Mataram (ANTARA) - Komisi Pemilihan Umum (KPU) Nusa Tenggara Barat mengungkapkan jumlah pemilih milenial atau generasi Z di wilayah itu pada Pemilu 2024 mencapai 54,04 persen atau 2,1 juta jiwa.

Ketua KPU NTB Suhardi Soud mengatakan secara nasional jumlah milenial atau generasi Z sebanyak 56,39 persen atau 116 juta jiwa. Dari jumlah itu, 54,04 persen atau 2,1 juta jiwa berada di NTB. Jumlah ini dari total pemilih NTB yang mencapai 3,9 juta jiwa lebih.

"Mereka ini sudah sudah terdaftar di KPU, kita tidak mungkin tahu kalau belum terdaftar," ujar Suhardi Soud usai kegiatan Gerakan Cerdas Memilih (GCM) yang digelar RRI Mataram, Rabu.

Ia mengatakan jumlah pemilih milenial ini dari total 3,9 juta jiwa pemilih yang terdaftar di KPU NTB. "Artinya apa mereka (milenial, red) inilah yang menentukan. Porsi terbesar pemilih kita ternyata dari generasi milenial atau generasi Z," terangnya.

Menurut Suhardi, suara milenial atau generasi Z ini sangat menentukan untuk memilih siapa pemimpin ke depan. Sehingga ini menarik karena para pemilih milenial ini harus punya kesadaran memilih dan kesadaran untuk memahami politik, karena kecenderungan generasi milenial atau generasi Z inikan akrab dengan teknologi dan fleksibel. "Makanya kita harus sering memancing mereka agar mau berpikir tentang bangsanya karena merekalah pewaris bangsa ini," ujarnya.

Ia menegaskan bahwa para generasi zilenial ini akan memerikan resiko jika pemimpin yang dihadirkan itu tidak baik. Apakah resiko pendidikannya, masa depannya, pekerjaan dan lainnya dalam lima tahun ke depan.

Pemilih milenial ini lanjutnya harus ditarik masuk ke gelanggang untuk bisa mengikuti proses pemilu yang tidak hanya datang ke bilik suara tapi juga minimal memiliki kepekaan terkait arah bangsa kedepannya.

“Kita sadar generasi Z ini akrab dengan teknologi maka sosialisasi-sosialisasi kita juga menyasar ke media-media sosial atau platform media sosial. Setiap aktivitas kita juga (KPU) disebar ke youtube, media sosial, media penyiaran dan media cetak yang kemudian bisa "share" ke mana-mana. Karena kita sadar bahwa dunia maya ini sudah menjadi magnet bagi generasi milenial dan generasi Z," ungkapnya.
 


Suhardi Soud menjelaskan partisipasi pemilih pada Pemilu 2019 di NTB berada di angka 82,75 persen. Sehingga minimal angka partisipasi itu harus berada di situ. Bagaimana cara berada di angka itu? Maka jawabannya adalah keterlibatan secara aktif pemilih milenial ini.

“Karena mereka adalah pemilih dominan maka harus di bombardir dengan informasi-informasi tentang pentingnya kita melaksanakan pemilu, pentingnya mereka terlibat dalam pemilu dan pentingnya mereka memikirkan masa depan bangsanya dengan menggunakan hak pilihnya pada saat hari H pencoblosan," katanya.

Sementara Ketua Bawaslu NTB Itratif menuturkan bahwa Gerakan Cerdas Memilih ini adalah gerakan yang sangat luar biasa dan harus terus dimasifkan maupun di viralkan sehingga ini menjadi sebuah kesadaran yang muncul dari generasi milenial.

Peran generasi Z khususnya di pengawasan tahapan penyelenggaraan pemilu sangat penting. Terlebih mereka juga sangat akrab, sangat ramah dengan media sosial. Sementara jika dilihat sekarang ini kecenderungan memakai medsos sebagai sarana politik yang efektif dan banyak dilakukan oleh partai politik dan pasangan calon.

Oleh karena itu generasi milenial ini sangat penting untuk mendapatkan informasi kemudian mengontrol informasi apakah informasi itu positif atau hoaks sehingga mereka bisa menyimpulkan mana yang bisa diteruskan atau di-takedown termasuk menghapus dari konten-konten yang ada, terangnya.

Bawaslu dalam setiap sosialisasinya juga terus mengajak para generasi muda ini menjadi bagian dari gerakan pengawasan, sahabat Bawaslu, teman Bawaslu dan mitra Bawaslu. "Kami sangat yakin dengan keberadaan generasi muda ini bisa membantu melawan hoaks yang banyak beredar atau tersebar di media sosial," katanya.

Baca juga: IPO sebut Erick Thohir kuat untuk Pilpres 2024
Baca juga: PDIP sesalkan pernyataan Denny akibatkan spekulasi politik

Kepala LPP RRI Mataram Yanto mengatakan pemilu harus berjalan sukses, pemilu haru berjalin aman dan lancar serta pemilu menjadi tanggung jawab bersama. Terdapat tiga kriteria pemilu berjalan sukses yakni tingginya partisipasi pemilih, berjalan lancar, aman, tertib tanpa ada ekses apapun dan melahirkan pemimpin-pemimpin yang cerdas, berkualitas dan pemimpin yang berkualitas.

"Inilah yang menjadi sasaran gerakan cerdas memilih sehingga para pemilih kita benar-benar cerdas memilih para wakil-wakilnya dan pemimpin-pemimpinnya berkualitas bukan hanya memilih karena janji-janji," katanya.

 

Pewarta : Nur Imansyah
Editor : I Komang Suparta
Copyright © ANTARA 2024