Mataram (ANTARA) - Dinas Lingkungan Hidup Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, mengatakan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Sabdubaya saat ini mampu memproduksi pupuk kompos hingga 200 kilogram per hari.

Kepala Bidang (Kabid) Persampahan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Mataram Vidi Partisan Yuris Gamanjaya di Mataram, Kamis, mengatakan pupuk kompos yang dihasilkan itu merupakan pengolahan dari sisa sampah daun kering. "Kalau sampah organik basah, kita olah menjadi 'bubur' pakan maggot. Sedangkan sampah daun kita olah jadi kompos," katanya.

Dikatakannya, dalam sehari rata-rata produksi kompos mencapai 20-30 sak khusus di TPST Sandubaya yang melayani pembuangan sampah dari Kecamatan Sandubaya dan Cakranegara dengan volume sampah sekitar 57 ton per hari.  "Satu sak kompos berisi ada yang lima kilogram dan ada yang 10 kilogram," katanya.

Sejauh ini lanjut Vidi, produksi kompos di TPST Sandubaya tidak dijualbelikan, melainkan disumbangkan ke sekolah, perkantoran, bahkan ke petani yang membutuhkan pupuk kompos. Pasalnya, saat ini banyak sekolah dan perkantoran di wilayah Kota Mataram banyak menerapkan program pemanfaatan pekarangan dengan bercocok tanam berbagai komoditas pertanian terutama cabai yang sering menjadi penyumbang inflasi.

"Selain itu, petani hortikultura yang ada di wilayah Sandubaya juga banyak yang minta. Sistemnya, mereka yang membutuhkan pupuk kompos tinggal bersurat ke kami," katanya.

Lebih jauh Vidi mengatakan, TPST Sandubaya, saat ini sudah mampu mengurangi volume sampah yang dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA) hingga 8 ton per hari. Volume sampah yang masuk ke TPST Sandubaya yang melayani dua kecamatan yakni Kecamatan Sandubaya dan Cakranegara sebanyak 57 ton per hari dan setelah di pilah dan olah terjadi pengurangan hingga 8 ton per hari.

Dikatakannya , sebanyak 8 ton sampah yang berhasil dipilah di TPST Sandubaya itu, lanjutnya, terbagi menjadi dua yakni sekitar 3-5 ton sampah rumah tangga sisa makanan, sayur, dan buah diolah menjadi pakan maggot.

Sampah rumah tangga itu, diproses dengan digiling menjadi "bubur" kemudian dikemas untuk dibawa ke Mataram Maggot Center (MMC) Kebon Talo. "Sedangkan sisanya sekitar 3 ton, merupakan sampah anorganik berupa sampah plastik antara lain berupa, botol, gelas, kertas semen, kresek bening, karung, dan lainnya," katanya.

Baca juga: DLHK Kota Denpasar pangkas pohon di jalur parade "ogoh-ogoh"
Baca juga: DLHK NTB meminta warga melapor petugas terlibat ilegal logging

Dengan adanya aktivitas pengolahan sampah di TPST Sandubaya ini, maka sampah yang dibuang ke TPA hanya residu atau sisa sampah yang sudah tidak bisa diolah. "Keberadaan TPST ini kita optimalkan untuk mengurangi volume sampah yang dibuat ke TPA, dengan mengolah sampah menjadi barang bernilai ekonomi," katanya.


 
i

Pewarta : Nirkomala
Editor : I Komang Suparta
Copyright © ANTARA 2024