Mataram, (Antara)- Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, saat ini memiliki 17 eksemplar buku dengan huruf "braille" untuk tunanetra.
"Buku berhuruf `braille` tersebut sebagai salah satu upaya memenuhi hak anak berkebutuhan khusus di daerah ini," kata Kepala Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Mataram Hj Ririn Yuniarti LW di Mataram, Kamis.
Ia mengatakan, keberadaan koleksi buku dengan huruf "braille" ini kemungkinan satu-satunya di NTB. "Karena itu, kami akan terus usahakan untuk menambah koleksi sesuai dengan kebutuhan dan anggaran yang tersedia.
Ririn yang didampingi Kepala Seksi Pengembangan Perpustakaan dan Kearsipan Kantor Perpustakaan dan Asrip Daerah Kota Mataram Hj Yudida Bondan mengatakan, sebanyak 17 buku berhuruf "braille" itu berupa novel.
Novel tersebut antara lain berjudul, "Ketika Cinta Bertasbih" dan "Laskar Pelangi". Namun ada juga naskah-naskah tentang pelajaran dan ilmu pengetahuan umum.
Ia mengatakan, fasilitas pengadaan koleksi buku dengan huruf "braille" tersebut dipenuhi sesuai dengan saran dan masukan pengunjung termasuk anak berkebutuhan khusus (ABK) yang pernah datang ke perpustakaan.
"Bahkan sudah ada masukan dari ABK yang meminta agar ada koleksi buku dengan huruf `braille` berbahasa Inggris. Kami akan usakan pengadaannya tahun depan," katanya.
Menyinggung fasilitas ABK di perpustakaan, terutama untuk penyandang cacat fisik, Ririn mengakui saat ini pihaknya belum memiliki sarana jalan khusus untuk ABK tersebut.
"Kami akui saat ini belum ada sarana jalan khusus untuk ABK di perpustakaan. Tetapi tahun depan akan kami usulkan, agar hak-hak mereka juga bisa terpenuhi," katanya.
Sebelumya, Ketua Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Kota Mataram Sri Mawarni berharap agar perpustakaan bisa menyediakan fasilitas untuk ABK.
Fasilitas khusus untuk ABK di perpustakaan itu seperti penyediaan koleksi buku dengan huruf "braille" untuk tunanetra dan fasilitas jalan khusus untuk masuk ke perpustakan bagi anak cacat fisik.
Dengan demikian ABK yang cacat fisik seperti tidak bisa berjalan, bisa masuk ke perpustakaan dengan menggunakan kursi roda.
"Sampai saat ini belum ada perpustakaan yang menyediakan fasilitas jalan khusus bagi ABK, sementara kondisi perpustakaan di daerah ini rata-rata berlantai dua," katanya.
Terkait dengan itu, pihaknya berharap pemerintah dapat merealisasikan aspirasi dan harapan ABK terutama di Kota Mataram. Apalagi, Kota Mataram saat ini sudah menjadi salah satu kota yang dicanangkan akan menuju kota layak anak pada 2018.
"Karenanya, fasilitas untuk ABK ini harus menjadi salah satu program prioritas," katanya.
"Buku berhuruf `braille` tersebut sebagai salah satu upaya memenuhi hak anak berkebutuhan khusus di daerah ini," kata Kepala Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Mataram Hj Ririn Yuniarti LW di Mataram, Kamis.
Ia mengatakan, keberadaan koleksi buku dengan huruf "braille" ini kemungkinan satu-satunya di NTB. "Karena itu, kami akan terus usahakan untuk menambah koleksi sesuai dengan kebutuhan dan anggaran yang tersedia.
Ririn yang didampingi Kepala Seksi Pengembangan Perpustakaan dan Kearsipan Kantor Perpustakaan dan Asrip Daerah Kota Mataram Hj Yudida Bondan mengatakan, sebanyak 17 buku berhuruf "braille" itu berupa novel.
Novel tersebut antara lain berjudul, "Ketika Cinta Bertasbih" dan "Laskar Pelangi". Namun ada juga naskah-naskah tentang pelajaran dan ilmu pengetahuan umum.
Ia mengatakan, fasilitas pengadaan koleksi buku dengan huruf "braille" tersebut dipenuhi sesuai dengan saran dan masukan pengunjung termasuk anak berkebutuhan khusus (ABK) yang pernah datang ke perpustakaan.
"Bahkan sudah ada masukan dari ABK yang meminta agar ada koleksi buku dengan huruf `braille` berbahasa Inggris. Kami akan usakan pengadaannya tahun depan," katanya.
Menyinggung fasilitas ABK di perpustakaan, terutama untuk penyandang cacat fisik, Ririn mengakui saat ini pihaknya belum memiliki sarana jalan khusus untuk ABK tersebut.
"Kami akui saat ini belum ada sarana jalan khusus untuk ABK di perpustakaan. Tetapi tahun depan akan kami usulkan, agar hak-hak mereka juga bisa terpenuhi," katanya.
Sebelumya, Ketua Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Kota Mataram Sri Mawarni berharap agar perpustakaan bisa menyediakan fasilitas untuk ABK.
Fasilitas khusus untuk ABK di perpustakaan itu seperti penyediaan koleksi buku dengan huruf "braille" untuk tunanetra dan fasilitas jalan khusus untuk masuk ke perpustakan bagi anak cacat fisik.
Dengan demikian ABK yang cacat fisik seperti tidak bisa berjalan, bisa masuk ke perpustakaan dengan menggunakan kursi roda.
"Sampai saat ini belum ada perpustakaan yang menyediakan fasilitas jalan khusus bagi ABK, sementara kondisi perpustakaan di daerah ini rata-rata berlantai dua," katanya.
Terkait dengan itu, pihaknya berharap pemerintah dapat merealisasikan aspirasi dan harapan ABK terutama di Kota Mataram. Apalagi, Kota Mataram saat ini sudah menjadi salah satu kota yang dicanangkan akan menuju kota layak anak pada 2018.
"Karenanya, fasilitas untuk ABK ini harus menjadi salah satu program prioritas," katanya.