Jakarta (ANTARA) - Direktur Perfilman, Musik dan Media Kemdikbudristek Ahmad Mahendra mengapresiasi film dokumenter berjudul Three Faces in The Land of Sharia karya Jurnalis Kompas TV asal Aceh Davi Abdullah yang berhasil masuk nominasi Cannes World Film Festival edisi Januari 2023.
Film dokumenter berjudul Three Faces in The Land of Sharia tersebut masuk dalam nominasi kategori film hak asasi manusia terbaik pada Cannes World Film Festival edisi Januari 2023. “Prestasi ini tentu saja membanggakan,” katanya kepada Antara di Jakarta, Kamis.
Mahendra menuturkan hal itu merupakan pencapaian membanggakan karena tidak hanya akan tayang di Cannes World Film Festival namun juga masuk dalam kompetisi dan bersaing dengan film Pechcaan (identitas) yang berasal dari Pakistan untuk memperebutkan film hak asasi terbaik.
Terlebih lagi, film ini juga mendapatkan penghargaan bergengsi di tingkat nasional yaitu Pemenang Piala Citra FFI 2021 sebagai Film Dokumenter Pendek Terbaik serta telah berkompetisi dengan ratusan karya film dari berbagai belahan dunia.
Film yang disutradarai Davi Abdullah dan diproduseri Masridho Rambe itu sendiri bercerita tentang kondisi Aceh dalam penerapan syariat Islam dengan lama produksi mencapai sekitar lima tahun.
Menurut Mahendra, perfilman Tanah Air sekarang sedang berjaya di berbagai festival dunia sehingga Kemendikbudristek terus mendukung melalui berbagai program antara lain travel grant, workshop, lab hingga fasilitas produksi berupa matching fund.
Selain itu, workshop dan lab yang difasilitasi Kemendikbudristek juga bekerja sama dengan berbagai lembaga pendidikan dan kursus film dunia seperti Rotterdam Lab dan Platform Busan. Kemudian inkubasi naskah film panjang pun bekerja sama dengan tenure film professor dari University of Southern California sedangkan workshop pengembangan naskah film pendek bekerja sama dengan New York Film Academy.
Masridho Rambe yang merupakan produser film dokumenter Three Faces in The Land of Sharia berharap pencapaian masuk nominasi Cannes World Film Festival ini akan menjadi memotivasi para sineas lainnya untuk terus berkarya.
Baca juga: Resensi film "Ambush": pertempuran bawah tanah demi merebut catatan intelijen
Baca juga: Kemendikbudristek fasilitasi 39 komunitas film melalui Dana Indonesiana
“Mudah-mudahan ini bisa memotivasi para sineas lainnya untuk terus berkarya dan membuktikan bahwa anak Aceh juga bisa bersaing dengan film-film dunia lainnya," ujarnya. Masridho menjelaskan film tersebut sudah melalui beberapa tahapan seleksi mulai dari penetapan semi finalis, finalis hingga pengumuman nominasi pada 23 Februari 2023. Untuk dewan juri festival yang terdiri dari tujuh anggota yang berasal dari industri film, industri musik dan bidang seni dan budaya “Nantinya pemenang bulanan secara otomatis diikutsertakan
Film dokumenter berjudul Three Faces in The Land of Sharia tersebut masuk dalam nominasi kategori film hak asasi manusia terbaik pada Cannes World Film Festival edisi Januari 2023. “Prestasi ini tentu saja membanggakan,” katanya kepada Antara di Jakarta, Kamis.
Mahendra menuturkan hal itu merupakan pencapaian membanggakan karena tidak hanya akan tayang di Cannes World Film Festival namun juga masuk dalam kompetisi dan bersaing dengan film Pechcaan (identitas) yang berasal dari Pakistan untuk memperebutkan film hak asasi terbaik.
Terlebih lagi, film ini juga mendapatkan penghargaan bergengsi di tingkat nasional yaitu Pemenang Piala Citra FFI 2021 sebagai Film Dokumenter Pendek Terbaik serta telah berkompetisi dengan ratusan karya film dari berbagai belahan dunia.
Film yang disutradarai Davi Abdullah dan diproduseri Masridho Rambe itu sendiri bercerita tentang kondisi Aceh dalam penerapan syariat Islam dengan lama produksi mencapai sekitar lima tahun.
Menurut Mahendra, perfilman Tanah Air sekarang sedang berjaya di berbagai festival dunia sehingga Kemendikbudristek terus mendukung melalui berbagai program antara lain travel grant, workshop, lab hingga fasilitas produksi berupa matching fund.
Selain itu, workshop dan lab yang difasilitasi Kemendikbudristek juga bekerja sama dengan berbagai lembaga pendidikan dan kursus film dunia seperti Rotterdam Lab dan Platform Busan. Kemudian inkubasi naskah film panjang pun bekerja sama dengan tenure film professor dari University of Southern California sedangkan workshop pengembangan naskah film pendek bekerja sama dengan New York Film Academy.
Masridho Rambe yang merupakan produser film dokumenter Three Faces in The Land of Sharia berharap pencapaian masuk nominasi Cannes World Film Festival ini akan menjadi memotivasi para sineas lainnya untuk terus berkarya.
Baca juga: Resensi film "Ambush": pertempuran bawah tanah demi merebut catatan intelijen
Baca juga: Kemendikbudristek fasilitasi 39 komunitas film melalui Dana Indonesiana
“Mudah-mudahan ini bisa memotivasi para sineas lainnya untuk terus berkarya dan membuktikan bahwa anak Aceh juga bisa bersaing dengan film-film dunia lainnya," ujarnya. Masridho menjelaskan film tersebut sudah melalui beberapa tahapan seleksi mulai dari penetapan semi finalis, finalis hingga pengumuman nominasi pada 23 Februari 2023. Untuk dewan juri festival yang terdiri dari tujuh anggota yang berasal dari industri film, industri musik dan bidang seni dan budaya “Nantinya pemenang bulanan secara otomatis diikutsertakan