Ia mengungkapkan di antara para bakal calon presiden (capres), Prabowo sudah menjangkau sampai ke pedalaman. Demikian pula dengan Anies yang sudah relatif dikenal oleh masyarakat secara luas, bukan hanya di pulau Jawa dan perkotaan, tapi juga di luar pulau Jawa dan perdesaan.
Hal ini berbanding terbalik pada Ganjar Pranowo, tokoh ini masih kurang dikenal di daerah-daerah luar Jawa, terutama di wilayah Indonesia Timur pada masyarakat lapisan bawah. Ganjar dikenal pada kalangan menengah atas, namun kurang dikenal di kalangan lapisan bawah.
Untuk itu, pertarungan yang terjadi di masyarakat lapisan bawah terjadi secara sengit antara Prabowo dan Anies. Sementara Ganjar masih kurang terlibat dalam pertarungan di lapisan masyarakat bawah karena belum begitu tahu.
Saiful menjelaskan bahwa masyarakat lapisan bawah adalah masyarakat yang relatif kurang berpendidikan, sosial ekonomi lebih rendah, pendapatan rendah, blue colar atau kerah biru dari jenis pekerjaan, buruh tani, buruh bangunan, dan sebagainya. Banyak di antara mereka tinggal di perdesaan. "Di Indonesia, mereka banyak tinggal di luar pulau Jawa," katanya.
Lalu, ia menuturkan masyarakat pada lapisan bawah mengenal tokoh-tokoh tersebut melalui atribut luar ruang, seperti spanduk, baliho, billboard, poster, bendera, dan sebagainya. Ia menilai hal tersebut lumrah terjadi di setiap pemilu di mana atribut luar ruang peserta pemilu ada di pelbagai tempat.
Dalam survei SMRC pada April 2023, para pewawancara diminta mengamati keberadaan atribut sosialisasi secara langsung dalam perjalanan menuju lokasi survei. Ada empat bakal capres yang atributnya diamati, yaitu Anies, Airlangga Hartarto, Ganjar, dan Prabowo.
Pewawancara juga diminta mengamati apakah di rumah responden terdapat atribut sosialisasi bakal calon presiden. Atribut luar ruang yang paling banyak ditemukan adalah atribut sosialisasi Prabowo 63 persen. Atribut terbanyak kedua Anies 62 persen, selanjutnya Ganjar 58 persen, dan Airlangga 22 persen.
Saiful menyatakan bahwa keterkenalan dan dukungan pada calon bukan berdasar pada ingatan atau memori lama, tapi karena memang sudah dilakukan sosialisasi. “Prabowo bukan dikenal hanya karena dia pernah kampanye dalam tiga kali pemilu, tapi (sekarang) sudah ada kampanye yang dilakukan,” ucap dia.
Pada masyarakat lapisan bawah, lanjut Saiful, medium sosialisasinya adalah atribut luar ruang karena mereka tidak banyak mengakses media. Mereka tahu bahwa tokoh-tokoh itu akan maju sebagai calon presiden melalui atribut luar ruang yang telah terpasang.
Saiful juga menyinggung tentang elektabilitas Airlangga yang belum kompetitif sejauh ini. Dia melihat ini ada hubungannya dengan kerja sosialisasi timnya yang belum terlihat di masyarakat. Itu terbukti dari atribut luar ruang Airlangga yang relatif sedikit dibanding Prabowo, Anies, dan Ganjar.
Saiful mengatakan masifnya sosialisasi Prabowo dan Anies menjelaskan mengapa terjadi pertarungan suara antara Prabowo dan Anies pada masyarakat lapisan bawah. Mereka sejauh ini paling menonjol melakukan sosialisasi pada masyarakat lapisan bawah yang memang paling mungkin dijangkau melalui atribut sosialisasi. “Keunggulan Prabowo di perdesaan adalah keunggulan atribut,” tambah Saiful.
Selanjutnya, dalam pengamatan langsung pewawancara di rumah responden, ada 5 persen atribut Anies di dalam rumah warga, Prabowo 4 persen, Airlangga 3 persen, dan Ganjar 2 persen. Saiful menegaskan bahwa angka 5 dan 4 persen dari rumah warga secara nasional sudah terpasang atribut Anies dan Prabowo adalah jumlah yang banyak. Sementara Ganjar masih sangat sedikit.
Pertarungan pada masyarakat level bawah, sambung dia, memang kebanyakan dilakukan melalui pemasangan atribut luar maupun dalam ruang. Sementara akan susah memasang atribut pada rumah-rumah kelompok masyarakat atas.
“Tim Anies dan Prabowo kurang lebih sama sudah masuk melakukan sosialisasi ke situ (rumah-rumah warga) relatif lebih baik dibanding Ganjar Pranowo. Dan Kemungkinan memori publik pada Prabowo lebih kuat dibanding Anies sehingga untuk sementara ini Prabowo cenderung lebih unggul dibanding Anies pada masyarakat lapisan bawah,” tutupnya.
Pendaftaran bakal calon presiden dan wakil presiden dijadwalkan pada 19 Oktober 2023 sampai dengan 25 November 2023. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu (UU Pemilu) pasangan calon presiden dan wakil presiden diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik peserta pemilu yang memenuhi persyaratan perolehan kursi paling sedikit 20 persen dari jumlah kursi DPR atau memperoleh 25 persen dari suara sah secara nasional pada pemilu anggota DPR sebelumnya.
Saat ini ada 575 kursi di parlemen sehingga pasangan calon presiden dan wakil presiden pada Pilpres 2024 harus memiliki dukungan minimal 115 kursi di DPR RI. Bisa juga pasangan calon diusung oleh parpol atau gabungan parpol peserta Pemilu 2019 dengan total perolehan suara sah minimal 34.992.703 suara.