bencana sangat penting dalam melakukan perencanaan pembangunan daerah," katanya dalam keterangan tertulis diterima wartawan pada kegiatan Australia Awards-Short Course yakni Workshop Mainstream Disaster Risk Management Into Annual National and Sub-National Planning and Budgeting di Mataram, Selasa.
Ia menegaskan NTB salah satu daerah di Indonesia yang paling rawan terhadap bencana. Oleh karenanya, manajemen risiko bencana penting diterapkan di wilayah itu untuk perencanaan penganggaran nasional dan daerah.
Ia mengatakan gempa yang terjadi pada 2018 di Lombok, NTB telah membentuk cara mitigasi untuk mengurangi dampak bencana alam dan dampak perubahan iklim.
Dia menyampaikan tiga strategi tahapan manajemen risiko bencana di NTB.
"Pada tahap prabencana, kami menjamin kesiapan daerah dan masyarakat terhadap potensi ancaman bencana alam," ujarnya.
Rencana darurat juga dikembangkan termasuk pemetaan ancaman bencana di setiap daerah dan memastikan sistem peringatan dini terlengkap melalui aplikasi siaga.
"Kemudian, pada tahap tanggap darurat, pemprov juga menyiapkan bantuan darurat untuk didistribusikan segera," katanya.
Ia berharap, kegiatan tersebut dapat memberikan wawasan bagi Pemprov NTB untuk membuat rencana penanggulangan risiko bencana yang lebih efisien guna mengatasi tantangan yang dihadapi selama beberapa tahun terakhir.
Department of Foreign Affairs and Trade Australia (DFAT) Kedutaan Besar Australia Jakarta, Madeleine Louise Moss, berharap, apa yang dilakukan dapat memberikan pengetahuan dan pembelajaran dalam manajemen risiko bencana serta dapat memperkuat hubungan Indonesia-Australia ke depannya.
"Kami berharap hal ini dapat memanfaatkan pengetahuan dan pembelajaran yang diberikan para narasumber selama pelaksanaan. Semoga short course ini dapat memperkuat hubungan antara Indonesia dengan Australia, utamanya dalam respons cepat terhadap kebencanaan," ujar dia.
"Sebagai salah satu provinsi yang paling rawan bencana di Indonesia, manajemen risiko bencana sangat penting dalam melakukan perencanaan pembangunan daerah," katanya dalam keterangan tertulis diterima wartawan pada kegiatan Australia Awards-Short Course yakni Workshop Mainstream Disaster Risk Management Into Annual National and Sub-National Planning and Budgeting di Mataram, Selasa.
Ia menegaskan NTB salah satu daerah di Indonesia yang paling rawan terhadap bencana. Oleh karenanya, manajemen risiko bencana penting diterapkan di wilayah itu untuk perencanaan penganggaran nasional dan daerah.
Ia mengatakan gempa yang terjadi pada 2018 di Lombok, NTB telah membentuk cara mitigasi untuk mengurangi dampak bencana alam dan dampak perubahan iklim.
Dia menyampaikan tiga strategi tahapan manajemen risiko bencana di NTB.
"Pada tahap prabencana, kami menjamin kesiapan daerah dan masyarakat terhadap potensi ancaman bencana alam," ujarnya.
Rencana darurat juga dikembangkan termasuk pemetaan ancaman bencana di setiap daerah dan memastikan sistem peringatan dini terlengkap melalui aplikasi siaga.
"Kemudian, pada tahap tanggap darurat, pemprov juga menyiapkan bantuan darurat untuk didistribusikan segera," katanya.
Ia berharap, kegiatan tersebut dapat memberikan wawasan bagi Pemprov NTB untuk membuat rencana penanggulangan risiko bencana yang lebih efisien guna mengatasi tantangan yang dihadapi selama beberapa tahun terakhir.
Department of Foreign Affairs and Trade Australia (DFAT) Kedutaan Besar Australia Jakarta, Madeleine Louise Moss, berharap, apa yang dilakukan dapat memberikan pengetahuan dan pembelajaran dalam manajemen risiko bencana serta dapat memperkuat hubungan Indonesia-Australia ke depannya.
"Kami berharap hal ini dapat memanfaatkan pengetahuan dan pembelajaran yang diberikan para narasumber selama pelaksanaan. Semoga short course ini dapat memperkuat hubungan antara Indonesia dengan Australia, utamanya dalam respons cepat terhadap kebencanaan," ujar dia.