Jakarta (ANTARA) - Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Kiki Yuliati menyatakan Konferensi Pendidikan Vokasi ASEAN menghubungkan pendidikan dengan dunia industri.
Konferensi ini diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi Kemendikbudristek dan diikuti oleh tujuh negara ASEAN di Batam, Kepulauan Riau (Kepri), Selasa. Kegiatan ini bertujuan untuk menghubungkan institusi pendidikan dengan dunia kerja, serta menghadirkan kesetaraan kualitas lulusan." kata Kiki dalam keterangan resmi di Jakarta, Selasa.
Kiki menuturkan kegiatan tersebut juga bertujuan untuk mengembangkan Program Technical and Vocational Education and Training (TVET) di berbagai negara di ASEAN. Konferensi internasional ini diikuti oleh 70 peserta yang merupakan perwakilan tujuh negara ASEAN yaitu Indonesia, Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam, Kamboja, Vietnam, dan Timor Leste.
Kemendikbudristek sekaligus berupaya menjembatani beragam institusi pendidikan vokasi dengan dunia kerja di ranah internasional sehingga dapat meningkatkan aset dan kualitas TVET di negara-negara ASEAN.
Kiki menjelaskan kegiatan ini digelar di Batam, selain menjadi rangkaian keketuaan Indonesia sebagai Ketua ASEAN 2023, namun kota ini juga cocok menjadi model representatif dari kerja sama antara pendidikan vokasi dengan industri, seperti di Politeknik Negeri Batam.
Ia menuturkan saat ini pemerintah sedang fokus mendorong peningkatan kualitas dan peran vokasi untuk menyokong kebutuhan pendidikan di tengah masyarakat serta mendukung perkembangan ekonomi di Indonesia. "Di Batam selama ini sudah berjalan kolaborasi antara pendidikan vokasi dan bisnis/industri. Pertumbuhan ekonomi Batam sangat baik. Kami harap itu ada kontribusi dari SDM-SDM vokasi," katanya.
Baca juga: Revitalisasi vokasi kunci penting sambut bonus demografi
Baca juga: RI berpeluang besar bentuk tenaga ahli bidang kelistrikan
Kiki berharap pendidikan vokasi dapat mempersiapkan SDM di Indonesia, khususnya Batam, dalam menyambut kerja sama lebih jauh dengan bisnis atau industri di negara-negara luar. "Harapannya mobilitas orang, bisnis, dan industri, di berbagai negara di ASEAN menjadi lebih lancar," ujarnya.
Konferensi ini diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi Kemendikbudristek dan diikuti oleh tujuh negara ASEAN di Batam, Kepulauan Riau (Kepri), Selasa. Kegiatan ini bertujuan untuk menghubungkan institusi pendidikan dengan dunia kerja, serta menghadirkan kesetaraan kualitas lulusan." kata Kiki dalam keterangan resmi di Jakarta, Selasa.
Kiki menuturkan kegiatan tersebut juga bertujuan untuk mengembangkan Program Technical and Vocational Education and Training (TVET) di berbagai negara di ASEAN. Konferensi internasional ini diikuti oleh 70 peserta yang merupakan perwakilan tujuh negara ASEAN yaitu Indonesia, Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam, Kamboja, Vietnam, dan Timor Leste.
Kemendikbudristek sekaligus berupaya menjembatani beragam institusi pendidikan vokasi dengan dunia kerja di ranah internasional sehingga dapat meningkatkan aset dan kualitas TVET di negara-negara ASEAN.
Kiki menjelaskan kegiatan ini digelar di Batam, selain menjadi rangkaian keketuaan Indonesia sebagai Ketua ASEAN 2023, namun kota ini juga cocok menjadi model representatif dari kerja sama antara pendidikan vokasi dengan industri, seperti di Politeknik Negeri Batam.
Ia menuturkan saat ini pemerintah sedang fokus mendorong peningkatan kualitas dan peran vokasi untuk menyokong kebutuhan pendidikan di tengah masyarakat serta mendukung perkembangan ekonomi di Indonesia. "Di Batam selama ini sudah berjalan kolaborasi antara pendidikan vokasi dan bisnis/industri. Pertumbuhan ekonomi Batam sangat baik. Kami harap itu ada kontribusi dari SDM-SDM vokasi," katanya.
Baca juga: Revitalisasi vokasi kunci penting sambut bonus demografi
Baca juga: RI berpeluang besar bentuk tenaga ahli bidang kelistrikan
Kiki berharap pendidikan vokasi dapat mempersiapkan SDM di Indonesia, khususnya Batam, dalam menyambut kerja sama lebih jauh dengan bisnis atau industri di negara-negara luar. "Harapannya mobilitas orang, bisnis, dan industri, di berbagai negara di ASEAN menjadi lebih lancar," ujarnya.