Kota Bima, (Antara NTB) - Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Nusa Tenggara Barat H Rosyadi H Sayuti mengajak para guru menghentikan ketidakjujuran yang sistematis dalam pelaksanaan Ujian Nasional (UN).
"Mari kita ambil momentum Ujian Nasional (UN) 2015 untuk kembali ke khittah sebenarnya," katanya pada sosialisasi UN 2015 di SMA Negeri 1 Kota Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB), Senin.
Menurut dia, pelaksanaan UN yang dilaksanakan sejak 2005 berjalan tidak sesuai koridor yang diharapkan. Hal itu tampak dari adanya siswa yang pintar di kelasnya, tapi nilai UN yang diraih jauh lebih rendah dibandingkan temannya.
Hal itu disebabkan karena adanya paksaan dari kepala daerah yang menginginkan tingginya persentase kelulusan UN.
Melihat fakta seperti itu, kata Rosyadi, bukan hanya Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan yang menginginkan agar UN dihapus sebagai penentu kelulusan, tapi juga menjadi janji Presiden Joko Widodo.
"Saya yakin bapak/ibu guru tidak akan melakukan hal itu ketika tidak ada keadaan yang memaksa," ujarnya.
Rosyadi juga mengajak para guru untuk mengedepankan etika, moral, nilai kemanusiaan serta sikap profesionalitas dalam memberikan penilaian terhadap hasil UN siswa.
Jika hal itu tidak dilakukan, maka merupakan suatu tindakan yang kelewatan karena yang akan merasakan dampaknya adalah siswa.
"Anak-anak didik tidak akan bisa bersaing dalam lima tahun ke depan hanya karena menjadi korban kebijakan guru," kata Rosyadi.
Ia menambahkan, upaya untuk memberikan penilaian yang jujur juga dalam rangka mempersiapkan anak didik menghadapi persaingan Masyarakat Ekonomi ASEAN yang mulai diberlakukan akhir 2015.
Para siswa, baik SMA/MA dan SMK tidak hanya bersaing di tingkat daerah dan nasional, tapi juga internasional.
"Zaman tidak bisa ditawar dan diabaikan dengan berbagai alasan apa pun, jadi mari kita sama-sama fokus bagaimana anak didik kita mampu bersaing di tingkat global," kata Rosyadi.
Kegiatan sosialisasi petunjuk teknis UN 2015 dan pemantauan pelaksanaan ujian sekolah yang dilaksanakan mulai 16-23 Maret di Pulau Sumbawa, NTB, Kota Bima, Kabupaten Bima, Dompu, Sumbawa dan berakhir di Sumbawa Barat.(*)
"Mari kita ambil momentum Ujian Nasional (UN) 2015 untuk kembali ke khittah sebenarnya," katanya pada sosialisasi UN 2015 di SMA Negeri 1 Kota Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB), Senin.
Menurut dia, pelaksanaan UN yang dilaksanakan sejak 2005 berjalan tidak sesuai koridor yang diharapkan. Hal itu tampak dari adanya siswa yang pintar di kelasnya, tapi nilai UN yang diraih jauh lebih rendah dibandingkan temannya.
Hal itu disebabkan karena adanya paksaan dari kepala daerah yang menginginkan tingginya persentase kelulusan UN.
Melihat fakta seperti itu, kata Rosyadi, bukan hanya Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan yang menginginkan agar UN dihapus sebagai penentu kelulusan, tapi juga menjadi janji Presiden Joko Widodo.
"Saya yakin bapak/ibu guru tidak akan melakukan hal itu ketika tidak ada keadaan yang memaksa," ujarnya.
Rosyadi juga mengajak para guru untuk mengedepankan etika, moral, nilai kemanusiaan serta sikap profesionalitas dalam memberikan penilaian terhadap hasil UN siswa.
Jika hal itu tidak dilakukan, maka merupakan suatu tindakan yang kelewatan karena yang akan merasakan dampaknya adalah siswa.
"Anak-anak didik tidak akan bisa bersaing dalam lima tahun ke depan hanya karena menjadi korban kebijakan guru," kata Rosyadi.
Ia menambahkan, upaya untuk memberikan penilaian yang jujur juga dalam rangka mempersiapkan anak didik menghadapi persaingan Masyarakat Ekonomi ASEAN yang mulai diberlakukan akhir 2015.
Para siswa, baik SMA/MA dan SMK tidak hanya bersaing di tingkat daerah dan nasional, tapi juga internasional.
"Zaman tidak bisa ditawar dan diabaikan dengan berbagai alasan apa pun, jadi mari kita sama-sama fokus bagaimana anak didik kita mampu bersaing di tingkat global," kata Rosyadi.
Kegiatan sosialisasi petunjuk teknis UN 2015 dan pemantauan pelaksanaan ujian sekolah yang dilaksanakan mulai 16-23 Maret di Pulau Sumbawa, NTB, Kota Bima, Kabupaten Bima, Dompu, Sumbawa dan berakhir di Sumbawa Barat.(*)