Jakarta (ANTARA) -
Dokter spesialis jantung dan pembuluh darah dr. Utojo Lubiantori Sp.JP mengatakan pola hidup tidak sehat yang dijalankan sedari muda dan beberapa faktor risiko lainnya, dapat memperparah su
"Jadi sebenarnya plak itu bagian dari dinding pembuluh darah, dia tumbuh prosesnya dipercepat dengan faktor risiko seperti hipertensi, diabetes, merokok, kolesterol tinggi, kegemukan, genetik, faktor usia dan lebih banyak jenis kelamin pria," ucapnya dalam diskusi kesehatan di Jakarta, Selasa malam (4/4).
 
Dokter yang menamatkan spesialisasinya di Universitas Indonesia ini mengatakan laki-laki dengan pola hidup tidak sehat seperti merokok sedari muda serta adanya faktor risiko dapat meningkatkan risiko PJK dan penyumbatan pada pembuluh darah ketimbang perempuan.
 
Hormon esterogen pada perempuan membuat kelompok jenis kelamin ini memiliki risiko yang bisa dibilang sangat kecil terjadi penyumbatan jika tidak ada faktor risiko yang menyertainya. Namun, angka kejadian PJK pada perempuan bisa sama dengan laki-laki pada saat ia telah memasuki masa manepouse.
 
Maka itu, Utojo mengatakan perlunya dilakukan check up pada kelompok yang memiliki faktor risiko dan kebiasaan merokok dengan perekaman elektrokardiogram (EKG), treadmill, USG jantung, CT Scan jantung, nuklir jantung dan kateterisasi.
 
"Lakukan check up dengan enam item, EKG rekaman jantung, treadmill, USG jantung itu yang direkam irama jantung dan akurasinya dibawah 80 persen, CT scan jantung, nuklir jantung dan yang paling tepat kateterisasi Gold standard-nya karena melihat langsung," ucap dokter lulusan Leiden University Medical Center, Belanda ini.
 
Sampai saat ini, penyakit jantung masih menjadi urutan tertinggi penyebab kematian. Ada beberapa macam penyakit jantung yaitu gangguan irama jantung yang biasanya diderita atlet, penyakit jantung bawaan, hipertensi dan kelainan katup.
 
Sedangkan 70 persen penyakit jantung didominasi oleh pengakit jantung koroner yang merupakan penyakit dasar seperti serangan jantung atau sudden death dan angina pektoris atau sakit dada. Gejala penyakit jantung koroner bisa dirasakan seperti sesaj nafas, terasa penuh, tertekan dan panas. Lokasinya tidak selalu di dada, rasa sakit bisa muncul di ulu hati, leher, rahang dan punggung. Gejala ini akan muncul ketika sedang beraktivitas atau kelelahan.
 
"Kalo cepat capek berati dia sudah penurunan fungsi fisik. Ketika serangan susah dideteksi, tapi setiap timbul saat aktivitas dan selalu berulang itu termasuk angina pektoris (sakit dada)," ucap Utojo.

Baca juga: Orang dengan keturunan diabetes perlu jaga gaya hidup sehat
Baca juga: Kebersihan kelola daging unggas kunci cegah stunting
 
Ia mengatakan untuk menurunkan risiko penyakit jantung koroner dan sumbatan pembuluh darah, perlu diperbaiki dari sisi penyakit penyertanya seperti diabetes, obesitas, kolesterol dan hipertensi.
 
Serta lakukan check up jika ada peluang untuk komplikasi jantung yang lebih tinggi seperti pada pria perokok. "Perokok ada diabetik mesti cek karena peluang untuk komplikasi jantung lebih tinggi, laki-laki dengan pola hidup tidak sehat lebih tinggi risikonya," ucapnya.
 
Jika terjadi sumbatan pada pembuluh darah, penanganan yang tepat adalah dengan tindakan balonisasi dan pemasangan stent menggunakan teknologi IntraVascular UltraSound (IVUS) dan Optical Cohorence Tomography (OCT).


 
 
 

Pewarta : Fitra Ashari
Editor : I Komang Suparta
Copyright © ANTARA 2024