Mataram (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, melakukan pemetaan terhadap sejumlah titik prioritas yang menjadi ancaman bencana abrasi di sepanjang sembilan kilometer pantai Kota Mataram.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Mataram Mahfuddin Noor di Mataram, Rabu, mengatakan, pemetaan itu dilakukan untuk pemasangan riprap atau batu yang disusun rapi sebagai penahan gelombang.
"Hasil koordinasi kami dengan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) secara teknis, pemasangan riprap lebih mudah, efektif, dan efisien dibandingkan beronjong," katanya.
Karena itulah, pemetaan dilakukan guna mengetahui kawasan pesisir pantai mana yang jadi prioritas untuk pemasangan riprap dengan mengutamakan kawasan yang memiliki penduduk di garis pantai.
"Kalau kita sudah petakan dan data kebutuhan riprap, kita lebih mudah mengusulkan kebutuhan anggaran kendati dilakukan bertahap," katanya.
Menurutnya, pemasangan riprap akan dilakukan secara bertahap dengan menggunakan anggaran rutin di BPBD. Misalnya, untuk tahun ini akan diajukan melalui APBD perubahan sebesar Rp200 juta.
"Dengan anggaran Rp200 juta, kita bisa membuat riprap dengan lebar empat meter dan panjang 20 meter," katanya.
Dikatakan, pemasangan riprap secara bertahap akan disesuaikan dengan kemampuan daerah, untuk mencegah terjadinya abrasi pantai yang saat ini menjadi bencana berulang setiap tahun.
"Karena itu untuk tahap pertama, pemasangan riprap akan dilaksanakan di Pantai Mapak Indah," katanya.
Mahfuddin mengatakan, pemasangan riprap di Pantai Mapak Indah menjadi prioritas karena 15 rumah di kawasan itu sudah mengalami rusak berat karena gelombang pasang pada 25 Desember 2022.
Sementara puluhan rumah di bagian belakangnya kini terancam dan harus segera dilakukan antisipasi salah satunya dengan pemasangan riprap. Tapi, dengan anggaran yang tersedia saat ini, pemasangan riprap baru bisa dilakukan sepanjang 20 meter.
"Kebutuhan kita di Mapak Indah sekitar 200-250 meter, dengan anggaran sekitar Rp1 miliar. Anggarannya cukup besar, karena itulah riprap kita pasang bertahap," katanya.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Mataram Mahfuddin Noor di Mataram, Rabu, mengatakan, pemetaan itu dilakukan untuk pemasangan riprap atau batu yang disusun rapi sebagai penahan gelombang.
"Hasil koordinasi kami dengan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) secara teknis, pemasangan riprap lebih mudah, efektif, dan efisien dibandingkan beronjong," katanya.
Karena itulah, pemetaan dilakukan guna mengetahui kawasan pesisir pantai mana yang jadi prioritas untuk pemasangan riprap dengan mengutamakan kawasan yang memiliki penduduk di garis pantai.
"Kalau kita sudah petakan dan data kebutuhan riprap, kita lebih mudah mengusulkan kebutuhan anggaran kendati dilakukan bertahap," katanya.
Menurutnya, pemasangan riprap akan dilakukan secara bertahap dengan menggunakan anggaran rutin di BPBD. Misalnya, untuk tahun ini akan diajukan melalui APBD perubahan sebesar Rp200 juta.
"Dengan anggaran Rp200 juta, kita bisa membuat riprap dengan lebar empat meter dan panjang 20 meter," katanya.
Dikatakan, pemasangan riprap secara bertahap akan disesuaikan dengan kemampuan daerah, untuk mencegah terjadinya abrasi pantai yang saat ini menjadi bencana berulang setiap tahun.
"Karena itu untuk tahap pertama, pemasangan riprap akan dilaksanakan di Pantai Mapak Indah," katanya.
Mahfuddin mengatakan, pemasangan riprap di Pantai Mapak Indah menjadi prioritas karena 15 rumah di kawasan itu sudah mengalami rusak berat karena gelombang pasang pada 25 Desember 2022.
Sementara puluhan rumah di bagian belakangnya kini terancam dan harus segera dilakukan antisipasi salah satunya dengan pemasangan riprap. Tapi, dengan anggaran yang tersedia saat ini, pemasangan riprap baru bisa dilakukan sepanjang 20 meter.
"Kebutuhan kita di Mapak Indah sekitar 200-250 meter, dengan anggaran sekitar Rp1 miliar. Anggarannya cukup besar, karena itulah riprap kita pasang bertahap," katanya.