Jakarta (ANTARA) - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) melaporkan minat investor cukup positif pada lelang surat utang negara (SUN) pada Selasa (31/1) di tengah sikap wait and see akan hasil rapat Bank Sentral Amerika Serikat (AS), The Fed pada hari ini.
Dalam keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Rabu, Direktur Surat Utang Negara Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu Deni Ridwan mengungkapkan minat investor tercermin dari naiknya penawaran masuk (incoming bids) menjadi Rp67,08 triliun dari lelang sebelumnya Rp59,05 triliun.
Hal ini didorong oleh mulai menurunnya tekanan inflasi global dan potensi resesi di AS yang kemungkinan tidak akan seburuk yang diperkirakan sebelumnya serta didukung oleh proyeksi kondisi ekonomi pasar berkembang (emerging market) yang relatif lebih baik dari negara maju (advanced countries) pada tahun 2023.
Di samping itu, aliran modal di pasar obligasi kembali masuk ke negara-negara pasar berkembang, termasuk Indonesia di sepanjang Januari. Dengan mempertimbangkan imbal hasil (yield) surat berharga negara (SBN) yang wajar di pasar sekunder dan rencana kebutuhan pembiayaan tahun 2023, pemerintah memutuskan untuk memenangkan permintaan sebesar Rp23 triliun dari total penawaran masuk tersebut.
Pada lelang kemarin, pemerintah kembali menawarkan seri FRSDG001 yang juga direspons positif oleh investor, tercermin dari tingginya penawaran masuk yang mencapai Rp6,17 triliun atau 9,2 persen dari total penawaran masuk dan merupakan penawaran masuk tertinggi sejak seri FRSDG001 ditawarkan melalui lelang perdana.
Seri FRSDG001 merupakan seri obligasi tujuan pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs) Bond yang ditawarkan di pasar domestik untuk melengkapi SDGs Bond yang diterbitkan di pasar global. Seri ini diterbitkan dengan tenor 8 tahun (jatuh tempo tanggal 15 Oktober 2030) dengan kupon 7,375 persen dan dapat digunakan untuk memenuhi RPIM (Rasio Pembiayaan Inklusif Makroprudensial) sektor perbankan.
Deni melanjutkan, permintaan investor masih dominan pada seri SUN tenor 5 dan 10 tahun, dengan jumlah penawaran masuk dan penawaran yang dimenangkan (awarded bids) masing-masing sebesar 64,45 persen dari total penawaran masuk dan 54,13 persen dari total penawaran yang dimenangkan.
Penawaran masuk terbesar adalah pada tenor 5 tahun yaitu Rp21,89 triliun atau 32,63 persen dari total penawaran masuk dan dimenangkan sebesar Rp8,15 triliun atau 35,43% dari total penawaran yang dimenangkan.
Baca juga: Investor dalam negeri berminat membangun pabrik tapioka di Sumbawa
Baca juga: Kemenkeu sebut investor antusias lelang SUN berkat rilis data AS
Modal masuk investor asing pada lelang SUN terus berlanjut, ditandai dengan penawaran masuk sebesar Rp10,91 triliun. Jumlah ini mayoritas pada seri SUN tenor 5 dan 10 tahun yaitu Rp7,61 triliun atau 69,75 persen dari total penawaran masuk investor asing dan dimenangkan sebesar Rp1,29 triliun atau 5,61 persen dari total penawaran yang dimenangkan.
Adapun mayoritas yield rata-rata tertimbang (Weighted Average Yield/WAY) pada lelang SUN hari ini turun sebesar 4 basis poin (bps) sampai 13 bps dibandingkan WAY lelang sebelumnya, kecuali tenor 15 tahun dan 20 tahun naik masing-masing sebesar 3 bps dan 2 bps. Penurunan WAY terbesar adalah pada SUN tenor 5 tahun yaitu 13 bps.
Pemerintah senantiasa mempertimbangkan kondisi pasar keuangan terkini, kebutuhan pembiayaan, dan kondisi kas negara, sehingga penerbitan SBN dilakukan sesuai kebutuhan, dengan biaya yang paling optimal dan risiko yang terukur. Sesuai dengan kalender penerbitan SBN tahun 2023, lelang penerbitan SUN selanjutnya akan dilaksanakan pada tanggal 14 Februari 2023.
Dalam keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Rabu, Direktur Surat Utang Negara Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu Deni Ridwan mengungkapkan minat investor tercermin dari naiknya penawaran masuk (incoming bids) menjadi Rp67,08 triliun dari lelang sebelumnya Rp59,05 triliun.
Hal ini didorong oleh mulai menurunnya tekanan inflasi global dan potensi resesi di AS yang kemungkinan tidak akan seburuk yang diperkirakan sebelumnya serta didukung oleh proyeksi kondisi ekonomi pasar berkembang (emerging market) yang relatif lebih baik dari negara maju (advanced countries) pada tahun 2023.
Di samping itu, aliran modal di pasar obligasi kembali masuk ke negara-negara pasar berkembang, termasuk Indonesia di sepanjang Januari. Dengan mempertimbangkan imbal hasil (yield) surat berharga negara (SBN) yang wajar di pasar sekunder dan rencana kebutuhan pembiayaan tahun 2023, pemerintah memutuskan untuk memenangkan permintaan sebesar Rp23 triliun dari total penawaran masuk tersebut.
Pada lelang kemarin, pemerintah kembali menawarkan seri FRSDG001 yang juga direspons positif oleh investor, tercermin dari tingginya penawaran masuk yang mencapai Rp6,17 triliun atau 9,2 persen dari total penawaran masuk dan merupakan penawaran masuk tertinggi sejak seri FRSDG001 ditawarkan melalui lelang perdana.
Seri FRSDG001 merupakan seri obligasi tujuan pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs) Bond yang ditawarkan di pasar domestik untuk melengkapi SDGs Bond yang diterbitkan di pasar global. Seri ini diterbitkan dengan tenor 8 tahun (jatuh tempo tanggal 15 Oktober 2030) dengan kupon 7,375 persen dan dapat digunakan untuk memenuhi RPIM (Rasio Pembiayaan Inklusif Makroprudensial) sektor perbankan.
Deni melanjutkan, permintaan investor masih dominan pada seri SUN tenor 5 dan 10 tahun, dengan jumlah penawaran masuk dan penawaran yang dimenangkan (awarded bids) masing-masing sebesar 64,45 persen dari total penawaran masuk dan 54,13 persen dari total penawaran yang dimenangkan.
Penawaran masuk terbesar adalah pada tenor 5 tahun yaitu Rp21,89 triliun atau 32,63 persen dari total penawaran masuk dan dimenangkan sebesar Rp8,15 triliun atau 35,43% dari total penawaran yang dimenangkan.
Baca juga: Investor dalam negeri berminat membangun pabrik tapioka di Sumbawa
Baca juga: Kemenkeu sebut investor antusias lelang SUN berkat rilis data AS
Modal masuk investor asing pada lelang SUN terus berlanjut, ditandai dengan penawaran masuk sebesar Rp10,91 triliun. Jumlah ini mayoritas pada seri SUN tenor 5 dan 10 tahun yaitu Rp7,61 triliun atau 69,75 persen dari total penawaran masuk investor asing dan dimenangkan sebesar Rp1,29 triliun atau 5,61 persen dari total penawaran yang dimenangkan.
Adapun mayoritas yield rata-rata tertimbang (Weighted Average Yield/WAY) pada lelang SUN hari ini turun sebesar 4 basis poin (bps) sampai 13 bps dibandingkan WAY lelang sebelumnya, kecuali tenor 15 tahun dan 20 tahun naik masing-masing sebesar 3 bps dan 2 bps. Penurunan WAY terbesar adalah pada SUN tenor 5 tahun yaitu 13 bps.
Pemerintah senantiasa mempertimbangkan kondisi pasar keuangan terkini, kebutuhan pembiayaan, dan kondisi kas negara, sehingga penerbitan SBN dilakukan sesuai kebutuhan, dengan biaya yang paling optimal dan risiko yang terukur. Sesuai dengan kalender penerbitan SBN tahun 2023, lelang penerbitan SUN selanjutnya akan dilaksanakan pada tanggal 14 Februari 2023.