Jakarta (ANTARA) - Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) melalui Deputi Bidang Industri dan Investasi mengadakan pertemuan di Inggris dan Belanda dalam rangka penguatan kapasitas restoran Indonesia di negara tersebut.
Kegiatan pertemuan yang masing-masing berlangsung pada 21 dan 23 Mei 2023 itu diadakan untuk meraih pendanaan demi mendukung program Indonesia Spice Up The World (ISUTW).
Deputi Bidang Industri dan Investasi Kemenparekraf Rizki Handayani dalam pernyataan di Jakarta, Rabu, mengatakan kolaborasi dari berbagai pihak diperlukan untuk menyukseskan program ISUTW. "Program ISUTW merupakan program kolaboratif, dimana target dari program dimaksud memerlukan kolaborasi dari seluruh pihak. Pemerintah akan berperan sebagai fasilitator dan regulator dan fokus untuk pelaksanaan pendukungan program ISUTW yang tepat sasaran, tepat manfaat dan tepat waktu," kata Rizki.
Program prioritas pemerintah itu bertujuan untuk mempromosikan kuliner Indonesia guna mencapai nilai ekspor sebesar 2 miliar dolar AS (hampir Rp 29,8 triliun) dan aktivasi 4.000 restoran Indonesia di mancanegara pada akhir tahun 2024.
Adapun rangkaian kegiatan pada pertemuan tersebut antara lain penyusunan daftar pembiayaan, pengenalan teknologi operasional bisnis terintegrasi dengan PT ESB, serta peresmian bisnis kuliner Orient Express di London. Selain itu, terdapat sesi diskusi dengan tema pendorongan Belanda sebagai pusat kuliner Indonesia di Eropa dan diskusi bersama pemangku kepentingan serta diaspora Indonesia di London dan Den Haag terkait pasar bumbu rempah Indonesia di kedua negara tersebut untuk mendorong ekspor bumbu rempah Indonesia ke pasar Eropa.
Dia menambahkan seluruh aspirasi dan masukkan akan dicatat untuk kemudian dibahas dengan para pemangku kepentingan di Indonesia untuk mendapatkan solusi terhadap tantangan dan tindak lanjut pendukungan program ISUTW.
Salah satu tantangan yang dihadapi oleh pelaku usaha kuliner Indonesia di luar negeri adalah sulitnya mengakses pembiayaan dalam pengembangan usaha, karena masih minimnya pemahaman terkait literasi keuangan.
Untuk mengatasi tantangan tersebut, Kemenparekraf melalui Direktorat Akses Pembiayaan akan memfasilitasi para pelaku usaha restoran Indonesia serta melakukan pendampingan yang terstruktur dan masif. Fasilitasi tersebut bertujuan agar kegiatan usaha bisa berkembang dan siap mendapatkan pembiayaan dari calon investor serta meningkatkan ekspor bagi pelaku usaha bumbu rempah Indonesia.
Baca juga: Hari Nelayan ajang lestarikan sumber daya perikanan
Baca juga: Kemenparekraf menyusun buku panduan komunikasi krisis kepariwisataan
Saat ini, salah satu program yang diluncurkan Kemenparekraf untuk mengembangkan bisnis kuliner Indonesia di mancanegara adalah bantuan akses pembiayaan Indonesian Restaurant Fundraising (IndoStar). Program tersebut berkolaborasi dengan Bank Negara Indonesia (BNI), Bizhare, dan MBN Consulting melalui sumber pembiayaan perbankan, skema penggalangan dana, investasi dari pelaku bisnis besar, kantor keluarga atau korporat, dan venture capital/ private equity. Selain itu, terdapat pengarahan dan bimbingan terkait perencanaan bisnis, finansial, dan investasi bagi para pelaku usaha kuliner yang mendaftar program tersebut.
Kegiatan pertemuan yang masing-masing berlangsung pada 21 dan 23 Mei 2023 itu diadakan untuk meraih pendanaan demi mendukung program Indonesia Spice Up The World (ISUTW).
Deputi Bidang Industri dan Investasi Kemenparekraf Rizki Handayani dalam pernyataan di Jakarta, Rabu, mengatakan kolaborasi dari berbagai pihak diperlukan untuk menyukseskan program ISUTW. "Program ISUTW merupakan program kolaboratif, dimana target dari program dimaksud memerlukan kolaborasi dari seluruh pihak. Pemerintah akan berperan sebagai fasilitator dan regulator dan fokus untuk pelaksanaan pendukungan program ISUTW yang tepat sasaran, tepat manfaat dan tepat waktu," kata Rizki.
Program prioritas pemerintah itu bertujuan untuk mempromosikan kuliner Indonesia guna mencapai nilai ekspor sebesar 2 miliar dolar AS (hampir Rp 29,8 triliun) dan aktivasi 4.000 restoran Indonesia di mancanegara pada akhir tahun 2024.
Adapun rangkaian kegiatan pada pertemuan tersebut antara lain penyusunan daftar pembiayaan, pengenalan teknologi operasional bisnis terintegrasi dengan PT ESB, serta peresmian bisnis kuliner Orient Express di London. Selain itu, terdapat sesi diskusi dengan tema pendorongan Belanda sebagai pusat kuliner Indonesia di Eropa dan diskusi bersama pemangku kepentingan serta diaspora Indonesia di London dan Den Haag terkait pasar bumbu rempah Indonesia di kedua negara tersebut untuk mendorong ekspor bumbu rempah Indonesia ke pasar Eropa.
Dia menambahkan seluruh aspirasi dan masukkan akan dicatat untuk kemudian dibahas dengan para pemangku kepentingan di Indonesia untuk mendapatkan solusi terhadap tantangan dan tindak lanjut pendukungan program ISUTW.
Salah satu tantangan yang dihadapi oleh pelaku usaha kuliner Indonesia di luar negeri adalah sulitnya mengakses pembiayaan dalam pengembangan usaha, karena masih minimnya pemahaman terkait literasi keuangan.
Untuk mengatasi tantangan tersebut, Kemenparekraf melalui Direktorat Akses Pembiayaan akan memfasilitasi para pelaku usaha restoran Indonesia serta melakukan pendampingan yang terstruktur dan masif. Fasilitasi tersebut bertujuan agar kegiatan usaha bisa berkembang dan siap mendapatkan pembiayaan dari calon investor serta meningkatkan ekspor bagi pelaku usaha bumbu rempah Indonesia.
Baca juga: Hari Nelayan ajang lestarikan sumber daya perikanan
Baca juga: Kemenparekraf menyusun buku panduan komunikasi krisis kepariwisataan
Saat ini, salah satu program yang diluncurkan Kemenparekraf untuk mengembangkan bisnis kuliner Indonesia di mancanegara adalah bantuan akses pembiayaan Indonesian Restaurant Fundraising (IndoStar). Program tersebut berkolaborasi dengan Bank Negara Indonesia (BNI), Bizhare, dan MBN Consulting melalui sumber pembiayaan perbankan, skema penggalangan dana, investasi dari pelaku bisnis besar, kantor keluarga atau korporat, dan venture capital/ private equity. Selain itu, terdapat pengarahan dan bimbingan terkait perencanaan bisnis, finansial, dan investasi bagi para pelaku usaha kuliner yang mendaftar program tersebut.