Praya, Lombok Tengah (ANTARA) - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB) menyebut berdasarkan data elektronik pencatatan dan pelaporan gizi berbasis masyarakat (ePPGBM) pada tahun 2018 hingga 2022, kasus stunting di daerah itu mengalami penurunan, dari 26,45 persen menjadi 16,9 persen.

"Kasus stunting di Lombok Timur pada 2023 menurun atau sebanyak 20.890 balita, sedangkan pada 2021 sebanyak 21.745 balita," kata Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Timur (Lotim) Fathurrahman di Selong, Jumat.

Ia mengatakan jumlah kasus stunting di 2018 mencapai 26,45 persen, turun menjadi 26,11 persen pada 2019. Kemudian, pada 2020 turun menjadi 21,07 persen, 2021 menjadi 18,13 persen, dan 2022 16,9 persen.



"Artinya, ada penurunan kasus stunting di Lombok Timur. Target 14 persen di 2024 bisa tercapai," katanya.

Kasus stunting di Kabupaten Lombok Timur tidak lagi menjadi yang tertinggi di NTB, namun berada di urutan delapan dari 10 kabupaten/kota.

"Jika melihat data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), pada 2022 terjadi penurunan dibanding 2021, yakni dari 37,6 persen pada 2021 menjadi 35,6 persen pada 2022," katanya.

Sebelumnya, Wakil Gubernur NTB bersama Bupati Lombok Timur HM Sukiman Azmy meluncurkan Gotong Royong Bakti Stunting di Desa Lendang Nangka Utara untuk menekan angka stunting mulai dari level desa.

"Program gerakan bakti stunting ini berhasil menurunkan angka stunting di Lombok Timur," katanya.

Ia menyebut hal tersebut tak lepas dari ketepatan bupati menunjuk Kepala Dinas Kesehatan yang menguasai situasi yang dihadapi dengan membagi tugas mulai dari level desa hingga perangkat daerah tertinggi.



Ia juga mengapresiasi data stunting yang disajikan by name by address sudah 100 persen, sehingga penanggulangan stunting di Kabupaten Lombok Timur menjadi tepat sasaran.

"Menurunkan stunting harus dilakukan secara gotong royong mulai dari tingkat desa," katanya.

Hal itu mempengaruhi angka stunting yang saat ini penurunannya cukup signifikan jika dibandingkan dengan sebelumnya. Selain itu, semua peralatan untuk mendata kasus stunting harus sesuai standar, karena berpengaruh terhadap penyajian data. "Alat yang digunakan harus sesuai dalam melakukan pendataan," katanya.

Pewarta : Akhyar Rosidi
Editor : Riza Fahriza
Copyright © ANTARA 2024