Mataram (ANTARA) - Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, memberikan pembinaan dan pendampingan kepada kelompok budi daya ikan air tawar untuk meningkatkan dan mencapai target produksi perikanan budi daya sebesar 400 ton tahun 2023.

"Sekarang tercatat, jumlah kelompok budi daya ikan air tawar sebanyak 67 kelompok tersebar di enam kecamatan se-Kota Mataram," kata Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kota Mataram H Irwan Harimansyah di Mataram, Selasa.

Dikatakan, produksi ikan air tawar di Kota Mataram dengan jenis nila, lele, patin, dan ikan bawal selama tahun 2022 tercatat 380.297 kilogram, dengan nilai produksi Rp9.660.2777.500.

Jika dibandingkan hasil produksi tahun 2021, terjadi penurunan sekitar 6,5 persen, karena produksi ikan air tawar tahun 2021 mencapai 430.950 kilogram dengan nilai produksi Rp10.342.100.000.

"Penurunan nilai produksi sebanyak 6,5 persen tahun 2022, karena produksi ikan yang menurun akibat adanya banjir dan penurunan produksi tidak disertai kenaikan harga ikan," katanya.

Karena itulah, katanya, tahun ini pihaknya akan meningkatkan pembinaan dan pendampingan agar produksi ikan air tawar bisa kembali naik. Salah satu pembinaan yang dilakukan DKP saat ini adalah dalam bentuk inovasi misalnya untuk pakan.

Pakan ikan air tawar saat ini tidak harus dari hasil pabrik berupa pelet, akan tetapi pembudidaya harus mampu membuat dengan menggunakan bahan baku lokal. Misalnya, menggunakan pakan maggot yang saat ini harganya jauh lebih murah dibandingkan pelet.

"Pakan pabrik atau pelet saat ini harganya lebih mahal dari beras. Untuk satu karung isi 25 kilogram harganya mencapai sekitar Rp400.000," katanya.

Sementara untuk maggot yang saat ini sedang dikembangkan di Mataram Maggot Center (MMC) Kebon Talo, harganya sekitar Rp6.000-Rp7.000 per kilogram. Hanya saja, untuk jenis ikan nila tidak mau menggunakan pakan maggot.

"Apakah karena bentuknya seperti ulat atau kenapa, kita tidak tahu. Tapi kalau untuk jenis ikan lele, patin, dan ikan bawal mau pakan maggot,"

Selain itu, ke depan pihaknya juga akan mengajak para pelaku budi daya ikan air tawar untuk mengembangkan ikan bawal yang pemeliharaannya relatif mudah tapi nilai jualnya tinggi.

Harga ikan bawal saat ini mencapai Rp70.000 per kilogram, sedangkan ikan nila Rp30.000-Rp35.000 per kilogram.

"Masyarakat lebih memilih budi daya ikan nila karena waktu panen lebih cepat yakni sekitar empat bulan, sedangkan ikan bawal enam bulan. Meski demikian, kita akan terus coba dan edukasi pembudidaya agar mau beralih ke bawal," katanya.

 

Pewarta : Nirkomala
Editor : Riza Fahriza
Copyright © ANTARA 2024