Semarang (ANTARA) - Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu menyebutkan program pertanian perkotaan (urban farming) sudah menjadi salah satu prioritas kegiatan yang diterapkan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di wilayah tersebut.
"Alhamdulillah urban farming sudah bisa menjadi salah satu prioritas kegiatan di sekolah," kata Ita sapaan akrab Hevearita, saat peluncuran Program Smart Urban Farming School, di SMP Negeri 1 Semarang, Jawa Tengah, Jumat.
Menurut dia, setiap sekolah berinovasi dalam menerapkan program urban farming seperti SMPN 1 yang mewajibkan setiap warga sekolah, baik siswa, guru, dan karyawan untuk menanam satu tanaman. Kemudian SMPN 1 juga menggelar kegiatan seperti menanam, memasak, hingga berjualan produk berbahan utama sawi.
"Semua makanan berbahan dasar sawi, lomba masak bakmi. Diberi bahan mentah di situ, mau dimasak apapun monggo di dalamnya harus ada bahan sawi. Anak-anak semua berjualan di kedai semua berbahan dasar sawi," ujarnya.
"Tadi saya datang ke SMPN 39 juga sudah mulai panen sawi, cabai, terong , dan sebagainya, dan juga diadakan makan bersama tiap dua minggu sekali buah dan sayur," lanjutnya. Ita mengakui perlunya gerakan hidup sehat, salah satunya didorong melalui urban farming karena anak-anak merupakan generasi emas pada 2045.
Selain manfaat secara kesehatan, Ita mengatakan bahwa urban farming turut membantu menanamkan pendidikan karakter terhadap anak, seperti tanggung jawab, sabar, dan menjauhkan mereka dari gadget.
Baca juga: BPS Lombok Tengah menyiapkan 1.000 petugas Sensus Pertanian 2023
Baca juga: Gajah liar kembali rusak tanaman pinang di Aceh Jaya
Sementara itu Kepala SMPN 1 Semarang Nining Sulistyaningsih mengatakan urban farming yang diinisiasi sejak 2020 membuat anak-anak lebih kreatif dan bertanggung jawab. Nining mengatakan kegiatan urban farming yang dilakukan cukup bervariasi, mulai menanam tanaman mint, buah strawberi hingga sayur-sayuran seperti sawi, cabai, tomat, hingga daun bawang.
Saat ini, kata dia, diluncurkan Program Smart Urban Farming School dengan slogan "Sasi Sagu Saka Sama Sata", yakni satu siswa, satu guru, satu karyawan, satu masyarakat, satu tanaman. Saat ini sudah ada lebih dari 1.000 tanaman yang ditanam melalui program tersebut yakni dari 916 siswa, para guru, paguyuban orang tua, hingga masyarakat sekitar.
"Kami punya hari menanam yakni Jumat pagi. Di sela waktu istirahat, mereka harus merawat tanaman masing-masing. Kalau sampai tanamannya mati, ya, harus tanggung jawab dengan cara mengganti," pungkasnya.
"Alhamdulillah urban farming sudah bisa menjadi salah satu prioritas kegiatan di sekolah," kata Ita sapaan akrab Hevearita, saat peluncuran Program Smart Urban Farming School, di SMP Negeri 1 Semarang, Jawa Tengah, Jumat.
Menurut dia, setiap sekolah berinovasi dalam menerapkan program urban farming seperti SMPN 1 yang mewajibkan setiap warga sekolah, baik siswa, guru, dan karyawan untuk menanam satu tanaman. Kemudian SMPN 1 juga menggelar kegiatan seperti menanam, memasak, hingga berjualan produk berbahan utama sawi.
"Semua makanan berbahan dasar sawi, lomba masak bakmi. Diberi bahan mentah di situ, mau dimasak apapun monggo di dalamnya harus ada bahan sawi. Anak-anak semua berjualan di kedai semua berbahan dasar sawi," ujarnya.
"Tadi saya datang ke SMPN 39 juga sudah mulai panen sawi, cabai, terong , dan sebagainya, dan juga diadakan makan bersama tiap dua minggu sekali buah dan sayur," lanjutnya. Ita mengakui perlunya gerakan hidup sehat, salah satunya didorong melalui urban farming karena anak-anak merupakan generasi emas pada 2045.
Selain manfaat secara kesehatan, Ita mengatakan bahwa urban farming turut membantu menanamkan pendidikan karakter terhadap anak, seperti tanggung jawab, sabar, dan menjauhkan mereka dari gadget.
Baca juga: BPS Lombok Tengah menyiapkan 1.000 petugas Sensus Pertanian 2023
Baca juga: Gajah liar kembali rusak tanaman pinang di Aceh Jaya
Sementara itu Kepala SMPN 1 Semarang Nining Sulistyaningsih mengatakan urban farming yang diinisiasi sejak 2020 membuat anak-anak lebih kreatif dan bertanggung jawab. Nining mengatakan kegiatan urban farming yang dilakukan cukup bervariasi, mulai menanam tanaman mint, buah strawberi hingga sayur-sayuran seperti sawi, cabai, tomat, hingga daun bawang.
Saat ini, kata dia, diluncurkan Program Smart Urban Farming School dengan slogan "Sasi Sagu Saka Sama Sata", yakni satu siswa, satu guru, satu karyawan, satu masyarakat, satu tanaman. Saat ini sudah ada lebih dari 1.000 tanaman yang ditanam melalui program tersebut yakni dari 916 siswa, para guru, paguyuban orang tua, hingga masyarakat sekitar.
"Kami punya hari menanam yakni Jumat pagi. Di sela waktu istirahat, mereka harus merawat tanaman masing-masing. Kalau sampai tanamannya mati, ya, harus tanggung jawab dengan cara mengganti," pungkasnya.