Singapura (ANTARA) - Harga minyak naik di awal perdagangan Asia pada Senin pagi, setelah menderita kerugian mingguan terbesar mereka dalam beberapa bulan, karena UBS mencapai kesepakatan untuk membeli Credit Suisse dan beberapa bank sentral terbesar dunia berusaha meyakinkan dan menstabilkan pasar keuangan global.
Minyak mentah berjangka Brent terangkat 35 sen atau 0,5 persen, menjadi diperdagangkan di 73,32 dolar AS per barel pada pukul 00.07 GMT setelah mencatat kerugian hampir 12 persen minggu lalu, penurunan mingguan terbesar sejak Desember 2022.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS terkerek 37 sen atau 0,6 persen, menjadi diperdagangkan di 67,11 dolar AS per barel, setelah menderita penurunan 13 persen minggu lalu, terbesar sejak April lalu.
Bank terbesar Swiss, UBS mengumumkan pada Minggu (19/3) malam akan membeli kreditur nomor dua di negara itu, Credit Suisse, dalam kesepakatan bersejarah. Menyusul pengumuman tersebut, Federal Reserve AS, Bank Sentral Eropa, dan bank sentral utama lainnya berjanji untuk meningkatkan likuiditas pasar dan mendukung bank lain.
Kesepakatan bank Swiss dan langkah-langkah bank sentral untuk menyuntikkan likuiditas ke pasar memulihkan kepercayaan pasar, yang mengakibatkan reli pada aset-aset berisiko, termasuk pasar minyak mentah, kata analis CMC Markets Tina Teng. "Reli di pasar yang luas dapat berlanjut jika Fed melunakkan nada pada kenaikan suku bunga," katanya lagi.
Baca juga: Minyak hentikan penurunan ketika terjadi pertemuan Saudi dan Rusia
Baca juga: Minyak jatuh ke terendah 3-bulan, khawatir inflasi
Investor menilai probabilitas 60 persen bahwa Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada Rabu (22/3), tetapi beberapa eksekutif meminta bank sentral untuk menghentikan pengetatan kebijakan moneternya saat ini, tetapi siap untuk melanjutkan kenaikan suku bunga nanti.
Perlambatan kenaikan suku bunga dapat menekan greenback, membuat komoditas berdenominasi dolar lebih terjangkau bagi pemegang mata uang lainnya. Secara terpisah, Goldman Sachs memangkas perkiraannya untuk minyak mentah Brent setelah harga anjlok, karena kekhawatiran perbankan dan resesi.
Minyak mentah berjangka Brent terangkat 35 sen atau 0,5 persen, menjadi diperdagangkan di 73,32 dolar AS per barel pada pukul 00.07 GMT setelah mencatat kerugian hampir 12 persen minggu lalu, penurunan mingguan terbesar sejak Desember 2022.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS terkerek 37 sen atau 0,6 persen, menjadi diperdagangkan di 67,11 dolar AS per barel, setelah menderita penurunan 13 persen minggu lalu, terbesar sejak April lalu.
Bank terbesar Swiss, UBS mengumumkan pada Minggu (19/3) malam akan membeli kreditur nomor dua di negara itu, Credit Suisse, dalam kesepakatan bersejarah. Menyusul pengumuman tersebut, Federal Reserve AS, Bank Sentral Eropa, dan bank sentral utama lainnya berjanji untuk meningkatkan likuiditas pasar dan mendukung bank lain.
Kesepakatan bank Swiss dan langkah-langkah bank sentral untuk menyuntikkan likuiditas ke pasar memulihkan kepercayaan pasar, yang mengakibatkan reli pada aset-aset berisiko, termasuk pasar minyak mentah, kata analis CMC Markets Tina Teng. "Reli di pasar yang luas dapat berlanjut jika Fed melunakkan nada pada kenaikan suku bunga," katanya lagi.
Baca juga: Minyak hentikan penurunan ketika terjadi pertemuan Saudi dan Rusia
Baca juga: Minyak jatuh ke terendah 3-bulan, khawatir inflasi
Investor menilai probabilitas 60 persen bahwa Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada Rabu (22/3), tetapi beberapa eksekutif meminta bank sentral untuk menghentikan pengetatan kebijakan moneternya saat ini, tetapi siap untuk melanjutkan kenaikan suku bunga nanti.
Perlambatan kenaikan suku bunga dapat menekan greenback, membuat komoditas berdenominasi dolar lebih terjangkau bagi pemegang mata uang lainnya. Secara terpisah, Goldman Sachs memangkas perkiraannya untuk minyak mentah Brent setelah harga anjlok, karena kekhawatiran perbankan dan resesi.