Lombok Timur, (Antara NTB) - Masyarakat di Kecamatan Pringgasela, Kabupaten Lombok Timur, terus mengembangkan batik Sasambo khas Nusa Tenggara Barat karena memiliki prospek bisnis.
"Di Pringgasela ini sudah berkembang kerajinan kain tenun, namun kami ingin berkreativitas dengan mengembangkan batik Sasambo," kata Ketua Kelompok Usaha Batik Sasambo Jaya Abadi Kusman Jayadi, di Pringgasela, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB), Minggu.
Sasambo adalah singkatan dari tiga nama suku di NTB, yakni Suku Sasak (Etnis Lombok), Suku Samawa (Etnis Sumbawa), Suku Mbojo (Etnis Bima).
Kusman mengaku tekun menekuni usaha kerajinan batik Sasambo sejak 2010 untuk memenuhi permintaan pasar, terutama dari kalangan pegawai negeri sipil (PNS) di daerahnya.
Permintaan batik Sasambo terus berkembang, terutama setelah ada kebijakan pemerintah daerah di NTB, agar PNS mulai dari tingkat provinsi hingga kabupaten/kota dan kecamatan mengenakan batik khas daerah itu sebagai upaya menumbuhkembangkan industri kerajinan batik lokal.
"Alhamdulillah pesanan tidak hanya datang dari kalangan PNS, tapi dari instansi swasta juga mulai berdatangan," ujar Kusman yang ditemui ketika memproduksi batik Sasambo pesanan dari Kantor Pegadaian Lombok Timur.
Namun, kata dia, upaya untuk terus mengembangkan usaha batik Sasambo masih terkendala dari sisi bahan baku dan peralatan yang belum tersedia di daerah.
Kusman mengatakan, semua bahan baku kain dan peralatan cetak didatangkan dari Pulau Jawa, sehingga mempengaruhi kecepatan menyelesaikan pesanan konsumen.
"Hampir 100 persen bahan baku dan alat produksi dipesan di Yogyakarta, hanya kompor yang kami buat sendiri di daerah. Saya pernah memperoleh bantuan kompor listrik tapi cepat sekali rusak," ucapnya.
Meskipun ada kendala, Kusman tidak mau menjadikannya sebagai satu alasan yang bisa mengendorkan semangatnya mengembangkan usaha batik Sasambo yang sudah mulai berkembang, tidak hanya di Kabupaten Lombok Timur, tapi juga di kabupaten/kota lainnya di NTB.
"Di Kota Mataram, ada SMK Negeri 5 yang juga memproduksi, di Kabupaten Lombok Barat juga ada pengusaha batik Sasambo yang sampai sekarang masih eksis," kata Kusman. (*)
"Di Pringgasela ini sudah berkembang kerajinan kain tenun, namun kami ingin berkreativitas dengan mengembangkan batik Sasambo," kata Ketua Kelompok Usaha Batik Sasambo Jaya Abadi Kusman Jayadi, di Pringgasela, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB), Minggu.
Sasambo adalah singkatan dari tiga nama suku di NTB, yakni Suku Sasak (Etnis Lombok), Suku Samawa (Etnis Sumbawa), Suku Mbojo (Etnis Bima).
Kusman mengaku tekun menekuni usaha kerajinan batik Sasambo sejak 2010 untuk memenuhi permintaan pasar, terutama dari kalangan pegawai negeri sipil (PNS) di daerahnya.
Permintaan batik Sasambo terus berkembang, terutama setelah ada kebijakan pemerintah daerah di NTB, agar PNS mulai dari tingkat provinsi hingga kabupaten/kota dan kecamatan mengenakan batik khas daerah itu sebagai upaya menumbuhkembangkan industri kerajinan batik lokal.
"Alhamdulillah pesanan tidak hanya datang dari kalangan PNS, tapi dari instansi swasta juga mulai berdatangan," ujar Kusman yang ditemui ketika memproduksi batik Sasambo pesanan dari Kantor Pegadaian Lombok Timur.
Namun, kata dia, upaya untuk terus mengembangkan usaha batik Sasambo masih terkendala dari sisi bahan baku dan peralatan yang belum tersedia di daerah.
Kusman mengatakan, semua bahan baku kain dan peralatan cetak didatangkan dari Pulau Jawa, sehingga mempengaruhi kecepatan menyelesaikan pesanan konsumen.
"Hampir 100 persen bahan baku dan alat produksi dipesan di Yogyakarta, hanya kompor yang kami buat sendiri di daerah. Saya pernah memperoleh bantuan kompor listrik tapi cepat sekali rusak," ucapnya.
Meskipun ada kendala, Kusman tidak mau menjadikannya sebagai satu alasan yang bisa mengendorkan semangatnya mengembangkan usaha batik Sasambo yang sudah mulai berkembang, tidak hanya di Kabupaten Lombok Timur, tapi juga di kabupaten/kota lainnya di NTB.
"Di Kota Mataram, ada SMK Negeri 5 yang juga memproduksi, di Kabupaten Lombok Barat juga ada pengusaha batik Sasambo yang sampai sekarang masih eksis," kata Kusman. (*)