Kupang (ANTARA) - Pos Pemantau Gunung Ile Lewotolok, di Kabupaten Lembata, Provinsi Nusa Tenggara Timur melaporkan telah terjadi erupsi Gunung Ile Lewotolok dengan tinggi kolom abu mencapai kurang lebih 500 meter di puncaknya.
Petugas Pos Pemantau Gunung Ile Lewotolok Yeremias Kristianto Pugel kepada ANTARA dihubungi dari Kupang, Rabu malam mengatakan bahwa erupsi setinggi 500 meter itu terjadi pada pukul 20.16 WITA waktu setempat.
"Ketinggian kolom abunya mencapai 500 meter atau kurang lebih 1.932 meter di atas permukaan laut,” katanya.
Berdasarkan pantauan secara visual erupsi tersebut menimbulkan kolom abu berwarna putih hingga kelabu dengan intensitas tebal condong ke arah Barat.
Erupsi tersebut terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 33.3 milimeter dan durasi kurang lebih 42 detik.
“Erupsi juga disertai dengan lontaran lava pijar ke segala arah dengan radius lontaran 200 hingga 400 meter dan disertai dentuman serta gemuruh kuat,” tutur dia.
Dia mengatakan bahwa terhitung sejak pukul 00.00 WITA telah terjadi belasan erupsi yang bersumber dari gunung tersebut. Namun beberapa erupsi tak terlihat kolom abunya sehingga tidak dilaporkan.
Sementara yang terlihat kolom abunya terhitung sejak pukul 05.17 WITA hingga 20.16 WITA telah terjadi tiga kali erupsi dengan ketinggian kolom abu bervariasi mulai dari 400 meter hingga 500 meter.
Dia juga mengatakan bahwa saat ini gunung Ile Lewotolok berada pada Status Level II (Waspada) sehingga pihaknya merekomendasikan kepada masyarakat maupun pengunjung/pendaki/wisatawan agar tidak memasuki dan tidak melakukan aktivitas di dalam wilayah radius dua kilometer dari pusat aktivitas gunung tersebut.
Sementara itu masyarakat di tiga desa yakni Desa Lamawolo, Desa Lamatokan, dan Desa Jontona agar selalu mewaspadai potensi ancaman bahaya dari guguran/longsoran lava dan awan panas dari bagian timur puncak/ kawah gunung itu.
Petugas Pos Pemantau Gunung Ile Lewotolok Yeremias Kristianto Pugel kepada ANTARA dihubungi dari Kupang, Rabu malam mengatakan bahwa erupsi setinggi 500 meter itu terjadi pada pukul 20.16 WITA waktu setempat.
"Ketinggian kolom abunya mencapai 500 meter atau kurang lebih 1.932 meter di atas permukaan laut,” katanya.
Berdasarkan pantauan secara visual erupsi tersebut menimbulkan kolom abu berwarna putih hingga kelabu dengan intensitas tebal condong ke arah Barat.
Erupsi tersebut terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 33.3 milimeter dan durasi kurang lebih 42 detik.
“Erupsi juga disertai dengan lontaran lava pijar ke segala arah dengan radius lontaran 200 hingga 400 meter dan disertai dentuman serta gemuruh kuat,” tutur dia.
Dia mengatakan bahwa terhitung sejak pukul 00.00 WITA telah terjadi belasan erupsi yang bersumber dari gunung tersebut. Namun beberapa erupsi tak terlihat kolom abunya sehingga tidak dilaporkan.
Sementara yang terlihat kolom abunya terhitung sejak pukul 05.17 WITA hingga 20.16 WITA telah terjadi tiga kali erupsi dengan ketinggian kolom abu bervariasi mulai dari 400 meter hingga 500 meter.
Dia juga mengatakan bahwa saat ini gunung Ile Lewotolok berada pada Status Level II (Waspada) sehingga pihaknya merekomendasikan kepada masyarakat maupun pengunjung/pendaki/wisatawan agar tidak memasuki dan tidak melakukan aktivitas di dalam wilayah radius dua kilometer dari pusat aktivitas gunung tersebut.
Sementara itu masyarakat di tiga desa yakni Desa Lamawolo, Desa Lamatokan, dan Desa Jontona agar selalu mewaspadai potensi ancaman bahaya dari guguran/longsoran lava dan awan panas dari bagian timur puncak/ kawah gunung itu.