Jakarta (ANTARA) - Wakil Direktur Institute of Development of Economics and Finance (Indef), Eko Listiyanto menyarankan pelaku seni dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) untuk memanfaatkan momentum konser di Indonesia.

Di tengah pandemi yang telah landai saat ini, sederet konser yang menghadirkan musisi lokal dan internasional mulai kembali marak digelar di Indonesia. Adanya berbagai pembatasan yang ketat saat pandemi juga menjadi alasan hausnya masyarakat akan hiburan, salah satunya konser.

“Pandemi sudah landai dan masyarakat haus akan hiburan, sehingga ini saatnya bagi para seniman dan UMKM untuk menampilkan kreasi mereka yang kreatif, jangan sama saat pandemi,” Kata Eko saat dihubungi, Rabu (22/3). “Ini adalah musim semi bagi industri hiburan, seniman, hingga UMKM,” tambahnya.

Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya ini mengatakan, 60 persen penduduk Indonesia saat ini adalah usia muda, sehingga sektor hiburan seperti konser menjadi konsumsi yang paling dicari di Tanah Air.

Ia menyebut para UMKM, seniman, termasuk pelaku hiburan perlu melakukan banyak inovasi baru untuk memanfaatkan momentum ini “Contohnya, sekarang banyak event-event yang bukan soal musik namun menggabungkan aspek itu ke dalamnya, yang terakhir acara otomotif namun juga ada konsernya, ini harus terus dimanfaatkan sebagai peluang bisnis bagi seniman juga pelaku hiburan,” ujarnya.

Sementara bagi UMKM, Eko mendorong untuk terus aktif berpartisipasi pada acara-acara yang ramai dikunjungi seperti konser. Meski begitu, kualitas produk yang ditawarkan juga harus menyesuaikan target pasar pada konser.

“Misalnya UMKM merchandise, kalau konser kalangan menengah ke atas, konser musisi Internasional, produknya juga harus berkualitas, lain halnya konser rakyat ekonomi bawah, kualitas dan harganya harus sesuai,” kata dia.

Baca juga: Momentum merayu a la Treasure, Junghwan
Baca juga: Joyland Festival 2023 lanjutkan tradisi jadi "melting pot"

Eko menyebut, maraknya konser di Indonesia saat ini tentu akan berdampak positif pada pertumbuhan ekonomi sektor pariwisata dan ekonomi kreatif (parekraf), dan mampu memberi multiplier effect hingga ke titik terbawah. “Dampaknya tidak hanya merambat ke UMKM, tapi kalau mau dihitung, area parkir juga terdampak besar, dan masih banyak lagi yang terpengaruh,” imbuhnya.

Meski sumbangan sektor hiburan terhadap PDB negara tidak sebesar sektor lain seperti industri dan perbankan, Eko mengatakan dampak ekonomi dari perhelatan konser tidak dapat disepelekan. “PDB kita itu sekitar Rp16 ribu triliun, sumbangan industri ini (hiburan) tidak mencapai sepuluh persennya, namun bukan berarti kecil, karena kalau sepuluh persen saja itu sudah lebih dari Rp1.000 triliun,” jelas Eko.


 

 


Pewarta : Pamela Sakina
Editor : I Komang Suparta
Copyright © ANTARA 2024