Jakarta (ANTARA) - PT Indo Premier Sekuritas memperkirakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan melanjutkan penguatan karena tertopang sejumlah sentimen domestik dan eksternal pada pekan ini. Equity Analyst Indo Premier Sekuritas Mino dalam keterangannya di Jakarta, Senin, menjelaskan sentimen domestik yang akan menopang penguatan pasar pada pekan ini adalah laporan keuangan dan neraca transaksi berjalan.
"Beberapa emiten besar akan merilis laporan keuangan dalam waktu dekat. Dari laporan keuangan, triknya adalah cari saham-saham yang sebelum laporan keuangan trennya berubah atau lagi naik. Setelah rilis keuangan keluar, trennya itu berlanjut. Ini artinya investor welcome dengan laporan keuangannya," ujarnya.
Pihaknya memprediksikan neraca transaksi berjalan akan kembali mencatatkan surplus sebesar 4,30 miliar dolar Amerika Serikat (AS) pada kuartal IV 2022, atau lebih rendah dari sebelumnya sebesar 4,38 miliar dolar AS pada kuartal III 2022. "Ini masih sangat positif. Kalau rupiah menguat, tentu akan menguntungkan emiten- emiten di sektor yang bahan bakunya masih impor atau sektor-sektor yang utangnya banyak pada dolar AS," ujar Mino.
Dia melanjutkan sejumlah sentimen eksternal yang mempengaruhi pasar pada pekan ini, di antaranya FOMC Minutes, pidato beberapa pejabat The Fed, klaim pengangguran, data pendapatan dan belanja personal, data personal consumer expenditure (PCE), serta harga komoditas.
Baca juga: Saham Inggris berakhir negatif, indeks tergerus 0,10 persen
Baca juga: Saham Jerman dilanda ambil untung, indeks jatuh 0,33 persen
Lanjut dia, sentimen eksternal lainnya adalah klaim pengangguran baru, yang tercatat sebanyak 194 ribu per 11 Februari 2023, atau lebih rendah dari sebelumnya 195 ribu dan juga konsensus sebanyak 200 ribu.
Terkait personal spending, pendapatan personal Januari 2023 diprediksi naik 1 persen month to month (mtm) dan personal consumer expenditure diprediksi akan berbalik naik 1 persen mtm. Sementara itu, dia menjelaskan pasar menguat tipis terpengaruh sentimen positif dan negatif pada pekan lalu.
Menurut dia, sentimen positif pada pekan lalu diantaranya, keputusan Bank Indonesia (BI) yang mempertahankan suku bunga acuan, surplus neraca perdagangan, serta solidnya data penjualan ritel AS. "Sementara itu, sentimen negatif pada pekan lalu, diantaranya inflasi di AS pada tingkat konsumen dan produsen lebih tinggi dari konsensus, klaim pengangguran mingguan yang lebih baik dari konsensus, komentar dari beberapa pejabat bank sentral AS dan turunnya harga komoditas," ujar Mino.
"Beberapa emiten besar akan merilis laporan keuangan dalam waktu dekat. Dari laporan keuangan, triknya adalah cari saham-saham yang sebelum laporan keuangan trennya berubah atau lagi naik. Setelah rilis keuangan keluar, trennya itu berlanjut. Ini artinya investor welcome dengan laporan keuangannya," ujarnya.
Pihaknya memprediksikan neraca transaksi berjalan akan kembali mencatatkan surplus sebesar 4,30 miliar dolar Amerika Serikat (AS) pada kuartal IV 2022, atau lebih rendah dari sebelumnya sebesar 4,38 miliar dolar AS pada kuartal III 2022. "Ini masih sangat positif. Kalau rupiah menguat, tentu akan menguntungkan emiten- emiten di sektor yang bahan bakunya masih impor atau sektor-sektor yang utangnya banyak pada dolar AS," ujar Mino.
Dia melanjutkan sejumlah sentimen eksternal yang mempengaruhi pasar pada pekan ini, di antaranya FOMC Minutes, pidato beberapa pejabat The Fed, klaim pengangguran, data pendapatan dan belanja personal, data personal consumer expenditure (PCE), serta harga komoditas.
Baca juga: Saham Inggris berakhir negatif, indeks tergerus 0,10 persen
Baca juga: Saham Jerman dilanda ambil untung, indeks jatuh 0,33 persen
Lanjut dia, sentimen eksternal lainnya adalah klaim pengangguran baru, yang tercatat sebanyak 194 ribu per 11 Februari 2023, atau lebih rendah dari sebelumnya 195 ribu dan juga konsensus sebanyak 200 ribu.
Terkait personal spending, pendapatan personal Januari 2023 diprediksi naik 1 persen month to month (mtm) dan personal consumer expenditure diprediksi akan berbalik naik 1 persen mtm. Sementara itu, dia menjelaskan pasar menguat tipis terpengaruh sentimen positif dan negatif pada pekan lalu.
Menurut dia, sentimen positif pada pekan lalu diantaranya, keputusan Bank Indonesia (BI) yang mempertahankan suku bunga acuan, surplus neraca perdagangan, serta solidnya data penjualan ritel AS. "Sementara itu, sentimen negatif pada pekan lalu, diantaranya inflasi di AS pada tingkat konsumen dan produsen lebih tinggi dari konsensus, klaim pengangguran mingguan yang lebih baik dari konsensus, komentar dari beberapa pejabat bank sentral AS dan turunnya harga komoditas," ujar Mino.