Jakarta (ANTARA) - Wakil Ketua Komisi III DPR RI Ahmad Sahroni berharap pers sebagai media penyalur informasi yang bisa dipercaya dan dipertanggungjawabkan dapat selalu mengedepankan kebenaran. Sahroni menyampaikan harapannya itu dalam rangka perayaan Hari Pers Nasional (HPN) yang diperingati tanggal 9 Februari setiap tahunnya.
"Di Hari Pers Nasional ini, saya ingin pers selalu menjadi pembela kebenaran, bukan pembela ketenaran. Jadi, jangan asal tenar lalu langsung dibesar-besarkan oleh media; verifikasi dulu, pastikan informasinya benar atau tidak," kata Sahroni dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Kamis.
Dia menilai saat ini media sudah menjadi pintu utama bagi masyarakat untuk memperoleh informasi, sehingga diharapkan pers dapat menjadi agen yang mampu mencerdaskan masyarakat melalui informasi-informasi berkualitas yang diberitakan.
Baca juga: Jokowi ingat jasa insan pers buka harapan dirinya dari orang biasa jadi presiden
"Karena kalau yang kontroversial negatif selalu diviralkan, apalagi tanpa melalui proses verifikasi, lama-lama ini nanti akan menjadi kebiasaan yang buruk; kurang bagus juga untuk aspek pendidikan masyarakat," tambahnya.
Dia kemudian memberi contoh terkait kontroversi negatif yang kerap diangkat media. "Seperti misal ada selebritas yang selalu hate speech, ngomong seenaknya; tapi karena diberitakan terus menerus orang tersebut jadi nampak seperti 'pahlawan'," ucapnya.
Oleh karena itu, Sahroni mengingatkan bahwa media seyogianya harus lebih banyak mengangkat putra dan putri bangsa yang memiliki kapasitas dan prestasi. Sebagai contoh, lanjutnya, keberhasilan Presiden Joko Widodo sebagai kepala negara yang berhasil memimpin Indonesia selama dua periode itu pun tak lepas dari peran penting media.
"Media itu benar-benar memiliki peran strategis sebagai penyalur informasi kepada masyarakat luas. Orang-orang baik dan bukan siapa-siapa, seperti Presiden Jokowi, bisa seperti sekarang karena peran media. Nah, saya ingin media kita harus bisa ulang keberhasilan ini," ujar Ahmad Sahroni.
Baca juga: Dewan Pers keluarkan pedoman pemberitaan cegah politik identitas
Untuk diketahui, gagasan penetapan Hari Pers Nasional pada 9 Februari muncul saat Kongres Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) di Padang, Sumatera Barat tahun 1978. Tanggal 9 Februari pun menjadi momentum kelahiran organisasi PWI.
Presiden Soeharto kemudian menetapkan 9 Februari sebagai Hari Pers Nasional melalui Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 5 Tahun 1985. Perayaan HPN Tahun 2023 mengambil tema "Pers Bebas Demokrasi Bermartabat" dan dipusatkan di Medan, Sumatera Utara.
"Di Hari Pers Nasional ini, saya ingin pers selalu menjadi pembela kebenaran, bukan pembela ketenaran. Jadi, jangan asal tenar lalu langsung dibesar-besarkan oleh media; verifikasi dulu, pastikan informasinya benar atau tidak," kata Sahroni dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Kamis.
Dia menilai saat ini media sudah menjadi pintu utama bagi masyarakat untuk memperoleh informasi, sehingga diharapkan pers dapat menjadi agen yang mampu mencerdaskan masyarakat melalui informasi-informasi berkualitas yang diberitakan.
Baca juga: Jokowi ingat jasa insan pers buka harapan dirinya dari orang biasa jadi presiden
"Karena kalau yang kontroversial negatif selalu diviralkan, apalagi tanpa melalui proses verifikasi, lama-lama ini nanti akan menjadi kebiasaan yang buruk; kurang bagus juga untuk aspek pendidikan masyarakat," tambahnya.
Dia kemudian memberi contoh terkait kontroversi negatif yang kerap diangkat media. "Seperti misal ada selebritas yang selalu hate speech, ngomong seenaknya; tapi karena diberitakan terus menerus orang tersebut jadi nampak seperti 'pahlawan'," ucapnya.
Oleh karena itu, Sahroni mengingatkan bahwa media seyogianya harus lebih banyak mengangkat putra dan putri bangsa yang memiliki kapasitas dan prestasi. Sebagai contoh, lanjutnya, keberhasilan Presiden Joko Widodo sebagai kepala negara yang berhasil memimpin Indonesia selama dua periode itu pun tak lepas dari peran penting media.
"Media itu benar-benar memiliki peran strategis sebagai penyalur informasi kepada masyarakat luas. Orang-orang baik dan bukan siapa-siapa, seperti Presiden Jokowi, bisa seperti sekarang karena peran media. Nah, saya ingin media kita harus bisa ulang keberhasilan ini," ujar Ahmad Sahroni.
Baca juga: Dewan Pers keluarkan pedoman pemberitaan cegah politik identitas
Untuk diketahui, gagasan penetapan Hari Pers Nasional pada 9 Februari muncul saat Kongres Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) di Padang, Sumatera Barat tahun 1978. Tanggal 9 Februari pun menjadi momentum kelahiran organisasi PWI.
Presiden Soeharto kemudian menetapkan 9 Februari sebagai Hari Pers Nasional melalui Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 5 Tahun 1985. Perayaan HPN Tahun 2023 mengambil tema "Pers Bebas Demokrasi Bermartabat" dan dipusatkan di Medan, Sumatera Utara.