Jakarta (ANTARA) - Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta akan membangun n tempat pemisahan dan pengolahan sampah dengan metode refuse-derived fuel (RDF) plant di Rorotan, Jakarta Utara pada 2024.
"Lokasinya insyaallah kalau enggak ada halangan itu di Rorotan. Mudah-mudahan itu bisa kami bangun di tahun depan konstruksinya," kata Kepala DLH DKI Jakarta Asep Kuswanto di Balai Kota DKI, Jakarta Pusat, Kamis.
Adapun lahan di Rorotan itu merupakan aset Dinas Pertamanan dan Hutan Kota (Distamhut) DKI.
"Saya sudah berkoordinasi dengan Kepala Distamhut DKI, itu punya area cukup luas di Rorotan dan insyaallah bisa dimanfaatkan untuk RDF itu," ujar Asep.
Selain itu, Asep menjelaskan bahwa jika proses serah terima dari Distamhut DKI ke DLH bukan hibah, maka penyerahan serah terima penggunaan aset berupa lahan itu akan segera dilaksanakan.
"kosong (lahannya) dan jauh dari permukiman. Mudah-mudahan itu bisa kami bangun di tahun depan konstruksinya. Yang bisa kami gunakan sekitar 6 hektare," kata Asep.
Sebelumnya, Asep mengatakan bahwa DLH DKI memutuskan untuk lebih fokus membangun refuse-derived fuel (RDF) plant daripada membangun intermediate treatment facility (ITF).
Adapun alasan DLH DKI memilih fokus membangun RDF plant karena pihaknya mampu membangun RDF plant di Bantargebang, Bekasi dalam waktu 1,5 tahun, sedangkan pembangunan ITF membutuhkan waktu proses yang lama.
Selain itu, RDF plant dapat menghasilkan produk yang bisa dibeli oleh pabrik semen dan PLN sehingga secara tidak langsung operasional dari proses tersebut bisa dibiayai sendiri, tidak membebani Pemerintah Daerah (Pemda).
Baca juga: DLH Mataram menyiapkan satgas kebersihan tangani sampah Lebaran Topat
"Lokasinya insyaallah kalau enggak ada halangan itu di Rorotan. Mudah-mudahan itu bisa kami bangun di tahun depan konstruksinya," kata Kepala DLH DKI Jakarta Asep Kuswanto di Balai Kota DKI, Jakarta Pusat, Kamis.
Adapun lahan di Rorotan itu merupakan aset Dinas Pertamanan dan Hutan Kota (Distamhut) DKI.
"Saya sudah berkoordinasi dengan Kepala Distamhut DKI, itu punya area cukup luas di Rorotan dan insyaallah bisa dimanfaatkan untuk RDF itu," ujar Asep.
Selain itu, Asep menjelaskan bahwa jika proses serah terima dari Distamhut DKI ke DLH bukan hibah, maka penyerahan serah terima penggunaan aset berupa lahan itu akan segera dilaksanakan.
"kosong (lahannya) dan jauh dari permukiman. Mudah-mudahan itu bisa kami bangun di tahun depan konstruksinya. Yang bisa kami gunakan sekitar 6 hektare," kata Asep.
Sebelumnya, Asep mengatakan bahwa DLH DKI memutuskan untuk lebih fokus membangun refuse-derived fuel (RDF) plant daripada membangun intermediate treatment facility (ITF).
Adapun alasan DLH DKI memilih fokus membangun RDF plant karena pihaknya mampu membangun RDF plant di Bantargebang, Bekasi dalam waktu 1,5 tahun, sedangkan pembangunan ITF membutuhkan waktu proses yang lama.
Selain itu, RDF plant dapat menghasilkan produk yang bisa dibeli oleh pabrik semen dan PLN sehingga secara tidak langsung operasional dari proses tersebut bisa dibiayai sendiri, tidak membebani Pemerintah Daerah (Pemda).
Baca juga: DLH Mataram menyiapkan satgas kebersihan tangani sampah Lebaran Topat
Baca juga: DLH Mataram menyiagakan 800 petugas atasi sampah sisa pawai takbiran
"Ternyata dari apa yang sudah DLH lakukan dengan pembangunan fasilitas RDF di Bantargebang, dari investasi enggak semahal ITF. kemudian, dari sisi pengeluaran Pemda, tidak semahal ITF," ucap Asep.
"Ternyata dari apa yang sudah DLH lakukan dengan pembangunan fasilitas RDF di Bantargebang, dari investasi enggak semahal ITF. kemudian, dari sisi pengeluaran Pemda, tidak semahal ITF," ucap Asep.