Mataram, (Antara) - Aksi unjuk rasa sekitar 15 orang mahasiswa dari Kabupaten Bima di kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Nusa Tenggara Barat diwarnai kericuhan.
Kericuhan, bermula saat mahasiswa menggelar aksi unjuk rasa menolak rencana pengambil alihan gedung asrama mahasiswa Bima yang berlokasi di Kota Mataram oleh pengurus Rukun Keluarga Bima (RKB) di kantor DPRD NTB, Kamis.
Kedatangan mereka ke DPRD NTB, dikarenakan para mahasiswa menduga rencana pengalihan gedung asrama mahasiswa Bima oleh pengurus RKB tersebut, tidak terlepas dari dukungan yang diberikan dua anggota DPRD dapil kabupaten Bima Mori Hanafi (Wakil Ketua DPRD NTB) dan Ali Ahmad (Ketua Komisi I DPRD NTB), sehingga mereka ingin meminta penjelasan dari kedua wakil rakyat tersebut.
Namun, setelah hampir satu jam berorasi di depan ruang lobi kantor DPRD NTB, rupanya belasan mahasiswa asal kabupaten Bima ini, tidak ditemui oleh kedua wakil rakyat tersebut.
Akan tetapi, meski kehadiran mereka tidak diterima kedua anggota dewan. Para mahasiswa ini sempat diterima Kabag Humas DPRD Fathurahman. Ditempat itu, Fathurahaman menjelaskan kedua anggota dewan sedang tidak berada ditempat karena sedang melakukan tugas dinas.
Namun, penjelasan Kabag Humas DPRD NTB itu, rupanya tidak dipercayai begitu saja oleh para mahasiswa. Sehingga, sebagian dari mahasiwa nekad melakukan aksi penyisiran untuk mencari kedua wakil rakyat tersebut.
Akan tetapi, aksi para mahasiswa itu kemudian dihalangi sejumlah pegawai sekretariat DPRD, sehingga menyebabkan terjadi aksi saling dorong dan adu mulut.
Bahkan, akibat kejadian itu sempat terjadi aksi saling pukul. Namun, aksi itu tidak berlangsung lama, karena berhasil dilerai aparat kepolisian yang menjaga aksi unjuk rasa tersebut.
Dalam aksinya itu, para mahasiswa ini mengecam rencana pengalihan aset gedung asrama Bima oleh pengurus RKB yang didukung kedua anggota dewan dapil Bima beserta pemerintah Kota Bima itu.
Karena mereka menganggap rencana pengalihan itu dilakukan untuk membangun sekretariat RKB dan sekretariat mahasiswa kota Bima.
"Kami dari mahasiswa kabupaten Bima mengecam keras atas tindakan yang dilakukan oleh pengurus RKB dan kedua anggota dewan yang menyetujui pengalihan tersebut," kata koordinator aksi Arif Kurniadin.
Menurut mereka, langkah yang ditempuh oleh RKB merupakan langkah politisasi gerakan mahasiswa dalam rangka ingin menguasai aset darah Pemerintah Kabupaten Bima.
Melalui persekongkolan pengurus RKB yang diketuai H Aryad Gani. Dimana, Aryad Gani sendiri merupakan staf ahli Gubernur NTB TGH Zainul Majdi di pemerintah provinsi. Dalam hal ini, RKB menjadi fasilitator utama untuk menyiapkan panggung sandiwara yang di sponsori beberapa anggota dewan provinsi dapil enam pada pemilu legislatif 9 April 2014.
"Maka dari itu kami menganggap penguru RKB yang diketuai H Arsyad Gani dan kroninya tidak patut untuk di contoh," ucapnya.
Untuk itu, mereka menyerukan kepada seluruh mahasiswa kabupaten Bima agar mendesak pemerintah kabupaten Bima tidak mengalihkan aset daerah ke RKB dengan dalil apapun.
Setelah puas berorasi, aksi para mahasiswa inipun kemudian membubarkan diri dengan di kawal aparat kepolisian.
Kericuhan, bermula saat mahasiswa menggelar aksi unjuk rasa menolak rencana pengambil alihan gedung asrama mahasiswa Bima yang berlokasi di Kota Mataram oleh pengurus Rukun Keluarga Bima (RKB) di kantor DPRD NTB, Kamis.
Kedatangan mereka ke DPRD NTB, dikarenakan para mahasiswa menduga rencana pengalihan gedung asrama mahasiswa Bima oleh pengurus RKB tersebut, tidak terlepas dari dukungan yang diberikan dua anggota DPRD dapil kabupaten Bima Mori Hanafi (Wakil Ketua DPRD NTB) dan Ali Ahmad (Ketua Komisi I DPRD NTB), sehingga mereka ingin meminta penjelasan dari kedua wakil rakyat tersebut.
Namun, setelah hampir satu jam berorasi di depan ruang lobi kantor DPRD NTB, rupanya belasan mahasiswa asal kabupaten Bima ini, tidak ditemui oleh kedua wakil rakyat tersebut.
Akan tetapi, meski kehadiran mereka tidak diterima kedua anggota dewan. Para mahasiswa ini sempat diterima Kabag Humas DPRD Fathurahman. Ditempat itu, Fathurahaman menjelaskan kedua anggota dewan sedang tidak berada ditempat karena sedang melakukan tugas dinas.
Namun, penjelasan Kabag Humas DPRD NTB itu, rupanya tidak dipercayai begitu saja oleh para mahasiswa. Sehingga, sebagian dari mahasiwa nekad melakukan aksi penyisiran untuk mencari kedua wakil rakyat tersebut.
Akan tetapi, aksi para mahasiswa itu kemudian dihalangi sejumlah pegawai sekretariat DPRD, sehingga menyebabkan terjadi aksi saling dorong dan adu mulut.
Bahkan, akibat kejadian itu sempat terjadi aksi saling pukul. Namun, aksi itu tidak berlangsung lama, karena berhasil dilerai aparat kepolisian yang menjaga aksi unjuk rasa tersebut.
Dalam aksinya itu, para mahasiswa ini mengecam rencana pengalihan aset gedung asrama Bima oleh pengurus RKB yang didukung kedua anggota dewan dapil Bima beserta pemerintah Kota Bima itu.
Karena mereka menganggap rencana pengalihan itu dilakukan untuk membangun sekretariat RKB dan sekretariat mahasiswa kota Bima.
"Kami dari mahasiswa kabupaten Bima mengecam keras atas tindakan yang dilakukan oleh pengurus RKB dan kedua anggota dewan yang menyetujui pengalihan tersebut," kata koordinator aksi Arif Kurniadin.
Menurut mereka, langkah yang ditempuh oleh RKB merupakan langkah politisasi gerakan mahasiswa dalam rangka ingin menguasai aset darah Pemerintah Kabupaten Bima.
Melalui persekongkolan pengurus RKB yang diketuai H Aryad Gani. Dimana, Aryad Gani sendiri merupakan staf ahli Gubernur NTB TGH Zainul Majdi di pemerintah provinsi. Dalam hal ini, RKB menjadi fasilitator utama untuk menyiapkan panggung sandiwara yang di sponsori beberapa anggota dewan provinsi dapil enam pada pemilu legislatif 9 April 2014.
"Maka dari itu kami menganggap penguru RKB yang diketuai H Arsyad Gani dan kroninya tidak patut untuk di contoh," ucapnya.
Untuk itu, mereka menyerukan kepada seluruh mahasiswa kabupaten Bima agar mendesak pemerintah kabupaten Bima tidak mengalihkan aset daerah ke RKB dengan dalil apapun.
Setelah puas berorasi, aksi para mahasiswa inipun kemudian membubarkan diri dengan di kawal aparat kepolisian.