Kota Bogor (ANTARA) - Pemerintah Kota Bogor, Jawa Barat berkolaborasi dengan Pemerintah Kabupaten Sumedang dalam pengembangan potensi daerah serta hibah Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) untuk percepatan penanganan gangguan tumbuh kembang anak atau stunting.
Dalam keterangan tertulis yang diterima ANTARA di Kota Bogor, Kamis, penandatanganan kesepakatan kerja sama telah dilakukan oleh Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto dengan Bupati Sumedang Dony Ahmad Munir di Gedung Negara, Kabupaten Sumedang, Rabu (5/4).
"Saya bersama Bu Sekda, Pak Asisten, para Kepala Dinas dan Camat ingin mempelajari kisah sukses Kabupaten Sumedang mempercepat penanganan stunting," ungkap Bima Arya.
Bima melihat angka prevalensi stunting di Kabupaten Sumedang mengalami penurunan signifikan dari 32,2 persen pada 2018, menjadi 8,27 persen di 2022.
"Semua tahu kita harus kolaborasi. Tapi tidak semua paham bagaimana menurunkan semangat kolaborasi menjadi aksi-aksi yang terstruktur, sistematis dan masif. Sumedang melakukan itu. Kami ingin sekali melihat bagaimana secara teknis aplikasi dan sistem yang dibangun oleh Pak Bupati itu menggerakkan semua," ungkap Bima.
Menurut Bima, penanganan stunting itu sangat penting dan harus jadi prioritas, karena tidak mungkin bonus demografi dapat direbut tanpa mengatasi stunting. Saking pentingnya, baru kali ini sepanjang sejarah Republik Indonesia urusan stunting menjadi Key Performance Indicator (KPI) bagi Presiden untuk jaksa, polisi dan TNI.
Stunting adalah keadaan terhentinya pertumbuhan pada anak akibat kekurangan gizi yang kronis. Bayi atau balita yang menyandang stunting itu menunjukkan gejala yang khas, yakni berat dan tinggi badan yang lebih rendah dibanding rata-rata anak normal. Kemudian, ada kecenderungan bayi-bayi stunting memiliki lingkar kepala yang lebih kecil. Selanjutnya, penyandang stunting juga mengalami hambatan dalam pertumbuhan kecerdasannya.
Untuk melihat sistem penanganan stunting di Sumedang, Bima Arya dan jajaran mengunjungi langsung ke Dusun Nagrog, Desa Sukamaju, Kecamatan Rancakalong. Di tempat ini angka stuntingnya pada 2019 mencapai 19 persen. Kemudian turun secara signifikan di angka 8 persen.
"Kami melihat bagaimana emak-emak kader Posyandu yang militan luar biasa. Emak-emak itu saya agak takjub bagaimana secara fasih berbicara secara teknis tentang IT dan lain-lain. Kita belajar dari Sumedang bagaimana inovasi menggerakkan struktur, kultur dan aktor.
Baca juga: Kasus Stunting di Lombok Tengah turun jadi 17,4 persen
Baca juga: MPR minta akselerasi penurunan kasus "stunting"
Sementara itu, Bupati Sumedang Dony Ahmad Munir menyebut bahwa di era kolaborasi ini pihaknya sangat terbuka untuk saling belajar dan saling menginspirasi. "Wali Kota Bogor Pak Bima Arya ini sahabat saya sekaligus senior saya. Jadi banyak inspirasi dari beliau yang menjadi kebijakan kami di Kabupaten Sumedang," ujar Dony.
Dony menjelaskan, bahwa aplikasi berbasis teknologi yang dinamakan Sistem Pencegahan Stunting Terintegrasi (Simpati) turut berkontribusi dalam penanganan stunting di Sumedang.
Aplikasi tersebut, lanjutnya, menyajikan sejumlah data dan informasi yang jelas seperti desa dengan angka prevalensi stunting yang tinggi, data statistik anak yang terkena stunting, hingga penyebab terjadinya stunting di desa tersebut. Dengan data yang ada, penanganan stunting di setiap desa akan berbeda sesuai dengan kendala yang dihadapi.
Dalam keterangan tertulis yang diterima ANTARA di Kota Bogor, Kamis, penandatanganan kesepakatan kerja sama telah dilakukan oleh Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto dengan Bupati Sumedang Dony Ahmad Munir di Gedung Negara, Kabupaten Sumedang, Rabu (5/4).
"Saya bersama Bu Sekda, Pak Asisten, para Kepala Dinas dan Camat ingin mempelajari kisah sukses Kabupaten Sumedang mempercepat penanganan stunting," ungkap Bima Arya.
Bima melihat angka prevalensi stunting di Kabupaten Sumedang mengalami penurunan signifikan dari 32,2 persen pada 2018, menjadi 8,27 persen di 2022.
"Semua tahu kita harus kolaborasi. Tapi tidak semua paham bagaimana menurunkan semangat kolaborasi menjadi aksi-aksi yang terstruktur, sistematis dan masif. Sumedang melakukan itu. Kami ingin sekali melihat bagaimana secara teknis aplikasi dan sistem yang dibangun oleh Pak Bupati itu menggerakkan semua," ungkap Bima.
Menurut Bima, penanganan stunting itu sangat penting dan harus jadi prioritas, karena tidak mungkin bonus demografi dapat direbut tanpa mengatasi stunting. Saking pentingnya, baru kali ini sepanjang sejarah Republik Indonesia urusan stunting menjadi Key Performance Indicator (KPI) bagi Presiden untuk jaksa, polisi dan TNI.
Stunting adalah keadaan terhentinya pertumbuhan pada anak akibat kekurangan gizi yang kronis. Bayi atau balita yang menyandang stunting itu menunjukkan gejala yang khas, yakni berat dan tinggi badan yang lebih rendah dibanding rata-rata anak normal. Kemudian, ada kecenderungan bayi-bayi stunting memiliki lingkar kepala yang lebih kecil. Selanjutnya, penyandang stunting juga mengalami hambatan dalam pertumbuhan kecerdasannya.
Untuk melihat sistem penanganan stunting di Sumedang, Bima Arya dan jajaran mengunjungi langsung ke Dusun Nagrog, Desa Sukamaju, Kecamatan Rancakalong. Di tempat ini angka stuntingnya pada 2019 mencapai 19 persen. Kemudian turun secara signifikan di angka 8 persen.
"Kami melihat bagaimana emak-emak kader Posyandu yang militan luar biasa. Emak-emak itu saya agak takjub bagaimana secara fasih berbicara secara teknis tentang IT dan lain-lain. Kita belajar dari Sumedang bagaimana inovasi menggerakkan struktur, kultur dan aktor.
Baca juga: Kasus Stunting di Lombok Tengah turun jadi 17,4 persen
Baca juga: MPR minta akselerasi penurunan kasus "stunting"
Sementara itu, Bupati Sumedang Dony Ahmad Munir menyebut bahwa di era kolaborasi ini pihaknya sangat terbuka untuk saling belajar dan saling menginspirasi. "Wali Kota Bogor Pak Bima Arya ini sahabat saya sekaligus senior saya. Jadi banyak inspirasi dari beliau yang menjadi kebijakan kami di Kabupaten Sumedang," ujar Dony.
Dony menjelaskan, bahwa aplikasi berbasis teknologi yang dinamakan Sistem Pencegahan Stunting Terintegrasi (Simpati) turut berkontribusi dalam penanganan stunting di Sumedang.
Aplikasi tersebut, lanjutnya, menyajikan sejumlah data dan informasi yang jelas seperti desa dengan angka prevalensi stunting yang tinggi, data statistik anak yang terkena stunting, hingga penyebab terjadinya stunting di desa tersebut. Dengan data yang ada, penanganan stunting di setiap desa akan berbeda sesuai dengan kendala yang dihadapi.