Mataram,  (Antara) - Keluarga pelaku penyanderaan seorang siswi kelas 4A Sekolah Dasar Negeri 2 Tlogopatut, Gresik, Jatim, menyesali atas tindakan yang dilakukan oleh Tim Buru Sergap (Buser) Kepolisian Resor Gresik kepada Ahmad Fuad pada Rabu (17/12).

Sahlan, kakak kandung pelaku yang tinggal di Ampenan, Kamis, beranggapan bahwa pihak aparat terlalu berlebihan mengambil tindakan, hingga menembak mati adiknya yang diduga stres itu.

"Dia tidak stres, dia mau berangkat ke Malaysia sebagai tenaga kerja Indonesia (TKI) di sana," ucapnya.

Ia mengatakan pelaku berangkat dari Mataram sejak tanggal 14 Desember 2014. Kemudian, sesampai di Bandara Juanda Surabaya, dia berniat menyambangi anak istrinya di daerah Mojokerto. Hal itu disampaikannya, karena Sahlan mengaku sering berhubungan dengan adiknya melalui telepon genggam.

"Sewaktu dia menghubungi saya di Gresik pada Rabu lalu, katanya dia dibuntuti oleh orang yang tidak dikenal. Dia seperti merasa terancam saat berada di Gresik," ujarnya.

Berdasarkan hal itu, kata Sahlan, adiknya berinisiatif meminta perlindungan ke pihak Kodim 0817 Gresik.

"Sebelum dia meminta perlindungan, dia menghubungi saya lagi dan mengatakan akan menyandera siswi SD agar permintaannya dapat didengarkan oleh aparat," ucap Sahlan.

Mengetahui hal tersebut, Sahlan mengaku kaget dan menyuruh adiknya untuk tidak mengambil tindakan itu. "Tapi dia bilang ini yang harus dilakukannya agar mereka (aparat) mendengar permintaannya untuk diamankan," tuturnya.

Kemudian, dalam peristiwa itu, Rabu (17/12) sekitar pukul 13.00 WITA, pelaku yang bernama Ahmad Fuad akhirnya tewas dengan luka tembak di bagian kepalanya.

Pelaku tewas saat berada di tengah perjalanan menuju pelabuhan menggunakan kendaraan roda empat bersama korban dan seorang pengemudi dari petugas Kodim.

Sementara itu, korban penyanderaan Zyahriani Putri Agustin (9) siswi SDN 2 Tlogopatut sudah dipulangkan ke rumahnya di Jalan Dewi Sekardadu RT 3, Desa Ngargosari Kebomas, setelah menjalani perawatan di Rumah Sakit Semen Gresik.

Namun, pihak rumah sakit setempat meminta kepada orang tua korban untuk melaporkan perkembangan anaknya, dan diharuskan menjalani rawat jalan guna mengembalikan kondisi psikologisnya usai peristiwa tersebut.

Diketahui, saat kali pertama korban tiba di rumah sakit kondisinya lemas karena mengalami trauma psikologis, sementara luka yang dialami korban terdapat sedikit goresan di dada akibat todongan pisau pelaku penyanderaan.

Berdasarkan hal itu, tim rumah sakit meminta kepada orang terdekatnya untuk membantu mengembalikan kejiwaan korban, karena hingga kini keadaannya diketahui masih tertekan akibat peristiwa itu.


Pewarta : Dhimas Budi Pratama
Editor :
Copyright © ANTARA 2024